Nesa di antar ke kamar tamu, ia sungguh kagum dengan interior kamar ini, bahkan kamar tamu saja sangat mewah bagaimana dengan kamar utama dan kamar anak-anak pemilik rumah? mungkin akan sangat mewah.
kamar yang bernuansa putih dengan lantai yang terbuat dari marmer, kasur ukuran king size dan terdapat meja kecil di depan kasur, di bawah kasur terdapat karpet berbulu dengan warna abu-abu abstrak.
di atas langit-langit terdapat hiasan lampu yang cukup besar, dan terdapat sofa serta televisi di setiap kamar tamu, mewah bukan? orang kaya gitu loh.
"woah... apakah ini benar-benar kamar tamu? " tanya Nesa kagum.
pelayan yang mengantar-nya tersenyum dan mengangguk, Nesa melihat-lihat interior kamar ini dengan sangat kagum. dec akan kagum selalu keluar dari bibir-nya ketika melihat benda yang tidak pernah ia lihat selama di kostan tidak saat di rumah-nya yang dulu.
keluarga Nesa mengusir Nesa ketika Nesa masih berkuliah semester 1, entah Nesa salah apa sampai-sampai ia di usir oleh ayah-nya dan juga ibu tiri-nya.
"kalau begitu saya permisi nona... jika ada apa-apa silahkan panggil saya, " ucap pelayan itu sopan.
Nesa mengangguk sambil tersenyum, lalu pelayan itu pergi dari kamar yang Nesa tempati malam ini. sungguh mimpi apa semalam ia sampai-sampai bisa menginap di rumah orang kaya seperti ini?
Nesa melangkah menuju kasur yang terlihat empuk dan lembut itu, Nesa membaringkan tubuh-nya di kasur lembut itu. sudah lama ia tidak tidur di kasur yang empuk seperti ini, di kost-nya hanya ada singel kasur itupun kasur dari busa tipis.
"huftt... andai saja tidak ada si perusak itu, hubungan ku dengan ayahku akan baik-baik saja! " ucap Nesa lirih.
"perusak? apa maksud mu? " tanya Xavier yang tiba-tiba saja sudah berada di pintu kamar Nesa.
"astaga... sejak kapan kamu ada di sana? " tanya Nesa terkejut karena kedatangan Xavier yang tiba-tiba.
"ketika kau berbicara sendiri... seperti orang gila saja! " cibir Xavier tajam.
"APAK KAMU BILANG?! " tanya Nesa murka.
"apa kamu sudah tuli? aku bilang kamu seperti orang gila, " ucap Xavier enteng.
"enak saja... aku tidak gila tahu! " ketus Nesa.
"lalu mengapa kamu berbicara sendiri? " tanya Xavier dan melangkah masuk.
"bukan urusan mu, " jawab Nesa pelan.
Xavier hanya mengangkat sebelah alis-nya saja, lalu mereka sama-sama diam. Nesa menatap lekat langit-langit kamar sambil tersenyum mengingat masa lalu-nya yang bahagia dan mengerikan, sedangkan Xavier duduk bersandar di kepala ranjang dan memperhatikan Nesa yang tersenyum sendiri.
tak
Xavier menjitak kening Nesa cukup keras membuat sang empu yang sedang keenakan mengenang masa lalu menjadi mengaduh kesakitan dan menatap kesal kepada Xavier yang hanya acuh tanpa rasa bersalah.
"mengapa kamu menjitak ku? " tanya Nesa kesal dan langsung terduduk.
"siapa suruh kamu senyam-senyum sendiri... kamu benar-benar seperti orang gila tahu? " ucap Xavier dengan nada yang menjengkelkan bagi Nesa.
"terserah kamu saja... apa kamu tidak mengantuk? " ucap Nesa dan di akhiri pertanyaan.
"belum... aku ingin memastikan mu dulu, " jawab Xavier tenang.
"apa maksud mu memastikan? " tanya Nesa sedikit curiga.
"memastikan jika barang-barang di kamar ini tidak hilang, " ucap Xavier.
Nesa yang mendengar itu mengambil bantal dan melemparkan kepada Xavier yang sudah berlari keluar namun naas bantal-nya tidak mengenai Xavier melainkan pintu yang di tutup oleh Xavier.
"dara pria arogan, " ucap Nesa pelan.
sedangkan Xavier yang berhasil kabur dari lemparan bantal nesa tertawa ketika sudah keluar dari kamar Nesa, ia bersiul senang sambil menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar-nya. sungguh menyenangkan ketika melihat Nesa kesal.
seperti-nya menjahili Nesa akan menjadi hobi baru-nya kali ini, tanpa Xavier sadari kedua orang tua-nya menatap heran melihat anak-nya yang terlihat sangat senang tidak biasanya ia seperti itu.
sedangkan Nesa yang berada di kamar-nya termenung meratapi nasib-nya. saat ia melihat keluarga Xavier yang benar-benar harmonis ia benar-benar iri.
"andai keluarga ku seperti keluarga-nya, mungkin sekarang aku bahagia, " ucap Nesa lirih.
"mah... bahagia ya di sana, Nesa sayang sama mamah, " ucap Nesa lagi.
mamah Nesa sudah tiada ketika Nesa hendak masuk kuliah sekitar 4 tahun lalu, mamah Nesa sakit kepala mamah Nesa depresi ketika melihat sang suami pulang membawa perempuan lain.
dan semenjak itu hidup mesa menjadi hancur, kamar-nya pergi meninggalkan-nya untuk selamanya dan ayah-nya yang sudah tidak lagi menganggap-nya sebagai anak dan ayah-nya lebih mencintai adik tiri-nya.
tanpa sadar Nesa menitikan air mata-nya kala mengingat kenangan buruk, ayah adalah cinta pertama anak perempuan namun cinta itu di hancurkan dengan sikap yang di pilih oleh sang ayah. apakah Nesa harus membenci sang ayah? atau sebaliknya?.
"sayang kenapa kamu menangis? " tanya bunda Xavier yang tiba-tiba sudah ada di samping Nesa.
dengan cepat Nesa mengusap pipi-nya yang sudah banjir dengan air mata dan mencoba untuk tersenyum kepada bunda Xavier agar tidak di curigai.
"bukan apa-apa kok bunda, " jawab Nesa sambil tersenyum.
bunda Xavier khawatir dengan keadaan Nesa, ia juga ragu dengan ucapan Nesa namun ia tetap tersenyum dan mengangguk lalu mengelus pucuk kepala Nesa sayang.
Nesa yang di perlakukan seperti itu menjadi terharu tanpa ia sadari air mata-nya kembali mengalir deras, bunda Xavier yang terkejut langsung memeluk Nesa dan menenangkan Nesa.
"apa kamu benar baik-baik saja? " tanya bunda Xavier khawatir.
"aku baik-baik saja... aku hanya terharu, " jawab Nesa sambil menghapus air mata-nya.
"ya sudah kamu Istirahat yah sudah malam, " ucap bunda Xavier.
Nesa mengangguk menurut kalau Nesa merebahkan diri-nya di kasur empuk itu, bunda Xavier menyelimuti Nesa dengan perlahan lalu mengecup kening Nesa dengan sayang.
setelah itu bunda Xavier meninggalkan kamar Nesa. setelah bunda Xavier benar-benar keluar dari kamar-nya Nesa langsung bangkit kembali menatap pintu yang sudah tertutup.
"andai saja... mamah masih ada, mungkin mamah akan seperti bunda Xavier yang sangat menyayangi ku, " ucap Nesa sendu.
lalu Nesa kembali merebahkan diri-nya telentang, ia menatap langit-langit yang indah itu dengan senyum pedih, sungguh cobaan-nya sungguh berat.
ia berharap untuk tidak bertemu dengan ayah-nya atau bahkan keluarga baru ayah-nya namun takdir berkata lain ia akan sering bertemu dengan ayah-nya karena Ayah-nya salah satu dari kolega bisnis Xavier.
karena terlalu lelah Nesa sudah terlelap dalam tidur-nya, dengan posisi masih sama seperti tadi telentang. semoga mimpimu indah kali ini Nesa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
She Jutex MImi
oooo arfiyansyah bapake nesa kayaknya
2023-11-09
2
Alpha Arietis
indah kamar nya ya
2022-02-02
1
Duwi Hariani
terjebak cinta janda muda hadir✌
2022-02-01
2