Tamu spesial

"Gimana sudah habis?" tanya Fatir sesampainya di dekat gerobak jualannya.

Sidar, yang sedang beres-beres. menoleh. "Sudah, Mas. Ini uangnya." memberikan semua uang sisa hasil jualannya. Sebab sebagian sudah Fatir ambil tadi.

"Oh, ya. Mas sudah masak nasi. tinggal membeli lauknya saja, jangan lupa bilang sama Mas Adam. Anterin ibu buat makan ya?" ucap Fatir sambil kembali menyalakan motornya.

"Iya, Mas." Sidar mengangguk singkat.

Motor Fatir melesat ke tempat Darma seperti yang sudah direncanakan. Dan sudah juga membuat janji dengan Darma kalau malam ini akan mengantar Fatir ke rumah Viona. Meskipun belum apa-apa jantungnya sudah dag dig dug tak menentu. Entah pertanyaan apa yang sekiranya akan di layangkan orang tua Viona pada dirinya, yang cuma pria miskin dan berwira usaha kecil-kecilan itu.

Fatir di sambut dengan ramah oleh Darma dan istri ya itu Alisa. Mereka pun memberi semangat kalau ini juga untuk keluarga Fatir, semua demi keluarga katanya. Serta harus sabar dan kebal. Bila ada suara-suara yang tidak mengenakan nantinya. intinya saling menolong aja, begitu pesan Alisa dan Darma pada Fatir yang duduk dengan perasan yang tak karuan.

****

Viona yang sudah di rumahnya, sudah bersih-bersih. Menatap dirinya di cermin, manik matanya menatapi dirinya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Masihkah aku akan dibilang perawan tua?" gumamnya.

Membuka balutan handuk di tubuhnya. Ia amati seluruh tubuh yang ia miliki, semuanya belum terjamah sedikitpun. Jangankan bagian tubuh yang lain yang memang mesti benar-benar di jaga. Bersentuhan bibir pun ia belum pernah, dulu paling cium pipi dan bersentuhan tangan saja. Ketika berhubungan lama dengan Hendra pun, tidak lebih.

Setelah merapikan diri. Dan juga kamar, menutup gorden dan jendela. Viona bersiap menunaikan salat magrib. Tadi pas pulang kerja, Viona sudah bilang kalau malam ini akan ada tamu spesial. Yang akan datang menemui orang tua nya, mereka heran dan bertanya-tanya siapa tamu yang Viona bilang spesial itu?

Saat ini Viona tengah menguncir rambutnya di depan cermin. Ponsel di atas meja rias bergetar, di liriknya sekilas. Nomor Darma miscal, pertanda kalau Darma dan Fatir sudah ada di depan rumah.

Viona bergegas turun dan menghampiri ke arah pintu, namun sudah ke duluan bi Ijah yang buka. Tampak Darma dan Fatir muncul, jalan beriringan.

"Assalamu'alaikum ..." Darma mengucap salam, berbarengan dengan Fatir.

"Wa'alaikum salam ... silakan duduk," jawab Viona Sekalian menyuruh duduk tamunya.

"Makasih, Vi. Mana orang tua mu, Om dan Tante?" tanya Darma sambil menyandarkan punggungnya ke bahu sofa.

"Masih di dalam kali." Jawab Viona. "Bi ... panggilkan Papa dan Mama juga Oma. Biar aku yang ambilkan minum." Viona melirik ke arah bi Ijah yang hendak ke belakang.

"Baik, Non." Bi Ijah ngeloyor dengan tujuan memanggil sang majikan.

Viona langsung ke belakang. Mengambil minuman. Sesaat melihat meja makan yang sudah tersedia beberapa menu untuk makan malam. Bibir Viona mengulas senyum, kemudian menuangkan air jus ke dalam dua gelas yang tinggi.

Menit kemudian Viona kembali membawa nampan berisi dua gelas jus dan beberapa gelas air mineral. Ia simpan di meja depan kedua tamunya. "Silakan?"

"Makasih Vi?" ucap Darma. Sementara Fatir hanya mengangguk pelan.

Dari lantai atas turun pasangan suami istri, pria dan wanita paruh baya. Namun wanitanya tampak jauh lebih muda dibandingkan suaminya.

Di belakang. Menyusul seorang wanita yang usianya sekitar 70an. Mereka menatap tajam ke arah Darma dan Fatir, terutama pemuda yang penampilannya sangat sederhana itu.

Fatir dan Darma berdiri, setelah tuan rumah sampai dan berdiri di dekat kursi.

"Mah, Pah ... kenalkan ini Mas Fatir kawannya Mas Darma." Viona mengenalkan Fatir pada keluarganya.

Keduanya mengulurkan tangan pada tuan rumah. Jelas kalau Darma cukup dikenal oleh keluarga Viona. Namun kalau Fatir benar-benar asing bagi orang tua Viona, mereka baru melihat sosok pemuda itu sekarang.

Beberapa pasang mata mengamati Fatir dari ujung kepala sampai bawah. Tak luput dari perhatian keluarga Viona, kemudian mereka duduk berhadapan.

"Em ... Mas Fatir. Beliau ini ... Papah dan Mamah Vi, yang bernama pak Rusadi dan mama Asri. Dan yang ini ... yang masih terlihat muda dan cantik, Oma nya aku. Namanya Oma Yani." Viona mengenalkan satu-satu keluarganya itu.

Oma Yani tersipu malu. Kemudian menepuk bahu sang cucu. "Bisa aja Vi ...."

Fatir mengangguk hormat. Pada keluarga Viona yang barusan di disebutkan. Nama-namanya satu-satu.

"Oya. Gimana kalau makan kita malam dulu, sebelum mengobrol lebih lanjut dan serius," ungkap Viona.

Pada akhirnya. Merekapun beranjak dan berjalan menuju meja makan yang sudah bi Ijah tata sedemikian rupa dengan hidangan yang enak-enak.

Darma yang sudah terbiasa dengan melihat meja penuh dengan menu-menu makanan. Tidak merasa aneh, Lain lagi dengan Fatir. Ia merasa aneh dan terheran-heran, yang terlihat di sini cuma ada sekitar enam orang saja. Tapi di meja tersaji makanan sebanyak ini. Mana terlihat enak-enak. Makan yang mungkin tidak ia temui, apalagi di rumah.

"Ayo, makan?" ucap bu Asri.

Kemudian semuanya mengambil makanannya masing-masing, namun Fatir hanya termenung. Setelah mengambil nasi, ia bingung mau ngambil lauk apa? dengan menu sebanyak ini.

Yang lain sudah pada mulai makan. Namun Fatir masih bingung aja dan cuma lihatin menu-menu yang di meja.

Darma menyenggol bahu Fatir yang bengong. "Ayo makan? bukannya bengong."

Viona tersenyum. Kemudian berdiri biar lebih leluasa mengambil lauk buat Fatir yang di piringnya cuma ada nasi.

"Ini Mas lauk nya." Viona mengambilkan ayam goreng dan rendang daging. Ikan pepes, sayuran, tahu tempe.

Membuat Fatir tambah bingung untuk makannya. Melirik ke arah Darma yang asyik makan. Ia sedikit mendekat dan berbisik. "Saya bingung. Dengan menu yang sebanyak ini?" sembari menunjuk piringnya itu.

Darma mesem. Melirik piring Fatir yang penuh. Lalu netra matanya bergerak pada Fatir yang tampak kebingungan. "Makan aja. Jangan bingung-bingung, nanti orang keburu selesai," bisik Darma.

Setelah menghela napas. Fatir membaca doa dalam hati, barulah tangannya bergerak mengambil daging dan mencomot nasi. Dimasukan ke mulutnya dengan tangan langsung. Tak perduli dengan orang lain yang menggunakan sendok dan garpu.

Sementara yang lain pada serius dengan makan dan pikirannya masing-masing. Terutama mengingat apa maksud dan tujuan pemuda ini kemari?

Viona pun dengan serius menghabiskan makannya, ia akhiri dengan segelas air putih. Melihat ke arah Fatir yang menunduk dalam, sambil menikmati makannya.

"Ya, Allah. Jarang banget aku makan enak kaya gini, aku jadi ingat sama keluargaku," sejenak Fatir menghentikan makannya. teringat ibu dan adik-adiknya, yang setiap hari makan sama telor tahu dan tempe. Paling sayur, makan sama ayam aja jarang-jarang. Apalagi daging, ia lebih memikirkan kehidupan ke depannya, seperti biaya adik-adiknya sekolah. Dan berobat Sya.

Acara makan malam pun selesai. Kemudian mereka kembali duduk di tempat semula.

Setelah menunggu waktu yang tepat untuk memulai. Pak Rusadi akhirnya membuka pembicaraan, sebelumnya mata pak Rusadi menyapu. Melihat semua yang ada di sana.

"Sebenarnya, apa maksud dan tujuan Nak Fatir ke sini?" selidik papa Viona.

Darma dan Fatir saling bertukar pandangan. Fatir sepertinya belum siap untuk menjawab, Darma menghela napas dan bersiap menjawab pertanyaan pak Rusadi ....

****

Hai ... BSH up lagi nih. semoga suka ya.

Terpopuler

Comments

Papa Yuang Khe

Papa Yuang Khe

semangat bang Fatir

2024-02-17

0

Dedew

Dedew

makan enak masih sempet inget keluarganya🥺

2022-09-26

1

tutut puput

tutut puput

lanjutkan

2022-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Jangan jadi perawan tua
2 Tidak tertarik
3 Beri waktu
4 Tanggung jawab
5 Mie ayam Fatir
6 Tak mau terbelit hutang
7 Menikahi saya
8 Rumah sakit
9 Tambah ilpil
10 Keputusan
11 Tamu spesial
12 Makan Cinta
13 Penjual Gerobak
14 Mahar
15 Bikin undangan
16 Bermimpi
17 Jangan Manja
18 Prewedding
19 Wanita dingin
20 Mbak Cantik
21 Bikin repot
22 Belanja
23 Gerimis
24 Potong rambut
25 Ponsel baru
26 Tante berondong
27 Ribut
28 Bibir pantai
29 Motor baru
30 Kaya wartawan
31 SIM(surat ijin menikah
32 Sok tau
33 Aku bingung
34 Merindukanmu
35 Cantik
36 Pengantin
37 Akad
38 Pelaminan
39 Resepsi
40 Suami bayaran
41 Gak Khilaf
42 Pewaris
43 Pekerja keras
44 Manja
45 Pelet apa
46 Kangen
47 Cari kesempatan.
48 Keluar
49 Halal bagimu
50 So sweet
51 Perjalanan
52 Saling mencintai
53 Semuanya mungkin
54 Pulang
55 Keceurigaan
56 Pertama
57 Pasrah
58 Peluk monyet
59 Sinyal cinta
60 Tega
61 Menyebar
62 Gara-gara Bapak
63 Jumpa pers
64 Tamparan
65 Kangen kamu
66 Hancur
67 Begitu saja
68 Mantu kesayangan
69 Sangat erat
70 Viona menunggu
71 Habiskan
72 Kangen apa
73 Tidak sudi denganmu
74 Nakal juga
75 Bimbang
76 Luruh
77 Terbujur kaku
78 Tuan ratu
79 Cemburu
80 Aku terjatuh
81 Memohon
82 Jangan sombong
83 Tidak sudi
84 Menghabiskan waktu
85 Bagai piring dan sendok
86 Meminta maaf
87 Tak menyangka
88 Pesawat pribadi
89 Saudaraku
90 Keributan
91 Merajuk
92 Kecurigaan
93 Kepala ular
94 Bangga dan kagum
95 Anak kemarin sore
96 Bawa kabur
97 Janji suci
98 Cadangan lagi
99 Kabar baik
100 Di rawat
101 Penipu
102 Memberi kabar baik
103 Matre
104 Cerai
105 Dapat cucu
106 Kocak juga
107 Viona tampak murung
108 Allah yang atur
109 Menikmati kehamilan.
110 Kontraksi
111 I lov you
112 Anak onta
113 Lahiran
114 Alhamdulillah
115 Baby Vivian
116 Pulang
117 Tuan putri
118 Kerja sama
119 Kedinginan
120 Kebahagiaan
121 Promosi
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Jangan jadi perawan tua
2
Tidak tertarik
3
Beri waktu
4
Tanggung jawab
5
Mie ayam Fatir
6
Tak mau terbelit hutang
7
Menikahi saya
8
Rumah sakit
9
Tambah ilpil
10
Keputusan
11
Tamu spesial
12
Makan Cinta
13
Penjual Gerobak
14
Mahar
15
Bikin undangan
16
Bermimpi
17
Jangan Manja
18
Prewedding
19
Wanita dingin
20
Mbak Cantik
21
Bikin repot
22
Belanja
23
Gerimis
24
Potong rambut
25
Ponsel baru
26
Tante berondong
27
Ribut
28
Bibir pantai
29
Motor baru
30
Kaya wartawan
31
SIM(surat ijin menikah
32
Sok tau
33
Aku bingung
34
Merindukanmu
35
Cantik
36
Pengantin
37
Akad
38
Pelaminan
39
Resepsi
40
Suami bayaran
41
Gak Khilaf
42
Pewaris
43
Pekerja keras
44
Manja
45
Pelet apa
46
Kangen
47
Cari kesempatan.
48
Keluar
49
Halal bagimu
50
So sweet
51
Perjalanan
52
Saling mencintai
53
Semuanya mungkin
54
Pulang
55
Keceurigaan
56
Pertama
57
Pasrah
58
Peluk monyet
59
Sinyal cinta
60
Tega
61
Menyebar
62
Gara-gara Bapak
63
Jumpa pers
64
Tamparan
65
Kangen kamu
66
Hancur
67
Begitu saja
68
Mantu kesayangan
69
Sangat erat
70
Viona menunggu
71
Habiskan
72
Kangen apa
73
Tidak sudi denganmu
74
Nakal juga
75
Bimbang
76
Luruh
77
Terbujur kaku
78
Tuan ratu
79
Cemburu
80
Aku terjatuh
81
Memohon
82
Jangan sombong
83
Tidak sudi
84
Menghabiskan waktu
85
Bagai piring dan sendok
86
Meminta maaf
87
Tak menyangka
88
Pesawat pribadi
89
Saudaraku
90
Keributan
91
Merajuk
92
Kecurigaan
93
Kepala ular
94
Bangga dan kagum
95
Anak kemarin sore
96
Bawa kabur
97
Janji suci
98
Cadangan lagi
99
Kabar baik
100
Di rawat
101
Penipu
102
Memberi kabar baik
103
Matre
104
Cerai
105
Dapat cucu
106
Kocak juga
107
Viona tampak murung
108
Allah yang atur
109
Menikmati kehamilan.
110
Kontraksi
111
I lov you
112
Anak onta
113
Lahiran
114
Alhamdulillah
115
Baby Vivian
116
Pulang
117
Tuan putri
118
Kerja sama
119
Kedinginan
120
Kebahagiaan
121
Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!