Keesokan paginya Rafael sudah berada di tempat kakek dan nenek nya, walaupun sebelum kemari sempat terjadi adu cekcok dengan sang ayah tapi akhirnya Rafael berhasil pergi dari rumah itu.
Setelah sarapan bersama dengan kakek dan nenek nya saat ini Rafael dengan sang kakek pun sedang dalam perjalanan menuju perusahaan.
[Pakaian Rafael hari ini].
"Nak, apa kau sebelum nya pernah bekerja di perusahaan?." tanya sang kakek memecah keheningan.
Rafael menoleh lalu menggeleng.
"Tidak pernah, tapi jurusan yang saya ambil jurusan bisnis, saya sedikit mengerti kek."
Sang kakek mengangguk, "perusahaan kakek akan menjadi perusahaan mu jika kembali stabil nak."
"Maksud kakek?." tanya Rafael tidak mengerti.
Sang kakek menoleh dia tersenyum lembut.
"Kau cucu kakek satu-satunya dan tentu saja kau ahli waris keluarga Smith nak, jadi perusahaan kakek adalah perusahaan mu nanti nya."
"Sebenarnya kakek sangat malu sekarang, kakek bekerja keras hingga bisa mendirikan perusahaan seperti sekarang tujuan nya hanya untuk menghidupi keluarga.
Tapi setelah berhasil ternyata perusahaan nya tidak bisa berlangsung lama, kakek benar-benar malu padamu.
Perusahaan yang seharusnya siap untuk di ambil alih oleh mu justru harus berada di ambang kebangkrutan."
Rafael hanya terdiam mendengar itu, dia menghela nafas panjang lalu menatap sang kakek.
"Kakek tidak usah merasa malu, saya akan menggantikan posisi kakek dan mengembangkan kembali perusahaan kakek semampu saya.
Tapi saya mohon pada kakek untuk membantu saya jika saya merasa tidak ada yang saya mengerti, bagaimana pun saya masih baru belajar untuk memimpin sebuah perusahaan."
"Kau tenang saja nak, kakek akan membantu dirimu."
"Terimakasih kek."
Sang kakek hanya mengelus rambut Rafael saat mendengar ucapan terimakasih itu.
Tak lama mereka pun sampai, Jack dan James segera membuka pintu mobil dan kedua nya pun segera turun.
Karyawan perusahaan yang memang sudah tahu akan kedatangan sang pemilik pun segera berbaris, mereka menunggu kedatangan sang pemilik dengan cucu yang akan di kenalkan pada mereka.
Saat melihat kedatangan tuan Smith mereka pun segera membungkuk hormat, lalu tuan Smith segera berhenti di tengah-tengah mereka bersama dengan Rafael.
Setelah melihat semua karyawan nya kembali berdiri tegak tuan Smith pun mulai membuka pembicaraan.
"Selamat pagi, saya disini ingin memberitahu kan kepada kalian semua hal yang penting.
Di samping saya ini cucu saya, dia Rafael Smith orang yang akan menggantikan posisi saya sebagai CEO di perusahaan ini sekaligus ahli waris keluarga Smith!." ucap kakek Smith dengan lantang.
Para karyawan yang sempat terpesona akan ketampanan Rafael segera tersadar dengan pengumuman yang mereka dengar itu.
"Mulai saat ini perusahaan akan di pegang oleh cucu saya, jadi semua urusan perusahaan tidak ada sangkut pautnya lagi dengan saya.
Karena mulai saat ini sepenuhnya tanggung jawab perusahaan saya serahkan pada cucu saya, Rafael Smith!."
Rafael membungkuk di hadapan sang kakek, tepuk tangan terdengar bergemuruh di lobby perusahaan itu.
Kakek Smith memberikan kunci ruangan CEO pada Rafael, Rafael menerima nya dengan baik.
"Terimakasih kek, saya akan berusaha semaksimal mungkin dan tidak akan mengecewakan kakek." ucap Rafael lalu memeluk sang kakek.
Kakek Smith hanya bisa mengangguk dan mengelus punggung sang cucu.
Lalu setelah berpelukan Rafael pun menatap semua karyawan perusahaan itu masih dengan wajah datar nya.
"Perkenalkan saya Rafael Smith, pemimpin baru kalian.
Mulai saat ini tanggung jawab perusahaan sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya, jadi saya mohon bantuan kalian untuk bekerjasama dengan baik dengan saya.
Saya tahu perusahaan saat ini sedang tidak baik-baik saja, oleh karena itu saya akan berusaha semaksimal dan semampu saya untuk mengembalikan keadaan perusahaan menjadi normal kembali.
Walaupun mungkin akan ada yang tidak suka dengan kehadiran saya disini tapi saya akan membuktikan kepada kalian, bahwa saya mampu dan bisa untuk memimpin perusahaan ini.
Satu lagi, saya tidak menerima karyawan yang memiliki penampilan seperti seorang wanita murahan!." ucapan dingin nan tajam dari seorang Rafael mempu membuat semua orang yang berada di sana menelan ludah kasar.
Terutama satu wanita yang sedari tadi menatap penuh damba pada Rafael, dia segera membenarkan penampilan karena merasa tersendiri dengan ucapan Rafael.
Ya memang dirinya saat ini memakai pakaian sangat ketat, bahkan bisa di bilang itu bukan pakaian untuk bekerja.
"Cukup untuk hari ini, kalian kembali lah bekerja dan ingat ini hari terakhir saya melihat karyawan saya berpenampilan bak wanita murahan.
Jika besok saya melihat salah satu dari kalian masih berpenampilan seperti itu, saya tidak akan segan untuk menendang kalian dari perusahaan ini."
Setelah itu Rafael dan kakek Smith pun pergi dari sana dan berjalan menuju ruangan CEO.
"Baik direktur." mereka pun kembali membungkuk saat melihat direktur baru mereka berjalan pergi.
"Seperti nya kau akan sangat di segani sekaligus di takuti di sini nak." ucap sang kakek saat mereka berada di lift.
"Baguslah kek, jadi saya tidak perlu untuk menggertak mereka jika mereka tidak mampu saya atur." jawab Rafael sekena nya.
Sang kakek hanya terkekeh.
Lalu mereka pun sampai di lantai paling atas perusahaan itu, dimana di lantai 15 itu hanya ada ruangan CEO, wakil CEO dan ruang rapat khusus petinggi perusahaan.
Rafael membuka pintu ruangan itu lalu mereka pun segera memasuki ruangan yang sebentar lagi atau memang sudah menjadi ruangan Rafael.
Rafael menatap ke sekeliling nya, sangat rapih dan bersih ruangan dengan warna abu-abu bercampur gold di sisi tertentu membuat Rafael menyukai nya.
"Kakek memiliki selera seperti saya." ucap Rafael setelah mengelili ruangan itu.
Sedangkan sang kakek hanya terkekeh di sofa yang ada di ruangan itu.
"Kakek memang tidak menyukai warna yang terlalu mencolok."
Rafael hanya mengangguk, lalu dia pun duduk di kursi khusus untuk nya itu.
Dia mengambil sebuah berkas lalu membaca nya dengan serius, dia sedikit mengernyit saat ada yang tidak beres dengan berkas laporan itu.
"Kenapa nak?." tanya sang kakek yang memang menyadari perubahan ekspresi sang cucu.
Rafael menoleh lalu menggeleng pelan.
"Tidak ada kek."
Lalu dia pun kembali membaca semua berkas itu.
"Apa ada yang tidak kau ketahui?." tanya sang kakek menghampiri Rafael.
Rafael mendongak "untuk sejauh ini saya cukup mengerti kek, jika kakek ingin kembali ke rumah tidak apa-apa."
Sang kakek mengangguk "baiklah kakek akan kembali ke rumah, kau baca-baca saja dahulu berkas-berkas itu lalu jika sudah saat nya kau kuliah tinggalkan saja."
Rafael kembali mengangguk "baik kek."
"Hubungi kakek jika ada yang tidak kau mengerti."
Rafael bangkit berdiri lalu mengantar sang kakek menuju pintu "baik kek, oh iya kek apa saya boleh memiliki sekretaris pribadi?." tanya Rafael.
Sang kakek mengangguk "boleh, memiliki dua sekretaris akan memudahkan dirimu."
Rafael tersenyum kecil "terimakasih kek."
"Apa kau mau kakek carikan sekretaris?."
"Tidak usah kek, saya sudah memiliki orang yang tepat untuk saya jadikan sekretaris pribadi saya."
Sang kakek mengangguk "baiklah kakek pulang, kau baik-baik lah disini, nanti Jack dan James akan menemani mu setelah mengantar kakek."
"Baik kek, hati-hati di jalan."
Sang kakek hanya mengangguk, setelah memastikan sang kakek memasuki lift Rafael segera berbalik.
Saat itu juga pandangan menjadi sangat dingin, dia mengepalkan tangannya lalu berjalan menuju meja nya.
"Berani nya dia berbuat curang." gumam Rafael dengan dingin.
Saat Rafael tengah kembali mengamati berkas-berkas itu pintu ruangan nya di ketuk.
Tok
Tok
Tok
"Masuk." ucap Rafael dengan dingin.
Pintu terbuka, seorang pria berumur sekitar 25 tahunan berjalan memasuki ruangan Rafael.
"Selamat pagi direktur, perkenalkan saya Alan sekretaris direktur." Alan membungkuk hormat lalu kembali menegakkan tubuhnya.
Rafael mengangguk "baiklah."
"Oh apa kau bisa mengumpulkan semua petinggi perusahaan untuk rapat sekarang? ada yang harus saya bahas dengan mereka." ucap Rafael tanpa menatap sang sekretaris.
"Bisa direktur, saya akan memberitahu kepada mereka sekarang juga, saya permisi."
"Hm." dehem Rafael seraya mengangguk.
15 menit telah berlalu dan pintu ruangan Rafael kembali di ketuk lalu tak lama muncullah sang sekretaris.
"Direktur mereka semua sudah menunggu di ruang rapat."
Rafael mengangguk "bawa semua berkas ini." perintah Rafael, dengan cepat sang sekretaris pun membawa berkas itu semua.
Rafael berjalan dengan mengikuti langkah sang sekretaris di hadapan nya, bukan karena apa memang dia yang belum mengetahui dimana ruang rapat berada.
Tak sampai 5 menit mereka pun sampai di ruang rapat, semua bangkit berdiri setelah melihat kedatangan CEO baru mereka itu.
"Selamat pagi direktur."
Rafael hanya mengangguk lalu dia pun segera duduk di kursi nya, dengan sekretaris nya yang berada di samping kiri.
Setelah semua duduk Rafael pun mulai menatap mereka satu persatu dengan tatapan dingin nya.
"Sebelum nya saya meminta maaf karena mendadak melakukan rapat seperti ini, ini semua karena ada yang ingin saya bahas dengan kalian, apa ad yang keberatan?." semua orang yang ada di ruangan itu menatap satu sama lain.
"Tidak ada direktur."
"Baik jika seperti itu saya akan mulai rapat dadakan ini."
Rafael mulai kembali membuka berkas yang dia bawa bersama sekretaris nya itu, dia menyeringai menatap berkas itu dan itu di sadari oleh sang sekretaris.
Dia menelan ludah nya dengan kasar lalu segera menundukkan kepalanya.
"Menyeramkan." batin Alan dengan bergidik.
Brakk
Tanpa aba-aba Rafael menggebrak meja di depan nya hingga membuat mereka semua, terutama sang sekretaris terlonjak kaget dengan karena saking terkejut nya.
"Siapa yang membuat laporan ini?." tanya Rafael dengan sangat dingin penuh penekanan.
Mereka semua tak ada yang menjawab, bahkan tak ada yang berani mengangkat kepala mereka saat melihat direktur baru mereka itu terlihat emosi.
"JAWAB SAYA, SIAPA YANG MEMBUAT LAPORAN INI!!." bentak Rafael penuh emosi.
Brugh
Rafael melempar semua berkas itu kehadapan semua petinggi perusahaan di hadapan nya hingga berceceran.
"Jadi ini yang kalian lakukan selama ini hah?! kalian bahkan berani-beraninya berbuat curang di perusahaan kakek saya!!." bentak Rafael lagi dengan begitu keras nya.
Dia menatap penuh emosi pada orang-orang di hadapan nya itu.
"Dan kau?!." Rafael menunjuk orang yang berada di samping kanan nya dengan pandangan dingin.
"Berani-beraninya kau menggelapkan dana perusahaan hanya untuk keuntungan pribadi mu saja hah?! wakil macam apa kau brengsek!."
Bugh
Bruk
Rafael menendang kursi sang wakil CEO itu dengan keras hingga dia jatuh, sang wakil CEO itu menatap tak terima pada Rafael lalu bangkit berdiri.
"Berani-beraninya kau si*lan!! memang nya kenapa jika aku menggelapkan uang perusahaan hah?! apa kau pikir aku akan takut padamu?.
Cih! bahkan kau itu hanya anak kecil di mataku, sok-sokan kau mau memimpin perusahaan ini hah?!." bentak orang itu tak terima.
Rafael yang mendengar itu mengepalkan tangannya, dia berjalan menuju orang itu lalu..
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Bruk
Brakk
Rafael menghajar dengan membabi buta, lalu setelah nya dia menendang orang itu dengan keras hingga membentur dinding.
"Uhuk, uhuk." Orang itu terbatuk dengan keras hingga mengeluarkan seteguk darah.
Bugh
Bugh
"Mati kau si*lan!!." bentak Rafael penuh emosi.
Dan benar saja, setelah menghajar habis-habisan orang itu, orang itu pun pingsan dengan darah yang keluar dari hidung, dan mulut nya.
Rafael menyeringai, dia lalu berbalik dapat dia lihat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut bahkan sampai mematung tak percaya saat melihat aksi nya.
Brakk
Rafael kembali menggebrak meja hingga membuat lagi-lagi orang-orang di sana terkejut.
"Saya tidak akan pernah berani mengusik seseorang, jika orang itu tidak terlebih dahulu mengusik ketenangan saya.
Kalian lihat dia, kalian akan bernasib sama seperti dia bahkan jauh lebih buruk jika kalian berani menghianati saya!."
Semua orang yang ada disana menelan luda kasar, tubuh mereka bahkan sudah bergetar karena menahan rasa takut sejak tadi.
"Apa kalian masih mau berbuat curang hm?." tanya Rafael dengan pelan, tapi justru itu semakin membuat mereka bergetar ketakutan.
"Ti-tidak direktur, ma-maaf kan kami, tolong beri kami kesempatan sekali lagi." semua petinggi itu segera turun dari kursi lalu bersujud menohom ampun pada Rafael.
Hanya sang sekretaris nya saja yang tidak melakukan itu, karena memang dia tidak melakukan tindak kejahatan apapun selama bekerja disini.
Rafael menyeringai, "saya akan memberi kalian satu kesempatan lagi, tapi jika kalian menyepelekan kesempatan yang saya beri maka kalian harus siap dengan konsekuensi nya!." tekan Rafael dengan dingin.
Mereka semua mengangguk.
"Kami berjanji direktur, kami tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi."
"Bagus, kembali lah duduk!."
Mereka semua pun segera kembali duduk.
"Alan saya akan mengganti posisi dirimu, mulai sekarang kau bukan lagi bekerja sebagai sekretaris, tapi kau akan menjadi wakil direktur mengganti kan posisi baj*ngan itu."
Ucapan Rafael itu membuat semua orang terkejut terutama Alan.
"Ta-tapi direktur jika saya tidak bekerja sebagai sekretaris, lalu siapa yang akan menggantikan posisi saya?."
Rafael melirik sekilas "saya sudah memiliki seseorang yang cocok untuk saya jadikan sekretaris, kau tenang saja."
Alan terdiam "terimakasih direktur."
Rafael hanya mengangguk, lalu mereka pun kembali melanjutkan rapat itu setelah Jack dan James tiba dan membawa mantan direktur yang masih pingsan itu ke kantor polisi.
Rapat berjalan dengan baik setelah mereka semua menemukan solusi yang tepat untuk membuat perusahaan kembali seperti semula, tentu saja itu semua karena ide yang Rafael punya.
Satu jam lagi kuliah Rafael akan di mulai, setelah makan siang Rafael pun segera berangkat menuju kampus nya.
"Tuan muda, pihak kepolisian sudah menyelidi kasus yang orang itu lakukan, dan dia akan mendapatkan hukuman penjara selama 20 tahun, semua harta yang dia punya akan di sita untuk membayar kerugian pada perusahaan."
Rafael yang sedang membaca buku mengangkat wajahnya saat mendengar ucapan James, dia mengangguk sebagai jawaban.
"Baguslah."
Setelah itu mereka pun sampai di kampus, Jack dan James memutuskan untuk tetap berada di parkiran menunggu kelas tuan muda nya selesai.
Saat sampai di kelas Rafael sudah melihat Zergio duduk di kursi nya, tidak ada Nathan dan Daniel mungkin karena masih belum sembuh akibat pukulan yang mereka terima kemarin.
Rafael duduk di samping Zergio, Zergio yang melihat itu menegakkan tubuhnya dan menatap takut pada Rafael.
Rafael yang menyadari itu menyeringai.
"Kau tidak lupa dengan janji mu bukan?." bisik Rafael dengan dingin.
Zergio melebarkan matanya, dia menelan ludah nya dengan kasar lalu mengangguk cepat.
"Aku akan menagih janji mu hari ini."
Lagi-lagi Zergio mengangguk.
"A-apa? aku akan menuruti nya, asal itu tidak aneh-aneh." jawab Zergio dengan terbata.
Rafael mendengus "tidak aneh-aneh, kau bilang kau anak seorang pemilik kampus yang berada di seluruh negara ini bukan?."
Zergio mengangguk mendengar itu "benar, lalu?."
Rafael tersenyum miring "ayah mu pasti banyak memiliki rekan bisnis, benar?."
"Benar, jangan di ragukan lagi ayah ku bahkan mengenali semua pembisnis di negara ini, kecuali satu orang."
Rafael tak menggubris ucapan Zergio.
"Aku hanya ingin meminta dua hal padamu, 1. kau bantu aku untuk meminta bantuan ayah mu untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan SH Corp, lalu 2. kau jadi sekretaris pribadi ku mulai saat ini."
"APA?!!." teriak Zergio dengan terkejut hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Rafael menatap datar ke arah Zergio yang sedang menatap dirinya dengan terkejut dan tak percaya.
"Bagaimana bisa aku menjadi sekretaris mu hah? mungkin untuk permintaan pertama aku tak akan keberatan, tapi untuk permintaan kedua apa kau gila hah?! aku tidak mau!." tolak Zergio dengan emosi.
Rafael terdiam, dia menatap tajam pada Zergio.
"Tidak mau?." tanya Rafael dengan dingin.
"Tidak!." tolak Zergio dengan acuh.
"Hm."
Setelah mengucapkan itu Rafael menarik kerah pakaian Zergio dengan keras hingga Zergio tersentak kaget.
"Tidak mau?." tanya Rafael lagi dengan menatap tajam Zergio.
Zergio menelan ludah nya dengan kasar, bibirnya mulai kembali menekuk kebawah.
Demi apapun, sekarang dia sangat takut pada manusia di hadapan nya ini.
"Jadi kau tidak mau?." Rafael kembali bertanya dengan nada yang semakin dingin.
"Mau, mau, mau, mau!!." Zergio berucap dengan cepat dan keras tepat di hadapan Rafael.
Dia menutup mata nya, tidak berani untuk melawan tatapan setajam elang itu.
Rafael menyeringai penuh kemenangan, lalu dia pun melepaskan cengkraman nya dan menepuk pipi Zergio dengan pelan.
"Bagus! jika kau tadi kembali menolak, mungkin saat ini tubuh mu sudah tidak berbentuk!.
Kau hanya memiliki satu nyawa dan itu pun titipan, jadi kau harus menjaga nya sebaik mungkin jangan karena kebodohan mu nyawa mu itu lenyap." bisik Rafael dengan sangat dingin.
Zergio yang mendengar itu menelan ludahnya.
"Oh iya, jangan lupa tugas pertama mu kau harus bisa mengajak teman-teman bisnis ayah mu untuk bekerjasama dengan perusahaan ku, kau dengar sekretaris Zergio?."
Zergio mengangguk dengan takut, dia melirik sekilas pada Rafael yang sedang menatap lurus ke depan dengan pandangan dingin nya.
"Si*lan, kenapa aku sekarang sangat takut pada bocah tengil ini?!." batin Zergio dengan mengumpat.
.......
Direktur Rafael dan Sekretaris pribadi nya Zergio huehue(✯ᴗ✯).
..
Double up nih, bahkan part ini sampe 2640 kata.
Jangan lupa like komen ya! papayyyyy•ᴗ•.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Neva Lina P
yoyoyo gk sabar q nunggu bang fael sukses jadi pebisnis hebat & di segani sama lawan 👍
tdi udah menduga2 kalo yg mau di jdiin sekretaris zergio haha ternyata bener 😊
smg kalian kompak ya jgn jadi musuh lg 😁
2021-11-12
1
guest1052940504
hmmmm...... sedikit mayun mukaku thor....
2021-11-12
2
Azizah Aini
ceritanya sangat bagus 👍👍 semangat thor
2021-11-12
1