Author's PoV
Langit Jakarta mulai menguning. Sang Surya sebentar lagi akan menepi ke peraduannya di ufuk Barat. Pantai Ancol semakin dipadati pengunjung yang ingin menikmati sunset. Termasuk Kaina, Rosa, Rayshaka dan Tito. Setelah lelah seharian bermain wahana, berkeliling naik perahu, akhirnya mereka berbaur di hamparan pasir ini. Bersama-sama di keramaian melepas lelah.
Rosa dan Kaina sedang tidur-tiduran beralaskan syal dan tas. Ray dan Tito sibuk dengan ponsel masing-masing.
"Woy, bangunin gua ya kalau sudah mau sunset."
"Sudah, lu tidur saja, bangunnya besok pagi."
"Setan!" Kaina mencubit lengan Ray dengan keras. Pria itu meringis kesakitan.
"Lu bisa enggak sih stop menyiksa gua, Kai? Cubitan lu itu sakit tau!"
Kaina membalas dengan juluran lidah, kemudian mengabaikan Ray karena sesungguhnya dia sangat mengantuk.
Sesaat kemudian dia sudah mendengkur kecil.
Saat bangun, mereka sudah berada di dalam mobil. Bersandar di jok belakang dengan balutan seatbelt. Rosa masih tertidur di sebelahnya. Tito di kursi depan dan Ray tidak terlihat sama sekali.
Kaina tersentak refleks menduga-duga hal negatif. Dibangunkannya Rosa dan Tito kemudian bertanya dimana posisi mereka saat ini.
"Ini masih di parkiran Ancol, Mbak. Mas Ray bilang mau nungguin mbak berdua bangun, baru kita pulang."
"Oh?" Kaina menyandarkan punggung lega.
"Hey, sudah pada bangun?" tahu-tahu Ray membuka pintu dan meletakkan kantong belanjaan di dashboard.
"Lu darimana? Mau dong, haus." Kaina langsung menodong Ray. Pria itu menyodorkan air mineral botol.
"Kita mau ke mana lagi?" tanya Kaina sambil membersihkan bibirnya dari sisa air.
"Kita makan dulu, setuju? Atau sudah disuruh pulang sama orang rumah?"
Kaina dan Rosa berpandangan. Ruth sepertinya belum pulang, jadi belum tahu mereka masih di Dufan.
"Ayo saja kalau aku mah ...." Rosa menjawab.
"Oke, ayo. Makan dimana?" Kaina menyahut.
"Pada doyan seafood nggak? Ke PLTU Angke mau?" Ray sudah menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi.
"Mahal loh, emang lu mau bayar?"
"Asem lu, Kai. Jangan buka kedok gua disini dong."
Kaina dan Rosa tertawa terbahak-bahak.
"Ya kalau mau bayar sih gua mau saja."
"Ya sudah, on me. Tapi lu tinggal ya, buat cuci piring."
"Hm hmm..." Kaina menjawab dengan cuek dan kembali memejamkan mata.
*****
Kaina's PoV
Daerah PLTU ramai seperti biasanya. Pecinta fresh seafood berbondong-bondong memenuhi tenda-tenda dan melepaskan hasrat makan berbagai macam seafood sepuasnya. Aku dan Rosa memilih tenda yang ingin kami singgahi. Apalagi setahuku tidak semua tenda masakannya enak. Tapi karena kami kelamaan memilih, akhirnya Ray yang memutuskan. Tenda yang sudah sangat penuh, tapi katanya kami masih bisa dapat meja.
Saat dia menghampiri pemiliknya, kami pun langsung digiring ke salah satu meja kosong di pojok luar. Kalau menurutku sangat strategis karena masih bisa merasakan hembusan angin malam dan tidak gerah. Sepertinya dia mengenal yang punya warung.
Setelah itu kami memilih menu yang setengah jam kemudian semuanya sudah terhidang di atas meja.
"Silahkan dinikmati, guys." Ray berlagak seorang waiter, mempersilahkan kami memulai makan malam.
Angin malam menghembus wajahku. Aku menghirup dalam-dalam sambil menikmati makanan di atas piring.
Tiba-tiba saja lamunan membawa otakku berputar mereka ulang apa yang terjadi satu hari ini. Dari sekian banyak hal yang membuatku enjoy, ingatanku justru memilih untuk fokus pada Hans dan tunangannya tadi.
Ah ya, perempuan tadi adalah tunangan Hans yang disembunyikannya dariku selama satu tahun terakhir. Rasanya seperti orang bodoh sudah menunggunya sejauh ini. Ternyata aku secara tidak langsung sudah menjadi penghalang hubungan mereka. Harusnya mereka sudah menikah kalau saja aku tidak ada di dalam hidup Hans.
Tiara, perempuan berparas cantik itu adalah anak bos besar di kantor Hans. Sejak pertama kerja, Hans sudah menaruh hati pada Tiara yang tidak lain adalah kepala bagian divisi tempatnya bekerja. Setelah kuingat-ingat, itu berarti sudah sangat lama. Dua tahun yang lalu. Bahkan saat dia masih sangat mesra denganku. Masih suka main ke Bandung, masih merayakan hari jadi kami dan masih menjanjikan sebuah resepsi pernikahan yang meriah untukku.
Kemudian satu tahun yang lalu mereka sudah melangsungkan acara pertunangan tanpa sepengetahuanku. Satu tahun yang lalu, tepatnya kapan, aku kurang tahu. Yang pasti sebelum aku resign dari pekerjaanku yang sebelumnya.
Ah ... kenapa aku harus menangis sekarang? Bukankah selama bulan-bulan terakhir aku sudah cukup banyak mengeluarkan air mata hanya demi sebuah kepastian? Sekarang semuanya sudah jelas dan kami sudah mengakhirinya dengan baik-baik. Tapi mengapa rasanya masih sakit di dalam hati?
Pandanganku kabur karena mataku mulai berkaca-kaca. Sekeras hati mencoba untuk menahan, tapi air mataku tetap meluncur tidak tahu malu. Sungguh rasanya sakit.
"Bro, kenapa?" Ray sepertinya menyadari diamku dan saat melihatku menangis tanpa suara, dia terkejut. Aku hanya menggeleng pelan agar dia tidak perlu khawatir. Dengan sudut mata, aku juga melihat Rosa dan Tito pun sedang memperhatikan aku. Lalu, entah siapa yang mengomando, mereka kembali melanjutkan makan. Namun kini hening, tanpa suara.
Ray tidak berhenti mengawasiku bahkan sampai dia selesai makan. Dia dengan sabar menyodorkan tisu baru setiap tisu di tanganku sudah lusuh. Tito dan Rosa memutuskan pergi jalan berdua mengitari area PLTU. Lagi-lagi letak meja ini sangat strategis. Aku tidak perlu takut diperhatikan orang banyak.
Setelah duapuluh menit aku benar-benar tenang, sampai saat itu juga pria di hadapanku ini masih setia menemani. Walau sesekali dia terlihat mengutak-atik ponselnya.
"Sudah?" tanyanya akhirnya. Kali ini tanpa nada jutek sedikit pun.
"Ayo pulang. Lu perlu istirahat," dia mengulurkan tangan dan membantuku berdiri.
Saat tiba di parkiran Tito dan Rosa sudah menunggu. Rosa langsung merangkul dan mengusap-usap punggungku agar aku lebih kuat dan tabah. Sepertinya dia sudah tahu ceritanya.
"Ros, tunjukkan alamatnya ya," Ray menghidupkan mesin mobil dan melaju.
Pada akhirnya aku menutup hari ini dengan kegalauan tingkat dewa.
*****
Rosa's PoV
Jam di kamar sudah menunjukkan pukul dua pagi. Seisi rumah Mba Ruth sudah hening. Hanya jangkrik dan kodok yang terdengar bersahut-sahutan di luar. Mba Ruth baru pulang jam dua belas tadi. Katanya meeting molor karena ada masalah yang urgent di kantor.
Aku sendiri masih belum bisa terpejam sejak selesai mendengar cerita Kak Kaina. Sekarang kakakku yang menyedihkan itu sudah terlelap di sebelahku. Wajah sembabnya masih terlihat jelas dengan mata yang membengkak parah. Kalau mengingat setiap ceritanya tadi, aku masih belum bisa menerima apa yang telah diperbuat Hans kepadanya. Diselingkuhi selama dua tahun, bahkan sampai tunangan!
Aku masih ingat bagaimana harmonisnya mereka dulu setiap Hans datang ke Bandung. Aku sampai iri karena kekasihku Andre tidak se romantis dan se perhatian Hans. Hans yang selalu khawatir akan kesehatan Kak Kaina, selalu memberi support untuk pekerjaannya, memberi hadiah-hadiah kecil, sampai pada akhirnya mereka lost contact selama enam bulan terakhir.
Mungkin benar yang dikatakan Kak Kaina tadi, sepertinya mereka memang tidak berjodoh. Dia sudah punya firasat saat kedatangan Hans yang terakhir ke Bandung. Waktu itu Kak Kaina menemukan cincin couple mereka -yang punya Hans- di wastafel pencucian piring. Saat dikonfirmasi ke orangnya, Hans bilang tidak sadar kehilangan cincin dan menyimpulkan barang berharga itu tidak sengaja ketinggalan saat mencuci tangan.
Dan inilah akhir dari penantiannya. Harus rela menelan pil pahit demi kebahagiaan dan ketenangan Hans beserta tunangannya. Aku berharap dia bisa tabah dan sabar, tidak berlarut-larut dalam kesedihannya.
Ah ya, masih ada Kak Rayshaka dan Kak Ferdi yang akan menghiburnya kapan pun dia teringat Hans. Dan ... sepertinya aku menyukai kak Ray. Seharian ini dia dan Tito menjdi pahlawan yang sempurna bagi kami berdua. Kak Ray bisa menjaga Kak Kaina dan sabar menemani saat dia lagi bersedih. Aku berharap Kak Kaina bisa mendapatkan calon pendamping hidup seperti kak Rayshaka.
Dan Tito ... hmmm...
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
bunaa_naura
ahhh seafood PLTU ya thor
tau2an tempat makan diancol pasti sdh pernah kesana yak wkwkwk
jadi nostlagila dl sering banget berburu kuliner malam disana 😁
2022-04-08
0
yanti auliamom
Tuhan ( eh Author 😁 ) mempertemukanmu dengan seseorang yang kamu cinta karena sebuah alasan , dan jika dia meninggalkanmu itu karena alasan yang lebih baik..
Tuhan memberikan sakit dan membiarkan seseorang meninggalkanmu dengan maksud untuk menggantinya dengan yang lebih baik..
2021-05-24
0
Suryatina Handayani
tutup masa lalu buka lebaran baru masa depan sdh menanti Kaina tinggal pilih aj ya km suka,ada Ferdi ada Ray.
2021-04-28
0