Hari sudah hampir senja dan jam kantor telah usai sepuluh menit yang lalu. Freya terlihat gelisah, dia sengaja menunggu suasana kantor yang sepi untuk beranjak pulang.
"Oi, tumben kamu ga buru-buru pulang?" Pertanyaan Seilla sukses membuat jantung Freya berdetak kencang oleh kejutan yang tidak diinginkannya.
“Aku kan gak bawa motor, jadi lagi nunggu taksi!”
“Owh, oke lah… Ati-ati ya…”
Beruntungnya Seilla tidak mencurigai kebohongan Freya, setelah gadis itu menutup pintu Freya menekan dadanya kuat. “Kok aku kek melakukan hubungan terlarang jadinya!”
Tanpa diketahui Freya, Bram sendiri paham yang jadi kegelisahan wanita incarannya. Pria itu menaikan sudut bibirnya saat tak sengaja menguping pembicaraan dua orang bawahannya.
“Ayo, Nona! Supir taksi anda sudah siap sedia!”
Freya lantas spontan membuka mulutnya lebar. Bram terbahak melihat respon Freya yang semakin lama semakin membuatnya terkesan tidak ada kepalsuan.
“Nguping ya?!” ketus Freya bangkit dengan wajahnya yang menahan malu.
“Hehe, sorry!”
Keduanya lantas keluar ruangan, dengan cepat Freya menuju mobil besar milik tuannya yang sudah dia hafal. Dalam perjalanan Freya selalu menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya. Bram hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkah kekanak-kanakan bawahannya itu.
“Huh!” Freya mengusap dadanya setelah menutup pintu mobil tuannya.
“Kenapa? Dikejar setan ya Frey?” Bram lagi-lagi membuat Freya merasa ingin memukul pria itu.
“Pppfft! Kamu tuh lucu loh… Padahal—” Bram menggantung kalimatnya.
“Padahal apa?” tanya Freya cepat saat Bram menghentikan kalimatnya.
Tring!
Sebuah pesan masuk di ponsel Freya menolong kondisi Bram saat ini. Bram yang terkenal sangat berhati-hati, tentu tidak ingin menyakiti perasaan wanita pujaannya walau sekedar candaan.
[ Frey, besok aku ke rumah! ]
Freya hanya menatap lemas ponselnya setelah mengetahui siapa si pengirim pesan. ‘Adnan mau kesini? Apa dia gak cape tiap Sabtu kesini terus!’ Frey sibuk bermonolog dalam benaknya membuat Bram merasa curiga.
“Kenapa Frey? Ada masalah?”
“Ah, tidak… Ini—” Frey terlintas ide luar biasa yang mungkin bisa membuat Bram menyerah padanya. “Ayahnya anak-anak minta ketemu besok!”
“Oh…” Bram merespon ketus, hatinya merasa seolah terbakar setelah mendengar ucapan Freya yang masih terlihat sopan pada mantan suaminya.
Freya membuah wajah ke jendela, dia juga menaikkan sudut bibirnya. Sepertinya, Bram mulai terprovokasi olehnya. Freya lupa belum membalas pesan mantan suaminya.
[ Iya, kamu datang aja mereka di rumah Mama! ]
Tring!
Freya menghela nafas, dia sudah mengira. Adnan sendiri maju tak gentar mencari celah berbalas pesan dengan mantan istri yang masih sangat dicintainya.
[ Aku juga mau ketemu kamu loh! ]
Bram merasa seperti obat nyamuk bakar sekarang, hatinya semakin terasa panas oleh api cemburu yang tidak seharusnya.
[ Aku baik-baik saja, tidak perlu kamu jenguk! ]
Tring!
[ Makin kamu jahat sama aku, makin aku semangat terus kejar kamu, Sayang! Aku yakin, kamu juga masih cinta aku kan? ]
Freya semakin geram dan menyesal membalas pesan mantan suaminya. Dia lantas menaruh ponselnya ke dalam tasnya. Melihat tingkah Freya membuat Bram berpikir kemana-mana. Sampai tak terasa keduanya sudah berada di rumah sewa Freya.
“Terima kasih, Mas!” ucap Freya menoleh pada atasannya sebelum dia keluar dari sana.
“Apa kamu tidak menawariku untuk mampir?” tanya Bram berkelakar.
“Haha… Tidak!”
“Kejamnya…”
“Hahaha!”
Keduanya malah terlibat tawa yang entah kenapa keluar begitu saja. Ini juga bukan pertama kalinya Bram ingin mengunjungi rumah Freya dan mengenal anak-anaknya. Sayangnya, sekalipun Freya tidak pernah mengijinkan Bram memasuki kawasan rumah bahkan untuk sekedar mengetahui anak-anaknya.
“Aku pamit ya, Frey… Good night!”
Freya kembali menoleh sejenak dengan tatapan yang sukar diartikan. Namun, wanita itu bisa dengan jelas melihat senyuman tulus yang terpetakan jelas di wajah tampan pria yang jadi atasannya.
“Good night, Mas!”
***
Waktu berjalan cepat, hari sudah kembali pagi. Freya bergegas menuju kamar putrinya. “Aluna…”
“Iya, Buna!”
Gadis kecil Freya memang sudah dibiasakan bangun pagi. Freya duduk di samping Freya yang masih sesekali menguap. “Hari ini Baba datang—”
“Asik! Buna ikut juga kan?”
Freya menatap sendu putrinya, dia menggeleng perlahan seperti biasanya. “Aluna kan di temenin Mba Wulan sama Daffa seperti biasa…”
Aluna sempat terdiam beberapa saat sebelum dia akhirnya melengkungkan senyuman. “Baik, Buna!”
Freya memeluk putri kecilnya. Dia sungguh beruntung, anak-anaknya yang masih kecil itu bisa berbesar hati atas keegoisan sikapnya. Mungkin mereka juga belum paham apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Namun, keduanya tidak pernah mempermasalahkan atau tantum karenanya.
Semua hal sudah Freya persiapkan untuk keberangkatan putra putrinya ke rumah nenek mereka. “Wulan, titip anak-anak ya!”
“Iya, Bu…”
Wulan adalah pengasuh yang dicarikan mamanya dari kampung sebelah. Dia putus sekolah dari sekolah menengah dan memiliki beban menyekolahkan adiknya. Kedua orang tuanya hanya bekerja serabutan. Makanya dia mengalah untuk tidak melanjutkan sekolahnya melainkan membantu kedua orang tuanya mengais rezeki. Usia Wulan hanya terpaut satu tahun dibawah Freya. Namun, dalam mengerjakan urusan domestik rumah tangga bahkan mengurus anak-anak gadis itu sangat berkompeten. Dia bilang ini sudah terbiasa ia lakukan di kampung. Dia terbiasa mengasuh kedua adiknya yang masih kecil. Anak-anak juga nyaman dengan Wulan. Hal ini sungguh menambah rentetan keberuntungan Freya pasca bercerai.
Mobil yang Freya pesan telah menjauh dari rumahnya, dia melambaikan tangan menyambut keceriaan kedua buah hatinya yang beranjak pergi dari sana.
Freya kembali memasuki rumah dan berencana untuk rebahan mengistirahatkan tubuh. Begitulah kegiatan setiap akhir pekan Freya habiskan jika mantan suaminya datang mencari buah hatinya.
Tring!
Saat tengah berselancar dengan ponselnya, Freya menerima notifikasi pesan masuk.
“Mas Bram?”
[ Happy weekend, Frey! Lagi ngapain? ]
Freya bangkit dari tidurnya dan duduk dengan serius menatap ponselnya. “Balas gak ya?”
[ Sama-sama, Mas! Biasa, istirahat aja seharian… Mas, sendiri? ]
Tring!
[ Katanya mantan suami kamu datang? ]
Mendadak mood Freya ambyar setelah membaca balasan kilat atasannya.
[ Memangnya kenapa, Mas? Dia kan datang buat anak-anak, bukan buat aku? ]
Di seberang sana, di kediaman Bram yang sebenarnya tidak begitu jauh dengan posisi rumah sewa Freya. Pria itu tengah tersenyum lebar. Jawaban dari pesan singkat Freya membuat kecemasannya menguar begitu saja.
[ Sorry, aku banyak tanya. Mau keluar sama aku? ]
Tring!
[ Gak lah… Emang Mas mau keluar kemana? Jalan-jalan ya? ]
Bram semakin senyum-senyum tidak karuan. Dia terlihat seperti remaja jompo saat ini.
[ Kalau sama kamu sih hayu aja… Aku mau ke rumah ortu di Lembang, mau ikut? ]
Tring!
[ Gak lah, kenapa aku harus ikut coba? ]
Bram semakin sumringah, dia senang bukan kepalang.
[ Ya, buat kenalin calon istri sama mereka. ]
Di tempat Freya, wanita itu sudah membaca pesan singkat atasannya dengan mata yang seolah akan keluar dari sarangnya. “Apa-apaan dia ini!”
Freya melempar ponselnya, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia mengubur wajahnya dalam bantal, rasanya, sungguh tidak bisa dipercaya!
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
novivia
btw freya kok bisa cerai ya sama mantan suaminya ?
2022-04-29
0
Nur hikmah
pnsrsn...rujuk ap g yaaaaa
2022-03-13
1