Mr. AROGANT
"Huftt hampir saja aku terlambat," ujar seorang gadis tersebut.
Gadis itu melangkah dengan jantung yang tererus berdetak semakin cepat. Ia yakin dengan ruangan yang ada di depan-nya karena sebelum ia sampai di lantai 7 ini ia menanyakan ruangan yang akan menginterview-nya.
Setelah sampai di depan pintu itu ada seorang wanita yang sedang mengandung, wanita itu menghampiri-nya dengan nafas yang terengah.
"Masuk aja ya neng, sudah di tunggu sama si bos," ujar Wanita itu dengan tersenyum sopan dan bawaan-nya yang lembut.
Ia mengangguk dan mengucapkan trima kasih kepada wanita itu.
"Trima kasih mba... Sinta," ujar-nya sambil melihat name tag wanita tersebut.
Yang di panggil Sinta mengangguk dan meninggalkan gadis itu di depan pintu ruangan sang bos besar. Sebelum mengetuk pintu gadis itu menetralkan nafas-nya agar debaran jantung-nya berkurang.
Tok...tok...tok
"Masuk," suara bariton itu mengintrupsi gadis itu untuk masuk.
Ia membuka pintu itu yang pertama ia lihat, seorang laki-laki yang masih terfokus kepada layar leptop itu, sejenak ia terpesona, ia menggelengkan kepala dan melangkah pelan maju menuju sang big bos.
"Duduk," ujar Laki-laki itu dan mengangkat kepala-nya.
Ia langsung duduk tanpa di minta untuk kedua kali-nya, sang big bos kembali melihat berkas yang berada di tangan-nya.
"Vanesa Anggelista paramita... Umur 23 tahun, baru lulus kuliah?" tanya sang big bos.
Vanesa yang biasa di panggil Nesa atau Mita itu mengangguk enggan mengeluarkan suara. Sang bos berdecak melihat wanita yang berada di depan-nya hanya mengangguk.
"Apakah kamu gagu?" tanya-nya ketus.
Nesa mengangguk sebelum ia sadar setelah itu ia menggeleng dan meringis kecil menahan malu.
"Saya tidak gagu pak," ujar Nesa sesopan mungkin.
"Kalau kamu tidak gagu kenapa tidak menyahuti," ujar si bos pedas.
Nesa menghela nafas ia tidak boleh emosi bisa-bisa ia di tolak oleh si bos untuk menjadi sekertaris-nya.
"Oh ya... Nama saya Xavier Anderson Miller," ujar Xavier memperkenalkan diri.
Laki-laki itu menyenderkan punggung-nya di kursi kebesaran-nya sambil bersedekap dada dan menatap Nesa tajam.
"Saya sudah tau," ujar Nesa dengan tersenyum lebih tepat-nya senyum paksa.
"Oh ya? Sudah pasti karrna saya pengusaha sukses di usia saya yang masih muda dan banyak orang yang tahu tentang saya dan jangan lupakan kalau saya idaman para wanita," ujar-nya kelewat pede.
Nesa mendengus kesal mendengar ucapan sang big bos yang terlalu pede, meskipun ia mengakui tentang ketampanan sang bos namun sifat-nya yang sangat mines membuat Nesa berpikir berkali-kali untuk menyukai sang bos.
"Ya ya ya, jangan terlalu pede bos, tidak semua wanita mengidam-idamkan anda termasuk saya," ujar Nesa menatap sang bos kesal.
Xavier menggeram kesal untuk pertama kali-nya ia di rendahkan seperti ini, biasa-nya semua wanita akan bertekuk lutut kepada-nya bahkan rela ia tiduri tanpa di bayar oleh-nya, sedangkan gadis di depan-nya ini? Justru tidak tertarik sama sekali dengan-nya.
"Kalau gitu kamu saya terima mulai besok kamu bisa bekerja, selama seminggu kamu akan di bimbing oleh sinta sebelum sinta mengundurkan diri," ujar Xavier panjang lebar.
Nesa tersenyum senang namun juga sedih, senang karena di terima kerja dan sedih karena harus memiliki bos mines sifat. Nesa mengangguk dan berdiri sekalian pamit untuk undur diri.
"Trima kasih pak, kalau gitu saya undur diri," ujar Nesa dan melangkah pergi setelah mendapatkan anggukan.
Baru lima langkah ia berjalan sudah di tahan lagi oleh sang big bos mau tidak mau ia memutar balik menghadap snag bos yang masih santai duduk di kursi kebesaran-nya.
"Tunggu,"
"Ada apa lagi pak?" tanya Nesa menahan kesal.
"Satu lagi tugas kamu tidak hanya mengerjakan bagian mu tapi...,"
"Tapi... Apa pak?" tanya Nesa kesal karena ucapan sang bos yang menggantung.
"Tapi kamu juga harus melayani saya," ujar Xavier santai.
"Me-Melayani seperti apa tuan?" tanya Nesa karena ucapan sang bos agak sedikit ambigu.
"Seperti membuat kopi, membelikan saya makan siang... Memang-nya kamu pikir apa? Jangan terlalu berharap saya akan menyentuhmu, tubuhmu saja lurus seperti itu," ujar Xavier ketus membuat Nesa salah tingkah plus malu sudah berpikir yang tidak tidak.
"Ah baiklah, kalau begitu aku permisi," ujar Nesa gugup dan bercampur malu.
Nesa meninggalkan ruangan itu sampai di depan meja sekertaris ia bertemu sinta sekertaris sang big bos yang akan pensiun alis berhenti. Ia menyapa smabil tersenyum walau jantung-nya masih saja berdetak tidak karuan.
Setelah menyapa Sinta, Nesa meninggalkan-nya dan berjalan untuk ke lfit, setelah sampai di loby kantor ia berjalan keluar ia memilih berjalan kaki pulang-nya karena jarak dari kantor ke kos'an-nya tidak begitu jauh.
Ia berjalan sambil memegangi dada-nya, bisa-bisa-nya ia berfikir buruk tentang melayani sang boss. Malu itu yang terlihat dari wajah Nesa.
Nesa sudah sampai di kos'an-nya ia berjalan ke lantai dua karena letak kamar kos-nya yang berada di lantai dua. setelah sampai di kamar ia mengunci pintu dan melempar tas-nya ke atas kasur. ia berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandi sore-nya.
Nesa keluar dengan menggunakan jubah mandi, ia menuju ke lemari dan mengambil baju santai-nya, ia kana cerita jika ia di terima di perusahaan ternama itu ke ibu-nya.
Ajeng kembali masuk kedalam kamar mandi untuk memakai baju-nya, setelah selesai Ajeng berniat untuk pesan makanan di online.
ia mengambil handphone-nya saat membuka-nya banyak pesan dari snag kekasih, yang isi-nya antara lain untuk meminjam uang.
Nesa mengabaikan pesan itu dan beralih menuju aplikasi hijau dan memesan makanan-nya, setelah memesan makanan-nya ia menunggu makanan-nya sampai sambil bermain sosial media-nya.
Tok...Tok...tok.
Nesa membuka pintu dan ternyata itu abang ojol yang mengantar makanan-nya.
"Mba vanesa ya?" tanya abang ojol-nya.
"Iya bang," ucap Vanesa tersenyum ramah.
Abang ojol memberikan pesanan Nesa dan Nesa memberikan uang 50 ribu dan bilang kepada abang ojol-nya tidak usah di kembalian.
Nesa kembali masuk ia menaruh makanan-nya di meja belajar-nya dan membuka makanan itu lalu menyantap-nya dengan lahap, karena ia sudah sangat lapar.
Drrtt...Drttt...Drtt
Handphone Nesa berbunyi Nesa mengangkat telpon itu tanpa melihat nama siapa yang menelepon, saat tau siapa yang menelepon ia jadi malas dan makan-nya tidak berselera.
"Halo sayang, aku pinjam uang dong," ujar laki-laki dari sebrang telpon.
"Aku tidak memiliki uang," ujar Nesa.
"Kamu pelit banget sih sama pacar sendiri tidak mau meminjamkan uang!" bentak laki-laki itu.
"Sudah ku bilang aku tidak punya uang!" balas Nesa kesal dan langsung mematikan sambungan telpon secara sepihak dan mematikan daya handphone-nya. ia melanjutkan makan-nya dengan kesal baru saja ia mendapat pekerjaan sudah di ganggu saja oleh pacar-nya itu pikir Nesa.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
hay ini cerita kedua ku, jangan lupa vote ya.
jangan lupa mampir di cerita sebelah yang judul-nya bismilah jodoh mampir ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Syna Ro
mampir deh
2023-07-12
1
Sarah wati
ajeng siapa thor
2023-06-21
0
Siti Saadah Khodijah
cowok matre,ke laut aje😄😃😁
2022-08-01
1