Freya berjalan lebih dulu, diikuti Bram dari belakang yang mencoba menyamakan langkah kaki mereka. Namun, Freya tidak habis akal, dia bahkan sedikit berlari kecil seolah memiliki alasan untuk melakukan absensi tepat waktu. Freya membuka pintu ruangan finance, saat akan menutup dia melihat Bram menatapnya tajam. Freya menelan ludah dan menunduk menyambut tuannya. Tak lama, Bram juga yang menutup pintunya.
“Hei Sis… Lu kok bisa bareng ama Doi?” Seilla lantas mendekati Freya yang baru kali ini terlihat datang dengan wajah menegang.
“Iya…” Freya sungguh lelah pagi ini.
“Demi Raja Neptunus, you beneran berangkat bareng Ayang?”
“Terserahlah!” Freya melambaikan tangan menyerah, dia tidak ingin recok di pagi yang suram ini. “Semalam gue lembur, dia anterin gue pulang… Motor gue tinggal disini!” Walau tidak ingin menjelaskan. Namun, rutukan lirih terus keluar dari mulutnya.
“Nah, itu… Gue dapet bisik-bisik tetangga… Lu mau denger gak?”
“Bodo!”
Seilla cekikikan melihat ekspresi kesal Freya, hal ini lah yang disukainya, jalan ninjanya terwujud dengan membuat kesal rekan dua langkahnya. “Gosip lu semalam sama Ayang disini udah nyebar!”
Freya menghentikan aktivitasnya, dia menoleh pada Seilla dan menatapnya tajam.
“Bukan gue yang nyebarin, sumpah demi cantik sepanjang hari!” Seilla mengangkat kedua tangannya seolah dia tengah diintimidasi oleh rekannya yang sedang dalam mode senggol bacok.
“Freya!”
Deg!
Keduanya mendadak terdiam dan kembali pada posisi standard mengerjakan pekerjaan.
“Iya, Pak!” Freya bangkit saat Bram keluar ruangan dengan wajah dingin dan angkuhnya. “Jangan lupa kamu hubungi bagian IT hari ini!”
“I-iya, Pak!” Freya menunduk mengerti.
“Bagus, kamu juga jangan lupa perbaiki laporan yang salah itu dan kirim ke saya hari ini juga!”
Freya melongo membuat Bram setengah mati tidak tertawa saat ini. Dia lantas kembali ke ruangannya dengan menahan tawa.
“Huh, kaget anjir!” ucapan Seilla membuat Freya tersadar dari lamunannya barusan.
“Kalian berdua memang gak pernah tobat!” Kali ini suara wanita paruh baya satu-satunya ikut menimpali.
“Ich, Ibu mah… Biar gak serius banget gitu…” Seilla mencoba membela dirinya.
“Emang, semalam ada masalah apa Frey sampai kamu lembur?” tanya Bu Linda membuat Freya menelan ludahnya serat.
“Itu Bu, laporan yang aku kirim dari email bulan lalu, tidak sama angkanya dengan yang diterima di email Pak Bram… Jadi, Mba Elsa suruh Pak Bram buat perbaiki sampai balance…”
“Terus?”
Keduanya menanggapi serius penjelasan Freya kali ini. “Entah lah Bu, tiap diperbaiki selalu berubah angkanya. Padahal, aku gak ngelakuin apa-apa semua formulanya juga sama!”
Freya terus menjelaskan dengan menggebu, keduanya mendengarkan dengan seksama, begitupun Bram yang mencuri dengar dari tempatnya.
"Eh coba kamu cek Microsoft kamu edisi kapan?" Bu Linda mendadak seolah mencurigai sesuatu dari cerita Freya.
“Gak tahu, Bu. Kenapa emangnya?” Freya bertanya kembali dengan polosnya.
“Mungkin saja cukup berpengaruh, biasanya sih gitu…”
“Oh…” Freya menyahut lemas, dia segera menghubungi pihak berwenang dan mereka menjanjikan memperbaikinya segera.
Riuh kedatangan team IT membuat Bram penasaran dan akhirnya keluar memastikan.
“Jadi, apa masalahnya, Frey?” tanya Bram membuat semua pasang mata merubah atensi mereka pada pria yang memiliki suara berat disana.
“Oh, iya… Kemungkinan sih karena komputer saya belum update software!”
Bram mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti dengan penjelasan Freya. “Lain kali, kalian harus melakukan ceklis berkala pada perangkat disini, ya!”
“Sekalian, tolong cek milik Bu Linda sama Seilla,” Bram juga tidak ingin mengulang kesalahan yang sama di departemennya.
“Maafkan keteledoran kami, Pak Bram!” timpal teknisi menjawab perintah Bram. “Untuk perangkat Bu Linda dan Seilla sudah selesai dari seminggu yang lalu. Kami ingat, dulu kami tidak bisa update di komputer Mba Freya karena gangguan listrik,”
“Oh, baguslah… Saya harap masalah teknis begini jangan sampai terulang!”
“Siap, Pak!”
Bram merespon dengan lambaian tangan. “Freya, bawa berkas tender pengadaan sumber air!”
Freya kembali menghela nafas, dengan enggan wanita itu menuju lemari arsip.
Freya kembali kemejanya, dia memanggil rekan kerjanya. “Seill, ini vendor pengadaan sumber air ada dua, yang mana satu ya?”
“Mboh!” Dengan cepat Seilla menjawab membuat Freya yakin memukul kepala gadis itu. “Hihihi… Itu bukan ranah kerjaan gue Tsay, lu kan yang gantiin orang yang dulu ngurus tender! Oon banget dah!”
“Ingin ku berkata kasar!” umpat Freya membuat seisi ruang tertawa dengan tingkah mereka.
“Memang benar Frey, sumber air panas ini sudah lama sekali… Mungkin akan kembali diadakan, kamu bawa saja semua biar Si Bos yang pilih.” imbuh Bu Linda menjadi penyelamat Freya/
“Owh…”
Penjelasan bu Linda membuat Freya sedikit lega, dia lantas kembali ke lemari arsip dan mencari datanya.
“Permisi, Pak!” Freya sedikit memekik karena kedua tangannya sudah kelimpuhan dengan arsip yang banyak.
Bram terbelalak saat Freya membawa berkas sebanyak itu. “Taruh dimana ya, Pak?”
“Sini aku bantu!” Dengan cepat Bram sudah menolong wanita pujaannya. “Kenapa gak ambil phase terakhir saja?” imbuhnya.
“Kenapa gak ngomong!” Freya teramat kesal rasanya. Bram menggaruk kepalanya yang tak gatal merespon kekesalan Freya.
“Maaf, ya!”
“Gak dimaafin…” seloroh Freya mengada-ngada.
“Jangan gitu dong, kamu mau apa, aku turutin!”
Freya terkekeh dengan sikap Bram yang kadang begini kadang begitu. “Mas begitu profesional ya, di depan orang-orang dingin angkuh tak terkira. Giliran disini—”
Freya bungkam saat bibir Bram kembali menempel dengan bibirnya. “Bukankah kamu yang tidak menginginkan hubungan tidak biasa ini terekspos?”
“Mas…” Freya mendorong tubuh kekar bosnya, dia membuang wajah yang memerah sempurna. Sudah berkali-kali Bram mencuri ciuman darinya. “Aku kebalikan dulu semua yang tidak perlu!”
Dengan cepat Freya menghindar dan meninggalkan Bram yang tengah mematung disan.
“Huh!”
“Kenapa, oi?” tanya Seilla melihat gelagat aneh rekannya.
“Salah…”
“Hahaha…”
Bukannya iba, Seilla malah terbahak senang atas kesialan rekannya.
“Freyaaa!!”
Ketiga orang di ruangan itu saling pandang dengan wajah pucat. “Aduh, mampus aku!”
“Iya, Pak!”
Freya kembali memasuki ruangan Bos moodynya, di ruangan Seilla dan Bu Linda tengah cekikikan dengan sikap Freya.
“Tapi, ya Bu… Dari dulu sampai sekarang, Si Bos cuma mau manggil Freya terus…” bisik Seilla pada atasannya.
“Huuss, ya begitulah… Kita gak usah ikut campur!” Bu Linda mencoba untuk tidak membuat keadaan menjadi tidak enak.
Di ruangan bos mereka, Freya menunduk dengan wajah pasrahnya.
“Kamu menaruh berkas dimana, Frey? China?”
“Di lemari arsip, lah!” gerutu Freya lirih membuat Bram terkekeh.
“Sini bantu aku!”
Freya menghela nafas sejenak dan mengikuti setiap titah tuannya. Bram tengah membolak- balikkan berkas seraya berucap "Kamu cek berapa total seluruh biaya hutangnya!”
Freya mendekat dan menyelidiki berkas bersama. “Terus, sisa berapa lagi hutang kita? Kita akan melakukan phase terakhir. Tapi kalau secara keuangan belum selesai belum bisa kita mulai!"
“Baik, Pak!”
“Disini aja, komputer kamu lagi diperbaiki, kan?”
“Eh, iya…”
Bram bangkit dan membawakan laptop lainnya untuk digunakan Freya saat ini. “Kamu bisa melakukannya disini. Semua data kamu tersambung disini, barusan aku menyuruh mereka melakukan otorisasi disini.”
Freya mengangguk mengerti, Bram kembali duduk di samping Freya.
“Iya, Pak?”
“Makan siang bareng?”
Freya tersenyum, dia menggeleng kepalanya. Bram semakin dekat dan berbisik di telinganya. “Kamu jangan cari alasan bawa bekal, aku tahu kamu gak bawa hari ini!”
“Pppfftt!” Freya terkekeh dengan perkataan bosnya yang terdengar mengancam. “Liat nanti deh…”
“Kalau gitu, pulang bareng lagi!”
“Mas, ih!”
Freya melayangkan pukulan lemah yang tidak dihindari oleh pria di depannya. Pria itu justru menyerahkan dirinya untuk dipukuli. Keduanya kembali tertawa bersama kemudian larut dalam pekerjaan mereka.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Cetak Photommp
cepetan nikah aja freya sama bram
2022-08-07
3