“Kak…”
Adnan mendekati putrinya yang tengah memainkan boneka barunya. “Iya, Ba?”
“Baba pengen nanya, kamu jawab jujur ya…” Adnan duduk di samping putrinya dengan wajah yang terlihat serius.
“Apa selama Baba tidak disini, ada pria lain seperti Baba yang datang kesini?”
Aluna menoleh dengan kening yang berkerut dan bibir yang mengerucut. “Maksud Baba apa sih?”
“Hehe…” Adnan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang tidak memungkinnya mencari informasi mengenai mantan istrinya dari buah hatinya. Pasalnya, dia sangat mengenal Freya luar dalam. Mantan istrinya itu tidak memiliki banyak teman, apalagi teman akrab. Jadi, Adnan tidak bisa mengorek informasi penting itu jika bukan dari putrinya yang hampir dua puluh empat jam bersama ibunya.
“Ada cowok seumuran Baba yang deketin Buna, gitu loh!”
“Ehm…” Aluna seolah tengah berpikir. “Gak ada, tapi…”
Mendadak jantung Adnan berpacu cepat saat Aluna menjeda sanggahannya. “Tapi?”
“Beberapa kali Aluna ke sekolah dianterin pake mobil sama temen cowok Buna. Katanya sih temen kantor gitu!”
Lemas sudah Adnan saat mendengarkan gadis polos tanpa dosa di sampingnya. “Apa dia pria baik? Dia perhatian gak sama Kakak?”
“Baik sih Ba, sempet kasih makanan gitu…”
Adnan langsung termakan api cemburu. Alasan klasik yang membuat pria itu tidak mengijinkan istrinya kembali bekerja tentu karena istrinya sangat cantik. Siapapun pasti akan terpesona oleh kecantikannya. “Oh, tapi… Buna ajak kesini enggak?”
“Enggak, Ba… Itu aja Om Bram kadang-kadang aja, apalagi kalo ujan pas Buna gak bisa make motor!”
“Owh…” Adnan tersenyum kecut menanggapi ucapan polos dan jujur putrinya. Tak lama dia menyuruh anak-anaknya untuk secepatnya tidur. Adnan tak lupa mengajak mereka untuk story telling. Tidak hanya mendongeng dari buku cerita, Adnan juga mendengarkan seksama semua kisah yang diceritakan buah hatinya satu per satu dengan sabar.
Adnan perlahan menarik dirinya dan bangkit dari ranjang. “Apa Freya sudah tidur?”
Pria itu bangkit keluar kamar, dia menoleh menatap lekat pintu yang jadi ruang pribadi mantan istrinya. Perkataan Aluna sukses membuat Adnan semakin takut kehilangan wanita satu-satunya yang ada di dalam relung jiwanya. “Freya, bagaimana lagi aku menunjukan betapa aku cinta mati sama kamu!”
Adnan berbalik menuju pintu depan, dia menyalakan satu batang rokoknya. Dia menyesap kuat dan mengepulkan asapnya dengan mendongakkan kepalanya. Rasanya begitu berat beban hidupnya. Seluruh slide kehidupan yang sudah terlewati berterbangan dalam kepala Adnan. Pria itu lantas tersenyum bahagia saat mengingat malam tadi istri yang kini jadi mantannya begitu manis dengan dress tidurnya. Walau tidak memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya, Adnan tentu bisa mengingat dengan jelas tubuh di balik pakaian itu. “Heh… Aku sungguh bodoh. Seharusnya aku menahanmu dan tidak membiarkan kamu pergi dari sisiku!”
Dua jam berlalu begitu saja, hampir setengah bungkus Adnan menyesap rokoknya. Dia kembali memasuki rumah dan mengunci pintu, matanya terbelalak saat dengan samar dia melihat Freya keluar dari kamar menuju toilet yang tak jauh dari sana. “Freya!”
Degup jantung Adnan benar-benar berpacu sangat cepat. Dia bisa dengan jelas memetakan dres tidur maroon yang membuat kecantikan Freya meningkat seribu kali lipat. Adnan tersadar, buru-buru dia memasuki kamar Freya yang tidak terkunci. Seolah bagai pucuk di cinta, ulam pun tiba. Pria itu tercengang dengan kondisi kamar Freya yang seolah bak anak gadis dengan status singlenya. Harum semerbak menggoda iman Adnan saat memandang keadaan kamar Freya. Seketika Adnan mengingat kondisi mereka saat masih bersama. Satu kamar tidur utama dengan kasur tanpa dipan, lemari satu-satunya yang pintunya jebol ulah anak-anak mereka. Belum lagi grafiti alami yang dihasilkan dari kreativitas anak-anak dan crayonnya. Rasanya, Adnan ikut sesak sekarang. Walaupun jelas, Freya membawa kedua buah hati mereka. Namun, kondisinya jelas berbeda seratus delapan puluh derajat. Semua tempat tertata rapi sempurna memanjakan mata. Tidak sama saat mereka di ibu kota dengan kondisi rumah yang apa adanya. “Kenapa, Frey… Mengapa kamu berubah saat berpisah… Mengapa kamu tidak mengusahakannya saat bersamaku!”
Adnan bergumam lirih menutupi perih, dia sadar, Freya berjalan memasuki kamar. Pria itu lantas bersembunyi cepat di balik pintu kamar. Beruntungnya penerangan yang temaram membuat Freya lambat menyadari keberadaan mantan suaminya. Dia terkejut saat menutup pintu Adnan tersenyum menggoda kearahnya.
“Aarrghh…” Tanpa menunggu lama Freya memekik. Dengan sigap Adnan menarik tubuh Freya dan membungkam mulut mantan istrinya dengan mulutnya.
Sekuat tenaga Freya berontak dan mendorong tubuh Adnan. Pria itu justru semakin bersemangat sampai Freya menggigit lidah mantan suaminya.
“Adnan! Hah…” Freya terengah dan meneriaki mantannya. “Brengsek!”
“Maaf Freya, aku spontan melakukannya. Suruh siapa kamu teriak, orang pikir nanti ada maling apa lagi enak-enak, kan bahaya!”
Plaaak!
Freya memukul keras bahu Adnan, untuk menampar wajah ayah dari anak-anaknya tentu saja Freya tidak memiliki keberanian itu.
“Aduuuh, sakit!” keluh Adnan mengaduh.
“Rasakan! Sekarang keluar dari kamarku!!” Freya membuka pintu kamar dan memerintah dengan kasar.
“Kamu jahat banget sama aku, Frey… Salah aku dimana coba?” Adnan berujar lirih mencoba mencari iba dari mantan istrinya.
Freya tertegun dengan ucapan Adnan. Jujur saja, tentu bukan perkara mudah melupakan cinta pertamanya. Freya setengah mati ingin melupakan Adnan dengan sifat buruknya.
“Aku merindukanmu, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu!”
“Bull-sh-it!” umpat Freya sarkas mengumpat ucapan pria yang sudah memberinya dua anak.
“Katakan padaku, apa salahku? Apa kurangku? Setiap hubungan jelas tidak ada yang sempurna… Justru, kita harus bisa melengkapi satu sama lain agar bersama kita terasa sempurna!”
Freya sudah berlinang air mata, selain merasa ternoda oleh ulah Adnan barusan, ucapan Adnan benar-benar menusuk tepat di jantungnya. “Kamu tidak akan pernah mengerti, Adnan. Itu alasannya, aku menyerah dan mengejar bahagiaku sendiri!”
“Apa aku benar-benar tidak bisa membahagiakanmu? Apa maksudmu gajiku kurang banyak?” Apa semua karena uang?”
Freya lagi-lagi seperti tengah dalam kondisi skak mat. Semua ucapan Adnan tidak bisa dibantah. Perlahan Adnan mencoba meraih jemari tangan Freya, wanita itu terdiam membiarkan. “Apa aku harus pergi ke Bulan dan membawakanmu Bintang agar bisa mengerti sedalam apa aku mencintaimu…”
“Apa aku pernah selingkuh?”
“Apa Frey?”
“Jawab!”
Freya menarik kembali tangannya, dia sudah menutupi wajahnya yang basah dan terus menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Pergi, aku lelah…”
“Aku tidak akan pernah pergi, apa setahun tidak memuaskanmu bebas dariku?” Adnan kembali memaksa menarik kedua tangan Freya dan mengecupnya perlahan. “Sekarang, giliranku!”
"Jika memang menurutmu berpisah adalah jalan yang terbaik maka aku akan merusak jalannya!"
Freya terbelalak dengan untaian kata yang terdengar seperti ancaman sekarang. Freya berubah ketakutan saat melihat kilatan cahaya merah dari sorot mata Adnan yang tajam menatapnya. “Kita perbaiki semuanya, ya? Seperti saat masuk pom bensin. Kita mulai dari nol lagi!”
“Tidak, Adnan… Aku mohon… Pergi sekarang, jangan sampai—”
“Sampai apa?”
Permohonan Freya di tolak mentah-mentah, rasanya kesabaran Adnan memang setipis helaian tisue semata. Dia mudah sekali emosi, salah satu alasan Freya benar-benar tidak bisa bertahan dengannya. Tubuh Freya direngkuh dalam pelukan Adnan, jelas saja wanita itu berontak sebisanya.
“Sebentar saja, sebentar saja aku merangkul rumahku!” pinta Adnan parau membuat sekujur tubuh Freya lemas seketika. Isak tangis terdengar lirih dari bibir wanita itu membuat Adnan semakin dalam mempererat pelukannya. “Lihatlah dirimu, mengapa kamu mempercantik dirimu setelah berpisah denganku?”
“Apa kamu memang tidak ingin menunjukan hal ini padaku? Pada suamimu sendiri?”
Freya teramat lemah untuk kembali berdebat dengan mantan suami yang sama-sama keras kepalanya. “Kamu tahu Freya, aku justru berpikir kamu mungkin menduakanku.”
“Adnan!”
“Lalu, untuk apa kamu berubah seperti ini, hah?”
“Tentu saja aku berubah untuk diriku sendiri!” jawab Freya pongah.
“Heh, jadi… Apa kamu rugi berubah untukku?”
Freya terdiam, dia tidak mungkin semakin jahat dengan mengatakan jika uang Adnan tidak cukup untuk merubahnya seperti ini.
“Frey, kamu jahat… Seumur hidup, aku hanya bisa mencintaimu. Tidak peduli secantik dan sejelek apa kamu. Langsing atau gendut, wangi kayu putih maupun wangi parfume mahalmu! Semuanya sama bagiku, asal itu kamu…”
Tubuh Freya terjatuh, dia kembali menangis tersedu. “Aku mohon, tinggalkan aku…”
“Tidak akan!” Adnan tetap kukuh pada pendiriannya. “Apa kamu tahu? Selama ini, aku tidak pernah menandatangani surat perceraian kita. Aku juga tidak mengucapkan kata talak dan sebagainya. Aku tidak menuntut apapun, aku datang ke pengadilan hanya untuk menyenangkan istriku yang sangat aku cintai!”
Freya mendongak dengan wajah sembab-nya, air matanya semakin tumpah ruah membanjiri wajahnya yang cantik jelita. “Kamu bohong!”
“Untuk apa aku berbohong, apa perlu aku memperlihatkannya padamu lagi?” Adnan bersimpuh menopang wajah Freya dengan tangannya. “Apa kamu lupa Frey? Kamu yang mengajukan gugatan perceraian kita ke pengadilan. Jika saja aku berkata tidak setuju, hakim tidak akan memutuskan perceraian kita!”
Bulir bening berjatuhan mengoyak hati Adnan, baginya kegagalan menjadi suami adalah saat membiarkan istrinya menangis karena dirinya. “Freya, maafkan aku… Aku mohon, kembalilah… Aku bersumpah akan memperbaiki semuanya. Aku datang serius saat ini, karena aku sudah memiliki solusinya. Aku pastikan, kedepannya kehidupan kita akan jauh lebih baik dari sebelumnya…”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Nur hikmah
rumit.........aduh
2022-03-13
1