Sore harinya kuhabiskan waktu bermenit-menit kebingungan memilih baju apa yang akan kupakai kali ini. Dengan hanya memakai handuk yang melingkari pinggang, aku berdiri di depan almari.
Untuk acara kencan pertamaku dengan Amethys Sumeragi. Gadis tercantik di seluruh kerajaan Almekia. Si Miss Perfect dan wanita impian setiap pria di negeri ini untuk dapat dinikahi.
Biasanya aku tak akan ambil pusing untuk memilih. Aku akan memakai baju pertama yang kulihat, baju di tumpukan teratas. Tapi kali ini tidak bisa begitu.
Bagaimana kalau aku terlihat begitu cupu dan kekanakan saat harus bersanding dengan penampilan Amethys yang selalu anggun dan dewasa? Bagaimana kalau aku terlihat tak pantas untuk bersanding di sisinya? Bagaimana kalau aku seperti adik kecil yang mengikuti kakak perempuannya jalan-jalan?
'No! Aku ingin terlihat sebagai seorang pria disampingnya. Pria dewasa yang pantas bersanding bersamanya.'
“Diamond? Sedang apa kau? Kenapa tidak segera bergegas? Nanti terlambat lho di kencan pertamamu.” Ibuku tiba-tiba muncul di kamarku, tersenyum nakal menghampiriku. Bahkan tanpa komando beliau ikut membantuku memilihkan baju untukku.
Pasti ulah Saphir nih, sampai-sampai ibu juga tahu mengenai kencanku dengan Amethys. Rasanya benar-benar tak ada privasi saja di rumah ini dengan Saphir yang berperan sebagai paparazi.
“Nih pakai ini saja!” Tak lama kemudian ibu menyodorkan kepadaku beberapa lembar pakaian.
Celana jins navy, kemeja merah maroon dan t-shirt berwarna navy padaku. Tanpa pikir panjang langsung saja kupakai saja kombinasi outfit kasual itu.
Setelah rapi terpasang semua, kuamati penampilanku di depan cermin. Lumayanlah. Aku ganteng dan keren selayaknya putra bangsawan. Memang putra bangsawan kok, perdana menteri malahan hehe.
“Amethys berbeda dengan gadis-gadis biasa. Dia bagaikan seorang putri dengan reputasi yang sangat baik. Kau harus sopan padanya, dan pastikan untuk pulangkan dia sebelum larut malam.” Ibu membantu merapikan kerah kemejaku dan menyerahkan kunci mobil sport merahku. Lamborghini Aventador.
“Tenang aja bu, akan kuperlakukan dia bak seorang putri bahkan seorang ratu.” Kucium sebelah pipi ibuku sebelum pamit pergi.
Aku pergi keluar dari paviliunku, berjalan santai menuju lift yang ada di sudut taman. Aku menekan tombol 7 ke arah paviliun Amethys, dari paviliunku di lantai 4 ini.
Detak jantungku semakin cepat saja rasanya seiring berjalannya lift. Seperti ingin mendesak keluar dari sarangnya.
Tepat saat pintu lift terbuka kudapati seorang gadis cantik tersenyum manis menyambutku, menyapaku.
“Selamat malam,” ujar gadis itu padaku.
Seketika aku terpaku dan membatu tak sanggup bereaksi. Perlu beberapa detik bagiku untuk dapat mengenali siapa yang menyapaku. Perlu beberapa detik pula bagi otakku untuk loading dan mengenali gadis di hadapanku. Astaga! dia Amethys!
Penampilannya sungguh berbeda dari penampilan kesehariannya yang biasa kutahu. Baju serba formal dan resmi yang biasa dipakainya kini sudah ditanggalkan. Berganti dengan T-shirt manis warna ungu dengan motif bunga. Dipadukan dengan rok jins mini yang menambahkan kesan manis.
Rambut hitam sepunggungnya yang biasanya selalu tertata dan tersanggul rapi di atas kepala, kini dibiarkan saja terurai indah di punggungnya. Cantik!! Cantik dan cantik sekali!!
Make up flawless minimalis yang tertoreh diwajahnya juga semakin menambah Pesona kecantikannya. Kecantikan yang bahkan mampu mengalahkan keindahan taman di paviliun mentri yang dipenuhi bunga-bunga indah disekitarnya.
Kalau begini tak akan terlihat kalau dia berusia lebih tua dariku. Dia bahkan terlihat jauh lebih muda dariku, bahkan seperti ABG seusia Saphir adikku...Gila kan? the power of outfit dan make up ini mah.
“Malam,” jawabku sangat telat saking tercengangnya melihat penampilan Amethys yang luar biasa.
"Kau tak keberatan kan kalau kuajak keluar dari kompleks istana? Kita bisa turun dan berkeliling kota?”
“Tentu,” jawabnya singkat sambil tersenyum manis.
“Ehm, kenapa kau melihatku seperti itu? Aku tak pantas ya berpenampilan begini?” Tanya Amethys lagi dengan wajah yang bersemu merah malu-malu. Sepertinya sedikit tidak nyaman dengan pandanganku padanya.
'Duh ketahuan banget ya kalau aku kesemsem?' Aku memaki diriku sendiri dalam hati.
“Oh maaf, justru karena kau terlihat sangat cantik dan menawan dengan penampilan seperti ini. Aku sampai tidak bisa berhenti memandangmu.” Jawabku jujur tanpa bisa mencari alasan mengelak.
Amethys tidak menjawab ataupun mengelak pujianku padanya. Dia hanya tertawa ringan yang terdengar begitu renyah di telingaku sebagai jawaban.
Kupersilahkan gadis itu memasuki lift, kemudian kami berjalan beriringan menuju garasi di under ground. Kugiring dia ke tempat aku memarkirkan mobilku dan kubukakan pintu mobil untuknya. Memperlakukannya seperti seorang putri sesuai janjiku pada ibu tadi.
Kami menaiki mobil, dan segera kulakukan mobil merah itu keluar kompleks istana. Melaju ke arah kota dan mengelilingi disepanjang kota.
“Kau tahu? Dari tadi aku terus kepikiran harus memanggilmu apa?” Tanyaku padanya dengan sangat canggung.
“Yaampun Diamond! Jangan aneh-aneh ah. Kau boleh kok memanggilku seperti dulu, Amy." Amy tertawa mendengar perkataan ku. Dan aku hanya bisa membalasnya dengan tawa canggung juga.
"Sudah tiga tahunan kau tidak memanggilku begitu lagi. Kau juga tak pernah usil lagi mengajakku berkencan. Kemana perginya Diamond yang dulu suka menyatakan cinta padaku. Sepertinya kau sudah bertobat ya?” lanjut Amethys sambil mengedipkan sebelah matanya menggodaku.
“Amy, yah nama yang simple dan manis yang cocok untukmu.” Jawabku jujur dan sepenuh hati.
Sangat memalukan rasanya jika mengingat kebodohan dan keagresifanku di masa lalu.
“Dasar, kau pasti sudah berhasil menggaet ribuan cewek dengan kata-kata manismu itu. Apalagi ditambah dengan wajah tampanmu. Kau memang layak disebut Playboy sejati! Gadis mana coba di komplek istana yang belum pernah kau ajak kencan?” Amy tertawa lagi membuatku mau tak mau ikut tertawa bersamanya, tertawa miris dan pilu.
Andai saja dia tahu, bahwa aku yang seorang Playboy sejati ini gagal dan tidak punya keberanian untuk mendapatkan hati seorang Amy?
Hubunganku dengan gadis-gadis lain selama ini tidak lebih hanya sekedar alasan untuk mencoba menghapus namanya yang sudah terpahat didalam hatiku. Tapi semuanya gagal, tak ada gadis lain yang dapat menggantikan posisi Amy disana.
Setelah puas berkendara berkeliling kota, aku mengajak Amy ke sebuah Cafe di sudut kota. Kafe kecil yang tidak ramai serta tidak terlihat mencolok. Sengaja tidak kupilih tempat mewah dan terkenal agar tidak terlalu menarik perhatian. Kugiring Amy ke pojok ruangan dan memesan makanan dan minuman.
“Apa kau tak suka tempatnya?” Tanyaku sedikit khawatir karena melihatnya celingukan dari tadi. Gadis itu seperti sedang meneliti segala penjuru Cafe yang ditata dengan cukup apik dan bersih.
“Oh maaf, tidak begitu...Tempat ini lumayan." Amy buru-buru menjawab.
"Aku hanya penasaran bagaimana kau tahu tempat-tempat seperti ini? Tadi juga waktu keliling kota, kau hampir tahu setiap sudut kota ini. Pantas saja kau bisa menghindari kejaran paparazi yang memergokimu berkencan dengan banyak cewek.” Amy melanjutkan perkataanya.
Dan sialnya malah menyangkut pautkan dengan kegiatan sosialku yang memang tergolong sedikit liar dan tidak bisa dikatakan baik.
“Bukan hanya untuk itu Amy, Cafe dipinggir kota begini jarang disorot. Aku juga bisa menggunakannya untuk kepentingan tugas, pertemuan rahasia dengan Spy, memberikan tugas rahasia atau hanya sekedar bersantai dan bertukar pikiran saja dengan rekan militer.” Jawabku berusaha sedikit saja memperbaiki citraku di matanya. Aku juga bisa jadi pria baik dan bertanggung jawab lho, apalagi kalau masalah tugas.
Amy mengangguk menyetujui ucapanku kali ini. Memang mengingat pangkatku yang sudah cukup tinggi, tak mengherankan kalau aku harus berhubungan dengan spy atau pejabat militer lainnya secara rahasia begitu.
Setelah itu Amy menjadi lebih ramah dan hangat padaku. Tapi anehnya dia sama sekali tidak menyebut soal istana, soal pangeran Jasper dan segala hal yang berhubungan dengannya. Membuatku semakin penasaran saja dengan apa kira-kira yang mau dibicarakannya padaku. Katanya tadi mau ngomongin soal Jasper?
“Sudah hampir larut, Amy," kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 21.00. Sudah waktunya gadis baik-baik untuk dipulangkan ke rumahnya.
“Kau tidak takut digunjingkan karena pulang malam bersamaku?” Tanyaku cemas mengingat betapa alimnya Amethys dan nasihat ibuku tadi.
Dia berbeda dengan aku yang sudah keseringan pulang larut. Aku takut pula kalau reputasiku sebagai playboy dapat merusak citra dan nama baiknya.
“Tak masalah asal kau tidak meninggalkanku sendirian disini.” jawab Amy tidak keberatan.
Kemudian gadis itu meminum habis jusnya dan menyingkirkan makanan penutup dari hadapannya. Amethys Sumeragi memasang wajah tegas dan seriusnya seperti biasanya saat bertugas.
‘Waktunya telah tiba,’ aku mengingatkan diriku sendiri. Inilah tujuan utama pertemuan kami.
_________#__________
🌼Yuuuuks say PLIIIIS jangan lupa kasih LIKE, VOTE dan KOMEN 🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Erza Scarlet
asik kencan pertama
2021-02-21
1
princes Nadine
asyiiik kencan pertama sama wanita tercantik di seluruh kerajaan 🥰
2021-02-19
1
Rikutarou Prime
Thor, penamaannya masih salah. Harusnya menggunakan huruf kapital.
2020-08-09
1