Nesa tengah mengobrol dengan Sinta yang baru saja kembali dari toilet, Sinta membicarakan Jessica yang datang tadi menceritakan semuanya kepada Nesa meski Nesa sudah tahu namun ia belum tahu tentang hubungan sang adik dan juga bos nya itu.
"Sudah sekitar tiga tahun mereka berpacaran, namun satu tahun lalu nona Jessica ketahuan berselingkuh dan membuat si bos menjadi berubah 180 derajat, " cerita Sinta.
Nesa menjadi penasaran, sifatnya berubah? seperti apa sifat Xavier dulu? apakah memang dia seorang yang arogan atau bahkan sebaliknya?
"memang-nya si bos dulu sifat-nya seperti apa? " tanya Nesa penasaran.
Sinta tersenyum mendengar pertanyaan dari Nesa namun ia enggan untuk menjawab karena Xavier lebih berhak yang berbicara, Sinta juga sudah tahu tentang kedekatan Nesa dan juga atasan-nya itu.
'sebaiknya kamu tanyakan saja sama si bos... bukan kah kamu dekat? " ucap Sinta di akhir pertanyaan.
"aku tidak sedekat itu dengan bos hehe, " ucap Nesa cengengesan.
Sinta hanya tersenyum lalu ia menyuruh Nesa untuk kembali bekerja sebelum sang bos tahu jika mereka malah asik mengobrol dari pada menyelesaikan pekerjaan mereka.
"sudah sebaiknya kita selesai kan ini, lalu berikan kepada bos, " ucap Sinta menyudahi obrolan mereka.
Nesa mengangguk dan mereka mulai mengerjakan tugas mereka, Sinta masih ada waktu besok sebelum berhenti bekerja hal itu membuat Nesa sedih karena ia merasa sudah mempunyai kaka juga keluarga baru.
Nesa selesai mengerjakan tugasnya begitu juga Sinta yang memberikan tugasnya kepada Nesa untuk di bawa ke ruangan si bos sebelum si bos marah. sebelum itu Nesa sempat mengeluh kalau Sinta hanya tinggal besok saja ada di perusahaan.
"huh... hanya tinggal besok mba ada di sini... lalu aku akan kesepian nanti-nya, " ucap Nesa lesu.
Sinta tersenyum lalu menggeleng pelan melihat tingkah Nesa yang seperti anak kecil, lalu Sinta memeluk Nesa untuk menguatkan juga memberikan semangat kepada gadis muda itu.
"heyy... meski aku sudah tidak di sini kamu bisa mampir ke rumahku, lagi pula nanti ada si kecil bukan? " ucap Sinta menenangkan.
"apa aku akan di terima jika aku main ke tempat mu? " tanya Nesa.
"tentu saja, datang lah sesuka hati mu, " ucap Sinta riang.
Nesa mengangguk ia melemparkan senyum manis-nya kepada Sinta dan kembali memeluk ibu hamil itu lalu ia izin untuk mengantarkan berkas yang harus di tanda tangan itu.
Nesa berjalan menuju pintu ruangan Xavier ia mengetuk pintu tiga kali ia menunggu sampai orang yang berada di dalam mempersilahkan ia masuk.
setelah di perbolehkan masuk Nesa melangkah pelan memasuki ruangan itu yang terdapat dua orang laki-laki yang tampan juga gagah, Nesa sedikit gugup namun tak ayal ia juga kepo dengan apa yang di bicarakan mereka.
"apa yang mereka bicarakan sebenarnya? " batin Nesa bertanya-tanya.
setelah sampai di hadapan Xavier yang hanya terhalang meja juga kursi Nesa memberikan berkas-berkas itu kepada Xavier dan menunggu Xavier yang tengah membaca ulang laporan itu.
setelah Xavier selesai menanda tangani berkas itu, Nesa kembali mengambil berkas itu dan izin untuk undur diri meninggalkan ruangan itu dengan perasaan gugup yang dominan ketika merasa terus di perhatikan oleh kedua orang itu.
setelah Nesa keluar dari ruangan Xavier ia memegang dada-nya yang terasa deg-degan, sungguh mengapa ia terlalu pede jika ia terus di perhatikan oleh kedua orang tampan itu?
lalu Nesa menggeleng kan kepala dan kembali menuju ke meja-nya dan menyelesaikan tugas-nya hingga waktu makan siang datang.
...****************...
ting...
handphone Nesa berbunyi membuat Nesa harus mengalihkan fokus-nya dari layar leptop ke handphone untuk melihat siapa yang mengirim kan pesan untuk-nya.
Nesa melihat dari nomor yang tidak ia kenal, namun saat membaca pesan itu ia tahu nomor siapa yang sudah menghubungi-nya itu.
0896xxxxxxxx
"maaf aku tidak bisa makan siang dengan mu, aku akan makan siang dengan Daniel"
^^^"tidak apa-apa aku bisa makan sendiri "^^^
setelah membalas pesan itu Nesa segera menyelesaikan tugas-nya dan segera pergi untuk makan siang agar jam makan siang-nya tidak habis. Nesa tersenyum kala tadi mendapatkan pesan dari Xavier yang memberi tahu-nya.
setelah selesai dengan tugas-nya yang masih menyisakan separuh, Nesa bangkit dan izin kepada Sinta yang tengah makan siang bekal-nya untuk izin makan siang di luar.
setelah itu Nesa berjalan menuju lift yang akan membawa-nya ke lantai satu. tidak lupa sebelum meninggal kan kantor Nesa membawa tas jinjing-nya takut-takut ia lupa dan tidak bisa membayar makan siang-nya kan malu?
ting...
pintu lift terbuka Nesa berjalan dengan anggun keluar dari lift dan melemparkan senyum kepada semua karyawan yang berpapasan dengan-nya, Nesa keluar dari kantor dan menunggu taksi sebentar.
tidak lama mobil berwarna biru itu datang dan berhenti tepat di hadapan Nesa, setelah itu Nesa masuk kedalam mobil itu dan menunjukkan alamat yang akan ia tuju kepada sang supir.
tidak membutuhkan waktu lama untuk Nesa sampai di restoran yang ia tuju, lalu setelah ia membayar ongkos taksi Nesa segera masuk dan mencari seseorang yang tadi mengabari-nya untuk makan siang bersama saat di taksi tadi.
"NESA! " teriak seorang wanita sambil melambaikan tangan-nya kepada Nesa.
Nesa yang melihat Shafira ada di paling pojok segera menghampiri, setelah sampai di meja Shafira duduk Nesa duduk di hadapan sahabat-nya itu dan mulai memesan makanan.
"aku cukup merindukan mu Nesa, " ucap Shafira lebay.
Nesa memutar bola mata-nya malas namun ia kembali tersenyum sete5itu dan membalas ucapan sahabat-nya itu.
"aku juga merindukan mu tapi... bisakah kamu tidak usah alay seperti itu? " ucap Nesa dan di akhiri pertanyaan sinis.
sedangkan Shafira hanya cengengesan tidak lama dari itu pesanan makanan mereka berdua sampai dan mereka berdua memulai makan siang mereka, Shafira teringat sesuatu dan ia bertanya.
"ah ya, kamu belum menceritakan laki-laki kemarin? " tanya Shafira yang lebih tepat-nya mendesak Nesa untuk cerita.
"na-
tring... tring... tring...
belum sempat Nesa menjawab handphone-nya bergetar cukup lama dan menanda kan jika ada yang menelepon-nya, Nesa meminta izin kepada Shafira untuk mengangkat telpon-nya terlebih dahulu.
"aku angkat telpon dulu, " ucap Nesa lalu mengangkat telpon itu.
"halo? "
"heh... anak kurang ajar, sudah ku bilang jangan dekati xa5 bukan?! " ucap orang itu emosi.
Nesa yang mendengar itu menjadi kesal pasal-nya ia tidak mendekati Xavier sama sekali, lalu ayah-nya itu tahu dari mana tentang itu?
"aku tidak mendekati bosku! jangan asal menuduh, " ucap Nesa emosi.
"jika aku mendengar kalau kamu dekat dengan Xavier, aku pastikan karirmu akan hancur!, " ancam ayah Nesa dan langsung memutusukan sepihak telpon-nya.
"ada apa? " tanya Shafira ketika melihat wajah Nesa yang berubah menjadi lesu.
Nesa hanya menggeleng lalu ia kembali melanjutkan makan siang-nya dan harus segera kembali menuju Kantor-nya karena sebentar lagi waktu makan siang habis.
"soal laki-laki itu aku akan cerita kan nanti, malam aku akan main ke rumah mu, " ucap Nesa lesu.
lalu Shafira hanya bisa mengangguk meng iyakan permintaan Nesa, setelah makan siang mereka habis Nesa izin untuk kembali ke kantor meski mood-nya sedang hancur akibat ancaman dari sang ayah.
tapi Nesa masih memiliki tanggung jawab sebagai sekertaris Xavier. Nesa kembali ke kantor Xavier menggunakan taksi yang akan mengantarkan-nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ati Ati
hu
2022-06-25
0
Ilfra Ilivasa
gak direstui? yang bener aja!
2022-04-18
1