Freya akhirnya kembali menuruti kemauan bosnya. Dia tengah menyuap roti dan menghabiskan ice coffee miliknya dengan terus mencuri pandang mengamati bosnya yang tengah sibuk bekerja. ‘Apa yang sudah aku lakukan dengannya sebelumnya? Kenapa bisa? Aku sungguh seperti wanita murahan… Huh!’
“Yuk, semua sudah beres berkat kamu!” Bram bangkit mendekati Freya yang gelagapan karena terkejut Bram sudah selesai dengan urusannya.
“Oh, iya… Syukur deh…”
“Makan malam bareng, yuk?”
Bram menatap penuh harap pada Freya, kapan lagi dia bisa memiliki kesempatan seperti ini coba?
“Apa sekalian nonton? Aku lihat kemarin di website ada film baru…”
“Oh, ya?” Freya hanya menunjukkan wajah terkejutnya.
“Iya… Mau ya? Sebagai balasan kamu bantuin aku sekarang…”
“Ya udah lah, kepalang basah pulang malam…” sahut Freya tidak pikir panjang.
“Seriously?” lirih Bram menatap Freya tidak percaya.
“Gak jadi?”
“Jadi!”
Dengan cepat Bram menarik tangan Freya keluar ruangan. Hari ini sepertinya keberuntungan tengah menghampirinya. ‘Demi apapun juga, aku tidak akan menyia-nyiakan hari ini. Jika perlu, aku minta extra part!’
Keduanya sudah berada dalam mobil, awalnya Bram sok manis ingin menautkan seat belt pada wanitanya. Sayangnya, Freya lantas menolak dan menggunakannya sendiri. “Kamu mau makan apa?”
“Terserah!”
“Penyakit wanita…”
Bram terkekeh dengan jawaban singkat Freya. “PVJ, gimana?”
“Boleh…”
Bram tersenyum lebar, sorot matanya penuh binar menatap jalanan ibu kota yang masih padat dengan mobil yang lalu lalang walau sudah beranjak malam. Satu jam sudah mereka akhirnya berada di salah satu mall terkenal di kota. Bram segera keluar dan mempersilahkan Freya dengan membuka pintunya.
‘Ya, Tuhan… Ini pertama kalinya ada pria yang bukain pintu buat ceweknya!’ batin Freya semakin bersorak sorai dengan gempuran sikap Bram mencari perhatiannya.
“Makasi loh, Mas!”
“Aku yang harusnya berterima kasih.”
Keduanya tersipu malu, benar-benar terlihat seperti pasangan baru yang masih dilanda kasmaran.
Atas perhitungan Freya, keduanya mampir ke bioskop lebih dahulu. Jika jadwal sesuai maka keduanya akan benar-benar menonton saat ini. Beruntungnya Bram karena ada jadwal pemutaran yang tidak terlalu lama juga tidak terlalu malam. Keduanya langsung memesan tiket lantas mereka melanjutkan mencari makan malam.
“Mau makan apa, Sayang?” tanya Bram lirih membuat Freya menoleh dengan wajah kesal. “Hehe, trial gitu…”
“Ehm… Mas yang traktir kan?” Freya tidak ingin ambil pusing dengan berdebat yang tidak ada ujungnya.
“Iya, dong!” Dengan bangga Bram mengatakan penuh suka cita. “Makan steak di kedai itu yuk, Frey?”
“Boleh!”
Ingin rasanya Bram melompat-lompat kesenangan saat ini. Sayangnya, dia adalah remaja jompo yang tahu malu. Ingin rasanya Bram merengkuh tubuh Freya atau sekedar menggenggam tangannya. Namun, Freya sendiri memberi jarak yang cukup bagi keduanya.
Keduanya telah berada di salah satu resto siap saji yang barusan di pilih. Mereka telah memesan dan tak lama kemudian makanan tersaji sempurna.
“Kamu suka?” tanya Bram mengawali percakapan.
“Hm!” Freya menganggukan kepala dengan senyuman manisnya. Rasanya Bram ingin memaksa jauh agar Freya mau dengannya.
“Bagus lah kalau kamu suka…”
Tak ada lagi percakapan sampai semua makanan ludes tak bersisa. Tak ada rasa canggung seperti sebelumnya, mereka makan apa adanya. Bram sangat menyukainya, dia memang tidak salah memilih Freya jadi tambatan hatinya.
“Frey!”
“Ya?”
Freya menatap menunggu Bram menyelesaikan kalimatnya. “Masih ada tiga puluh menit, kamu mau temenin aku belanja? Kamu aku traktir juga pastinya…”
“Haha, baru kali ini liat langsung cowok ngajak shopping!” Freya menggoda atasannya, Bram tersenyum kecut menanggapinya.
“Iya deh, iya— jangan muram gitu dong, ilang gantengnya!”
Deg!
Rasanya baru kali ini Freya mau bercanda sampai memandang fisik seperti ini. Untungnya Bram menyukainya. “Pokoknya aku ngambek kalau kamu gak mau…”
“Haha!”
Keduanya tertawa bersama dan menikmati waktu bersama. Entah bagaimana mulanya, semuanya mengalir begitu saja. Benteng yang dulu terpasang tinggi, perlahan menyusut dan merenggang. Freya mulai terbuka dan menikmati hidupnya tanpa perlu ketakutan akan hal yang belum pasti terjadi kedepannya.
“Frey!”
“Ya?”
Freya menoleh ke arah asal suara, Bram tersenyum dengan membawa dua jas yang berbeda. “Bagus cream apa hitam?” tanyanya kemudian.
“Hmm… Dua-duanya aja!”
“Dih!” Bram kembali tersenyum kecut membuat Freya terkekeh tidak bisa menahan dirinya.
“Hitam udah biasa, Mas…”
“Iya sih, di rumah udah banyak juga…” Bram bergumam dan kembali tersenyum riang. “Cream deh!”
Bram melambaikan tangan bertanya pada pelayan untuk mencoba satu size untuknya. “Ikut aku, Frey…”
“Ya…”
Seperti seorang pasangan, Frey begitu patuh menemani tuannya.
“Gimana?” Bram keluar memperlihatkan tampilannya sekarang.
“Menyala Bosku~”
“Haha…”
Bram ingin menoyor kepala Freya sekarang, dia tertawa melihat tingkah konyol Freya. Tak lama dia langsung mengganti kembali pakaiannya.
“Kamu tidak pesan juga? Anniv kantor bentar lagi loh… Gih sana cari!”
“Masih lama ini…” seloroh Freya santai.
“Ayo lah, pesan yang senada dengan jasku tadi ya…”
“Buat apa?” Freya menoleh meminta penjelasan atas perkataan tuannya barusan.
“Biar bagus!”
“Ya, udah deh… Gak sopan kalo nolak…”
Bram kembali terkekeh, dia benar-benar bahagia bukan main sekarang. “Apakah seperti ini rasanya pacaran?”
Dari tempatnya Bram bisa melihat antusias Freya memilih gaun-gaun yang terpajang disana. Dia perlahan mendekat. “Kamu cobain, sepertinya itu cocok untukmu…”
“Ah… Iya…” Freya akhirnya mengambil gaunnya dan berjalan menuju area fitting room. Bram juga mengekor dengan setia. Jika saja orang-orang kantor mereka melihat keduanya. Jelas, rumor yang beredar selama ini benar adanya.
“Mas!”
“Ya?”
Bram mendekat saat Freya memanggilnya. “Gimana, cocok?”
“I-tu…” Freya menjeda kalimatnya dengan wajah yang gelisah.
“Kenapa?” Bram ikut gelisah. “Kamu gak kenapa-kenapa kan?”
“Sebenernya… Aku gak bisa narik resletingnya!” jujur Freya membuatnya malu di hadapan bosnya.
“Aih, kirain apa… Sini sama aku aja!”
Tanpa berpikir panjang Bram menawarkan dirinya. Freya sempat berpikir sejenak. Namun, rasanya tidak akan jadi soal dikarenakan sisa sedikit lagi saja.
“Cepat ya, Mas!”
“Iya…”
Bram dipersilahkan masuk, dadanya bergemuruh hebat, matanya nyaris lepas dari tempatnya. Tampilan Freya benar-benar bak bidadari dari surga dengan gaun mermaidnya. “Freya…”
“Iya…”
Freya lantas berbalik badan dan menyingkirkan rambut panjang yang menghalangi. Jakun Bram naik dan turun dengan serat. Dengan sedikit bergetar Bram mendekat bersiap menarik resleting gaun indah di depan matanya. ‘Mulus sekali tubuhnya… Aku tidak percaya dia adalah seorang janda!’
“S-su-dah, Frey!”
“Oh, iya… Terima kasih!” Freya berbalik menunjukkan tampilan sempurnanya. “Menurut, Mas… Cocok gak?”
“Cantik– sekali…” Terlihat Bram melongo memandang keindahan di depan wajahnya.
“Gombal!”
“Serius… Kamu makhluk bumi yang paling indah yang baru aku temui…”
Rasanya jantung Freya tersengat arus listrik saat Bram mengatakannya. Biasanya, hanya Adnan yang menggombal ala buaya seperti semalam. Kali ini, ada pria lain yang mulutnya begitu manis membuat hatinya tidak karuan.
“Freya…” lirih Bram memanggil wanita cantik di depannya.
“Ya?”
“Aku mohon… Jadilah wanitaku!”
Deg!
“Ehm…” Freya membuang wajahnya menggenggam tangan didadanya. “Mas, aku mau ganti baju… Boleh Mas keluar dulu?”
“Huh!” Bram menunduk dengan helaan nafas beratnya. “Ya…”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments