"Sekarang ... kalau kamu gak mau di jodoh-jodohkan. Cari sendiri, laki-laki pilihan mu itu dan bawa ke sini." Suara oma yang baru muncul dekat pintu kamar Viona.
"Oma, Vi belum ingin menikah." Rajuk Viona lesu.
"Sayang ... Oma ingin ... sekali melihat Vi ada yang jaga. Menyayangi Vi, membahagiakan kamu juga. Salah gak kalau kami ingin seperti itu sayang?" lirihnya oma Yani yang duduk dan mengusap bahu sang cucu kesayangannya.
Viona terdiam, tetap hatinya menolak. Kata menikah! ia tidak ingin menikah, terkekang. terbatasi dll. Dalam hati kecilnya ia menyalahkan, kenapa kejadian kemarin harus menimpanya. Sehingga inilah hasilnya.
Coba, kalau ia tahu kalau Hendra itu kakak tirinya. Gak mungkin jatuh cinta yang sedalam ini, gak mungkin juga sampai berencana nikah? yang akhirnya Viona menggerutu ki dirinya sendiri.
Bu Yani dan Asri, serta mantunya pun diam, hanya matanya yang saling pandang satu sama lain.
Viona menghela napas dalam-dalam, Menatap tajam kedua orang yang ada di hadapannya itu. "Baiklah akan Vi pikirkan. Beri Vi waktu ya, Oma."
Mereka saling pandang dan mengangguk. "Baiklah kalau begitu, Papa tunggu." Kemudian orang tua dan Oma Yani pergi meninggalkan Viona sendiri di kamar.
Setelah mereka melintasi pintu. Viona mengunci pintu, lalu ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pandangannya jauh dan kosong, pikirannya melayang. "Harus kemana? aku mencari pria yang mau menikahi ku, tapi bukan pria tajir ataupun berpendidikan tinggi agar secepatnya di tentang oleh orang tua ku, namun aku kekeh dan akhirnya pernikahan ku tidak berlangsung lama."
Viona tersenyum lebar. Merasa itu adalah ide bagus, kebetulan besok hari libur dan Viona berencana bermain ke tempat Alisa. Siapa tahu mau membantu masalahnya itu.
Akhirnya ia tak mampu membuka mata lagi. Rasa kantuk begitu berat menghinggapi matanya sehingga tak ayal Viona pun langsung tertidur kembali dengan nyenyak.
Pagi-pagi, Viona sudah bangun dan melakukan joging di halaman rumah. Berlari kecil di jalan kompleks.
Banyak laki-laki yang mengikutinya berjoging. Sambil merayu-rayu gitu, mendekati. Kadang ada juga yang berani kurang ajar. Nyolek-nyolek dan tanpa ragu Viona suka dengan refleks memukul atau menendang kaki itu pria.
"Gila, nih perempuan! sudah perawan tua galak lagi. Ha ha ha ... emang enak jadi perawan tua. Alot woy alot," ucap seorang pemuda yang menjauhi tempat tersebut. Berteriak-teriak.
Viona tambah marah. Giginya mengerat, rahangnya mengeras. Tangan pun mengepal, bersiap memukul seseorang. Namun mereka malah menjauh sebelum kena amukan dari Viona.
Dengan hati kesal, marah. Viona pulang, langsung bersih-bersih. Setelah rapi, mengenakan jam tangan dan memasukan ponsel ke dalam tas kesayangannya.
Kemudian bergegas menuruni anak tangga menghampiri meja makan untuk sarapan. "Bi, saya mau ke tempat Alisa ngambil mobil. Kalau ada yang nanyain bilang aja gitu."
"Iya, Non nanti bibi sampaikan." Bibi mengangguk.
Viona menghabiskan makannya, lalu meneguk air putih sampai tersisa setengahnya. "Emang pada ke mana?"
"Tuan, masih di kamarnya, Non. Kalau nyonya belanja sama oma," sahutnya bibi lagi.
"Papa sudah sarapan tapi?" menatap kembali.
"Sudah, Non," jawab bibi sambil membereskan bekas makan Viona.
"Oke. Saya pergi dulu!" Viona menyambar tas nya. Kemudian melangkah pergi dengan tujuan tempat Alisa.
Langkahnya membawa dia ke depan, menghampiri taksi yang sudah menunggu dirinya. "Ke jalan xx pak!"
Supir mengangguk, taksi pun segera tancap gas ke tempat yang Viona minta. Viona menyandarkan punggungnya ke sandaran jok. Pandangannya tembus keluar jendela melihat kendaraan lain yang berlalu lalang, sepertinya mau liburan. Secara hari minggu gitu.
Sesampainya di tempat Alisa. Viona turun, menginjakkan kaki di pekarangan rumah Alisa dan Darma.
Brugh!
Alis tutup pintu taksi. "Eh ... maaf Pak?" ucap Viona. Dan memberikan uang buat ongkos taksinya.
Taksi pun mundur dan memutar balik. Setelah mengantar penumpangnya dengan selamat.
Netra mata Viona mengamati rumah tersebut yang nampak sepi. "Pada ke mana sih? sepi amat, tapi mobil Darma ada. mobil aku juga ada!"
Tok ....
Tok ....
Tok ....
Viona berdiri di depan pintu dengan mata terus menyapu suasana sekitar yang tampak asri, sepi dan nyaman.
Punggung jari Viona bersiap mengetuk kembali namun terdengar suara seseorang.
"Eh ... kepala aku nih kepala, mau main ketok aja." Suara Alisa yang nongol dari balik pintu.
"He he he ... sorry, aku kira masih belum ada yang buka Ibu." Viona nyengir memperlihatkan gigi putihnya.
"Nggak usah nyengir. Kaya iklan pasta gigi aja kau ini, kamu sudah sadar? tidak seperti kemarin itu, nangis-nangis gak jelas gitu?" ucap Alisa sambil menempelkan punggung tangan di kening sahabatnya itu.
Viona menepis tangan Alisa. "Apaan sih? orang sadar kok. Enak aja di bilang gak sadar." Viona menyelusup kedalam rumah tersebut, melewati Alisa yang berdiri di pintu.
"Aish ... nih anak main nyelonong aja," ucap Alisa sambil mengekor dari belakang.
"Kok, sepi sih?" gumamnya Viona, mengamati setiap sudut rumah Alisa.
"Mas Darma masih tiduran sama baby. Barusan aku lagi Nyuci." Alisa menuangkan air minum untuknya dan juga Viona.
"Hem ... lagian kamu gak ada pembantu!" tambah Viona kembali.
"Siapa bilang? ada Beby siter, kalau gak menjaga anak, ya ... mengerjakan pekerjaan rumah juga," Sambung Alisa.
Keduanya duduk di sofa ruang tamu. Mereka berbincang dari timur sampai ke utara, barat dan selatan. "Kamu sudah sarapan belum? tanya Alisa menatap sahabatnya itu.
"Aku, sudah dong." Jawab Viona sambil mesem.
"Siapa sayang yang datang?" suara Darma yang baru muncul dengan muka bantalnya, dan rambut yang acak-acakan.
"Ini Viona, Mas. Mau ngambil mobil serta mau ngerecokin kita, maklum orang gak punya pasangan. Jadi ndak ngerti kita yang yang ingin menghabiskan waktu bersama, ha ha ha ...."
Viona mendelik, melotot dengan sempurna pada Alisa. "Nggak boleh, aku ke sini? oke. Aku akan pulang lagi."
"Ya udah, sana!" sahut Alisa sambil tertawa.
"Baik, aku akan pulang. Tapi ... nanti sore," jelas Viona sambil merebahkan dirinya di sofa.
Alisa dan Darma saling pandang sambil tersenyum. Mereka sudah tidak aneh dan tidak canggung dengan Viona, dia mau ngapain juga silahkan. Suka-suka dia.
Viona melirik pasangan suami istri itu, yang duduk berdempetan. Sesekali saling rangkul. "Ponakan ku mana?"
"Belum bangun, masih nyenyak dia." Jawab Darma sembari menunjuk kamar dengan dagunya.
"Hem ... kalian kalau mau ngapa-ngapain, silakan aja. Aku gak pa-pa! nanti dianggap pengganggu lagi." Ketus Viona sambil tiduran di sofa menonton televisi.
Alisa dan Darma beranjak dari duduknya. "Vi, kamu gak punya televisi ya? di rumah, miskin amat sih loh!" Sambil langsung ngeloyor pergi.
"Ha. Ih nyebelin, pergi sana ah. Aku lagi posisi wienak nih." Gumam Viona, kembali memfokuskan pandangannya ke televisi.
Beberapa saat kemudian. Suara bel rumah berbunyi. "Aish ... siapa sih? ganggu aja, gak yang punya rumah. Nggak tamu ganggu aku aja!" Viona pun akhirnya beranjak langkahkan kakinya menuju pintu ....
****
Salam dari BSH "Bukan Suami Harapan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments