Sang Mantan Istri
Rintik hujan di pagi hari, membuat Freya merasa tidak bersemangat menjalani aktivitasnya. "Langit aja lagi nangis mana bisa naikin mood kalo gini?"
Wanita itu lantas bangkit dari pembaringannya dan menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim di kala subuh menjelang. Setelah selesai dengan urusan pribadinya, Freya bersiap mempersiapkan kebutuhan buah hatinya. Hal itu sudah sangat biasa dilakukannya sebelum berangkat bekerja.
Freya Anindita adalah seorang wanita single parent di usia yang terbilang masih muda. Menginjak usianya yang ke dua puluh tujuh tahun, dia telah menjadi seorang janda dengan membawa sepasang anak balita. Mantan suaminya bernama lengkap Adnan Arshaka. Mereka menikah setelah berpacaran sekitar dua tahun lamanya. Namun, siapa menyangka mereka akhirnya berpisah di usia pernikahan yang keenam dengan alasan yang tidak masuk akal.
“Buna, sarapan apa kita?” tanya Aluna kepada ibunya yang sedang berkutat dengan kompor dan wajan pagi ini.
"Buna masak kesukaan Aluna dan Daffa!" Wanita itu menoleh dengan senyuman menjawab pertanyaan putri kesayangannya.
“Wow, Spagety carbonara!” pekik Aluna girang saat satu mangkuk besar masakan terhidang di meja makan.
"Daffa sudah bangun sayang?" tanya Freya kepada anak sulungnya kemudian.
"Sudah, dia lagi mandi sama mbak Wulan."
“Bekal Kakak ini juga kan Buna?” Dengan girang gadis yang baru bersekolah tk itu kembali membuat Freya mengembangkan senyuman. Asalkan ada kedua buah hatinya, seberat apapun hidupnya, dia yakin bisa melewati semuanya.
“Nih, Buna udah siapin semuanya!”
Tak lama terdengar seruan celoteh anak bungsunya, dia adalah Daffa yang masih berusia tiga tahun dan sedang masa aktif-aktifnya.
“Buna!”
“Wah, anak ganteng Buna… Udah wangi, sini Buna peluk dulu!” Freya merentangkan tangannya menyambut kedatangan Daffa setelah sebelumnya dia menaruh kembali celemek kotornya. Tak lama kemudian, Freya meletakkan pria kecilnya di kursi khusus bayi agar tidak terjatuh dan meletakkan semangkuk sarapan pagi. Di bantu oleh pengasuh kedua buah hatinya, Freya merasa beruntung bisa menjalani hari-hari berat pasca perceraiannya yang sudah terlewati setahun lamanya.
Anak sulungnya bernama Aluna Azzahra dan si bungsu mereka namai Daffa Zaidan Althaf. Dalam sidang perceraiannya tidak ada hak asuh anak, semuanya berhak mengasuh anaknya. Namun, dikarenakan anak-anak mereka masih sangat kecil, maka diputuskan anak-anak tinggal bersama dengan ibunya.
Mantan suaminya sendiri merupakan karyawan di salah satu perusahan besar di ibu kota. Sebelum berpisah, keduanya hidup mengontrak disana. Saat putusan perceraian berlaku, Freya memilih kembali pulang ke kampung halamannya di kota kembang. Walaupun mereka telah bercerai, Adnan sendiri tidak pernah bolong mengunjungi buah hatinya di akhir pekan.
Pasca perceraian, Freya juga meminta izin kembali tinggal bersama ibunya. Di bantu oleh sang ibu, Freya berusaha terus memperbaiki diri, baik dari segi mental maupun fisiknya.
Sungguh beruntung, dalam kurun waktu tiga bulan Freya kembali ke kampung halamannya, dia akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan. Lambat laun, perekonomian Freya mulai stabil bahkan berlebih, dia bisa menyewa rumah sendiri bahkan bisa mendapatkan orang yang bisa membantunya mengurus anak-anak dan rumah di kala dia sibuk dengan pekerjaannya.
Waktu bergulir dengan cepat, Freya dan putrinya siap berangkat. Namun, hujan masih terus mengguyur tak terlihat mereda.
“Buna, hujannya awet nih!” Aluna mendongak menatap ibunya.
Gadis kecil kesayangan Freya itu baru berusia enam tahun. Tahun ini, dia sengaja memasukkannya di taman kanak-kanak yang tak begitu jauh dari rumah sewanya itu.
“Iya… Baiknya Buna order taksi saja!” Freya merogoh ponsel di tasnya, tak lama dia memesan kendaraan lewat aplikasi dan tak perlu menunggu lama mobil yang dipesannya datang. Keduanya lantas berpamitan pada orang rumah, dia harap saat Wulan menjemput pulang putrinya cuaca sudah kembali cerah.
***
Setelah mengantar putrinya, Freya pun tak lama sudah berada di kantor tempat dia menghidupi keluarga kecilnya pasca perceraian. Walaupun Adnan atau mantan suaminya tetap mengirimi dia uang, Freya bersikeras harus mempunyai pendapatan sendiri. Alasan Freya menyewa rumah karena jarak tempuh dari rumah ibunya terlampau jauh. Disini, dia hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit menggunakan kendaraan, itupun dikarenakan kondisi jalan raya yang selalu padat mengakibatkan kemacetan.
Freya bekerja di salah satu perusahaan swasta di bidang kontraktor, dia menjabat sebagai staf keuangan. Dalam satu ruang besar khusus divisi keuangan, hanya terdiri dari ruangan kepala bagian atau manager dan ruangan yang berisi satu supervisor dan dua administrasi.
"Pagi, Sell!" sapa Freya pada salah satu rekan kerjanya yang sudah lebih dulu disana.
“Pagi!” sahut rekan Freya yang bernama Seilla. “Muka lu kok kusut?” tanyanya kemudian dengan raut wajah yang terlihat seolah tengah mengolok Freya.
“Iya, pagi-pagi hujannya awet kek di kasih formalin, bikin gak semangat ngapa-ngapain!” keluh Freya menanggapi rekannya.
“Dih, gak boleh lu tuh ngomel-ngomel gara-gara hujan. Hujan tuh penanda turunnya rezeki, you know!”
Seilla merutuki keluhan rekan kerjanya, sedangkan Freya sendiri mencibir lirih. “Eh, Pak Bram udah dateng?”
Freya mendadak berbisik bertanya pada rekannya dengan wajah mulai terlihat menegang.
“Belum!” sahut Seilla cepat. “Cie… Sepagi ini nanyain si Bos, kangen ya?”
“Matamu!” Freya kembali dibuat kesal oleh rekannya, setelah mengumpat kasar dia kembali ke mejanya. “Gue barusan ampir telat, lu tau sendiri telat potong gaji!” Freya merepet kesal menjelaskan pada rekannya.
Sudah bukan jadi rahasia, bahwa aturan kantor mereka memang sedikit menakutkan jika terlambat datang. Terlebih, bos dimana Freya berada terkenal dingin juga angkuh. Walau terkenal dengan sifat angkuh dan dinginnya, manager keuangan yang bernama lengkap Abraham itu terlihat seolah menyukai Freya. Alasan itulah membuat Seilla selalu menggoda rekannya. Terlebih, Seilla mengetahui status Freya yang merupakan janda dua anak. Rumor itupun sudah menyebar hampir ke seluruh bagian kantor. Awalnya Freya merasa risih, tetapi dia harus bersikap bodo amat agar bisa bekerja lama disana.
“Kalian ini, sepagi ini berisik sekali!” Tiba-tiba suara seorang wanita paruh baya ikut menimpali keduanya. “Tuh, orangnya dah jalan kesini!” Namanya adalah Linda, tapi kedua rekannya selalu memanggilnya Ibu Linda, jelas karena perbedaan usia mereka. Bu Linda merupakan supervisor disana, dia lah yang membawahi Seilla.
Mendengar peringatan bu Linda, kedua wanita yang tadi terlibat candaan mendadak diam dan pura-pura sibuk dengan berkas di depan mata mereka. Pintu ruangan terbuka, semerbak harum yang sudah di hafal sebagian warga divisi keuangan mulai menelan ludah. Tak lama suara berat langsung keluar dari pria yang barusan datang.
“Freya, tolong ambilkan laporan keuangan tiga bulan yang lalu!” Pria tampan nan tegas itu berhenti tepat di depan meja Freya. “Sebentar lagi team audit akan datang ke tempat kita.” Tanpa basa-basi lanjutan pria itu lantas melangkahkan kaki memasuki ruangannya setelah menyampaikan perintah.
“Baik, Pak!” Freya bangkit perlahan mengiyakan perintah. Wanita itu lantas bersiap menuju meja arsip yang tak jauh dari tempatnya.
“Acieee, baru datang langsung di cariin Ayang!” goda Seilla membuat Freya menoleh tidak senang.
“Harusnya dia nyuruh elu!” Freya bersungut kesal di depan rekannya. “Gue kan karyawan baru seumur jagung!”
“Ck, dikasih rezeki dapet perhatian pria paling tampan dan kaya di kantor itu harusnya seneng!” Seilla kembali menggoda rekannya. “Lagian ya, gue itu di bawah wewenang Bu Linda, lah elu? Kan elu adminnya doi! Gitu aja pura-pura lupa…”
“Haish, seneng bener kamu tuh godain Freya!” Kali ini bu Linda merasa candaan Seilla berlebihan. Terdengar Seilla terkekeh renyah kembali berkutat dengan pekerjaannya, sedangkan Freya menghela nafas berat.
Seilla dan bu Linda adalah rekan kerja Freya selama di kantor. Sejak awal dia bekerja disana, dia sendiri tidak ingin berhubungan dekat dengan siapapun. Untungnya, Seilla dan bu Linda cukup menghargai status jandanya. Freya mulai membuka diri pada keduanya dan percaya mereka cukup menghargainya.
Bagi Freya, dia tidak pernah ingin menutupi status jandanya. Hal tersebut justru digunakan olehnya sebagai tameng bagi para pria yang ingin mendekatinya. Namun, namanya manusia tidak bisa diharapkan lebih. Bagai pisau bermata dua, ada yang tumpul ada juga yang tajam. Bagi kalangan rekan wanita di beberapa divisi lain justru mencemooh statusnya. Apalagi saat rumor Pak Bram, sapaan akrab manager yang sekaligus bos Freya. Rumor yang menyatakan bahwa ada affair antara keduanya. Semua wanita yang mengejar pria tampan itu mulai membenci kehadiran Freya, bahkan status single parent yang melekat dalam diri Freya menjadi alat mengolok dirinya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Rita Yulia
👍
2022-03-19
1
Nur hikmah
mmpir....like....lnjut
2022-03-13
1