Freya Anindita, gadis itu selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil baginya. Saat ini, dia merasa berada berada di fase dimana sendiri adalah pilihan terbaik. Dia lebih nyaman melakukan segala hal sendiri. Dia menyadari dirinya sangat egois dan individualis.Namun, itu memang sifatnya yang sudah mendarah daging.
Sudah sedari dulu hidupnya memang bergantung pada dirinya sendiri. Dia juga bukan makhluk sosial yang baik, bukan juga yang anti sosial. Dia hanya lebih senang mengungkap semuanya di media sosial tanpa berniat mencari perhatian dari seseorang. Nama akun dia saja palsu semua. Dia tidak bisa bersosialisasi dengan khalayak ramai. Sejujurnya dia tidak ingin buru-buru menikah. Namun, Adnan yang kala itu menjadi pacar sekaligus cinta pertamanya, meyakinkan dirinya untuk berpacaran setelah menikah. Apa dikata, realita kadang tidak seindah ekspektasinya, setiap hari pasti keduanya mengalami perselisihan, dari hal yang terkecil bahkan hal besar sampai harus berakhir bercerai sekarang.
Freya sendiri bingung dengan perasaannya sendiri, dia merasa tidak bisa menjawab arti cinta itu sendiri. Benarkah dia mencintai Adnan selama ini? Atau sekedar menjalani kewajibannya sebagai seorang istri yang mengejar jannah dari baktinya pada suami? Terkadang dia begitu membenci sifat dan sikap buruk Adnan, sisi lainnya Adnan bisa mematahkannya membuat Freya kembali merasakan seolah jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada orang yang sama. Sialnya, Adnan memiliki sifat setengah tuan muda dengan kearifan lokal. Dia kadang cuek seolah tak perhatian, sisi lain dia menyanggupi tanpa perlu diminta. Hati mana yang bisa mengira keinginan pria seperti bunglon itu.
Bagi Adnan, asal istrinya dan anaknya terlihat bahagia, dia tidak butuh hal lainnya. Dia juga tidak butuh Freya memperhatikan hidupnya, asal Freya di sampingnya semua sudah lebih dari cukup. Walau sejuta kebaikan Adnan terlihat di mata Freya, tetapi manusia makhluk tempat salah dan dosa. Freya membutuhkan Adnan untuk mensupport mentalnya. Sayang, untuk hal ini Adnan nol besar. Freya bahkan bisa dengan lantang mengatakan pada Adnan. "Kita terlalu sibuk mencari ilmu dan belajar menjadi orang tua yang baik. Namun, lupa untuk belajar menjadi pasangan yang baik."
Setiap kali Freya ingin berbincang, Adnan selalu menyela. “Aku pulang ke rumah dalam kondisi lelah. Apa aku juga harus juga mendengar hal berat? Bisakah kita menyederhanakannya?”
Ucapan ringan yang justru menoreh luka dalam batin Freya. Sejauh mereka hidup berumah tangga, Freya menyimpan seluruh masalahnya tanpa Adnan ketahui. Jika dia sudah memutuskan bercerai, mungkin selain tangki emosi yang sudah penuh, tangki cinta dan sabarnya telah kosong.
***
"Frey,” Adnan kembali memanggil mantan istrinya. “Aku harus pulang ke Ibu Kota sekarang…”
Di dalam kamar Freya bisa mendengar ucapan Adnan. Dia bangkit dan mengusap wajahnya yang basah dengan cepat. “Ya!”
Freya membuka pintu kamar perlahan, Adnan menoleh dan bangkit dengan senyuman.
“Frey… Aku mau ngomong serius sama kamu.” kata Adnan mencoba menggenggam tangan Freya. Tak lama, Freya dengan sadar menepisnya.
“Ngomong apa? Keputusanku tetap sama… Kita sudah bercerai, Adnan…” Freya menjawab dengan parau, jelas terbaca kondisi wanita itu tidak baik-baik saja.
“Kamu tidak perlu menyimpulkan secepat itu. Kemarin adalah sejarah, sedangkan besok masih menjadi misteri!” Adnan tidak mau kalah.
“Aku sudah naik pangkat, bulan depan aku resmi mutasi kesini…”
Mata Freya membulat sempurna dengan kata-kata Adnan. “Maksud kamu apa?”
“Mungkin, ini adalah jawaban keinginan Aluna, Sayang!”
Deg…
“Aku ingin menuntut balik, aku tidak mau kita bercerai… Walau mungkin tidak berpengaruh aku menandatangani berkas itu atau tidak. Tapi, apa kamu tega terus menggenggam egoismu di saat anak-anak menginginkan kita bersama sebagai keluarga yang utuh?”
“Ini akan jadi urusanku, aku pastikan mereka akan memakluminya.” Freya jelas tidak ingin gentar untuk sekarang.
“Freya!” Adnan sungguh terbawa suasana, kesal dengan keras kepala mantan istrinya.
“Kamu bebas mencari wanita lain, Adnan!”
“Aku tidak mau, aku maunya kamu!”
Adnan lantas menarik tubuh Freya dalam dekapannya. “Aku cuma mau kamu…”
‘Jelas saja, aku selama ini merasa hanya jadi budakmu…’ batin Freya asal menyimpulkan. Dia sungguh lelah saat ini. Adnan melonggarkan pelukan dan mengusap lembut wajah Freya yang sayu dan sembab ulah menangisi hidupnya. “Kamu sungguh cantik, aku benci mengakui aku tidak ingin kamu berubah! Aku ingin selamanya kamu milikku, Freya…”
Tanpa meminta persetujuan Freya, pria itu sudah berhasrat dan menyesap bibir Freya yang terlihat seolah tengah menggodanya. Sekuat tenaga Freya berontak dan mencoba melepaskan dirinya dari tubuh Adnan yang mulai mendominasi. Lenguhan kecil lolos dari mulut Freya saat Adnan membuat tanda cinta di lehernya.
“Lepas, Adnan!” seru Freya parau.
“Kamu menjejal batas kesabaranku, Freya!”
Adnan menarik tangan Freya kasar memasukkannya ke dalam kamar. Tubuh Freya bergetar karena rasa takut luar biasanya. “Adnaaan!”
Dijatuhkannya tubuh ramping mantan istrinya yang semakin memanjakan mata. “Argh!”
Freya berusaha bangkit segera dan ingin keluar dari sana sekarang juga. “Kamu gila Adnan!!”
“Iya, Freyaaa! Aku gila, Frey!! Aku sungguh gilaaa!”
Adnan benar-benar berani memperlakukan Freya seperti itu sekarang. “Aku mohon Adnan, lepaskan aku… Akan ada wanita lain yang mau membahagiakanmu, tidak seperti aku!”
“Kenapa Frey? Apa kamu pikir kamu juga memilih mencari pria lain yang akan membahagiakanmu?!”
Keduanya kembali terlibat adu mulut di atas ranjang, Adnan tak segan menggerayangi bagian tubuh yang tidak semestinya dari mantan istrinya. Lelehan air mata yang menghiasi wajah Freya tak juga membuat Adnan iba dan menghentikan kegilaannya.
“Aku jelas berhak bahagia dengan pilihanku!” rutuk Freya membantah.
“Heh, siapa Frey? Siapa yang bisa membahagiakanmu seperti aku, Frey? Siapa yang mencintaimu segila ini, Frey? Siapa?!!”
Freya menangis tergugu dengan terus berontak dan menggelengkan kepala menghentikan tingkah Adnan yang sudah semakin keterlaluan.
“Aku sungguh membencimu, Adnan!”
“Hehe… Kamu membenciku? Benarkah?”
Adnan mendekati wajah Freya dan menciumi tiap inci kulitnya membuat Freya berdesir karena ulahnya. “Aku tahu, kamu masih mencintaiku, Sayang. Buktinya, kamu menerimaku di rumah ini, kamu tidak menolak saat aku tidur lagi denganmu malam tadi. Kamu juga tidak menolak dengan ciuman kita. Benar?”
Bagai tersambar petir di siang terik, Freya sungguh terpojokkan sekarang. Disaat paling berbahaya, Tuhan mendatangkan bala bantuan. Terdengar kalimat salam dari area luar, membuat Freya dan Adnan berhenti dari aktivitas pertengkaran mereka justru saling pandang seolah bertanya siapa tamu yang datang.
“Jika itu seorang pria, aku pastikan akan menghajarnya sampai mati!” umpat Adnan bangkit dari ranjang dan mencoba membuka pintu.
“Tunggu, Adnan!”
Freya ikut melompat dan seketika entah mengapa nama atasannya terpintas. ‘Tidak mungkin Mas Bram berani kesini!’
“Assalamualaikum, eh Bapak?” Wulan mengucap salam saat Adnan membuka pintu dengan wajah berangnya.
“Eh, waalaikumussalam…” Adnan malu sendiri dengan kelakuannya.
“Bapak, kok ada disini? Eh, maaf, Pak…” Wulan menunduk atas banyak bicaranya. Terdengar Freya terkekeh mendekat.
“Kamu dah pulang?”
“Iya, Bu… Maaf, saya gak ngabarin…”
“Ga papa…”
Melihat kondisi Freya dan Adnan yang terengah mungkin saja Wulan sudah berpikir ke bulan sekarang. “Permisi, Bu… Ini ada titipan dari si Mbah…”
“Wah, apa itu… Kamu taruh aja di belakang. Makasih loh, repot-repot…”
“Kamu—”
Terdengar ucapan Freya semakin melemah, Adnan memperhatikan kedua wanita itu pergi menuju dapur meninggalkannya sendiri. “Haiissh! Hampir aja…”
Adnan kembali menuju kamar Freya seolah dia masih berstatus suami si pemilik kamar. Freya tersadar, dia lantas kembali ke kamarnya dan bersiap mengusir pria kurang ajar itu.
“Adnan! Mmm…”
Belum apa-apa Freya sudah disambut dengan kecupan mesra yang lama kelamaan membuat keduanya justru mencari kenyamanan. Ingin rasanya Freya menolak, tapi entah sejak kapan secercah rindu membuatnya tidak ingin lagi menolak pria yang sudah tujuh tahun bersama itu.
Melihat Freya tidak menolak, Adnan girang bukan kepalang walau jelas apa yang dilakukannya salah. Tapi, apa salahnya mereka kembali seperti sedang pacaran sebelum kembali menikah?
Adnan melepaskan ciuman panas mereka dan menyeka bibir kemerahan Freya dengan hati yang membuncah luar biasa. “Aku mencintaimu, Sayangku Freya Anindita…”
“Adnan, aku mohon…”
“Jika aku harus memohon bersimpuh di bawah kakimu, akan aku lakukan Frey!”
Freya serba salah, dia terlihat pasrah tapi tidak ingin menyerah dengan ambisinya.
“Kali ini aku melepaskanmu, kelak… Jangan harap aku melunak Freya-ku, sayangnya aku dan cinta matiku!”
Siapa yang tidak tergoda dengan rayuan gombal seperti barusan, wajah Freya jelas merona seketika. “Aku pulang dulu, besok-besok— kalian akan kembali jadi rumah tetapku…”
Tiga ratus enam puluh lima hari… Bayangmu masih menghalangi hatiku berlari… Bagaimana kubisa temukan cinta yang baru…Bila kau masih di pikiranku…
Freya mengamati kepergian mantan suaminya yang sudah menghilang di jalan perumahan dengan taksi online yang dipesannya. Segaris senyum terpetakan jelas di wajah Freya kali ini. “Adnan, kamu paling tahu caranya membuatku jatuh berkali-kali…”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Nur hikmah
aneh ma freya
2022-03-13
3