Pagi-pagi sekali saat aku masih dalam proses berpakaian, pintu kamarku diketuk. Segera kujawab dan mengijinkan siapaun itu untuk masuk ke dalam kamar. Seperti dugaanku, Paman Kunzite lah yang datang menghampiriku. Mentorku mulai hari ini.
"Selamat pagi, pangeran Jasper," Sapa beliau padaku dengan nada formal andalannya.
"Selamat pagi, perdana mentri Kunzite," jawabku tak kalah formal.
"Ini jadwal jadwal anda mulai hari ini. Silahkan anda periksa dengan seksama, mungkin ada yang belum jelas dan perlu ditanyakan." Diserahkannya beberapa lembar kertas padaku.
"Jika anda sudah siap, pelajaran pertama akan segera kita dimulai." Tambah beliau dengan nada yang lebih serius lagi, bahkan lebih kaku dari bisaanya. Nada yang membuatku langsung menurut saja tanpa membantah.
DAILY SCEDULE MONDAY
08.00-10.00 latihan kekuatan fisik
10.00-13.00 teknik dan jurus beladiri serta bersenjata
13.00-14.00 istirahat dan membersihkan diri
14.00-15.00 makan siang bersama pejabat istana
15.00-19.00 taktik perang dan ketatanegaraan
19.00-20.00 istirahat dan membersihkan diri
20.00-21.00 makan malam bersama ibunda ratu dan mentor
21.00- istirahat di ruangan pribadi
Dahiku sampai berkerut demi membaca daftar acaraku untuk hari ini.
'Gila! Apa-apaan ini? Padat sekali!' Umpatku dalam hati saja, tanpa kata-kata.
Kuamati lembaran-lembaran kertas yang lain. Jadwal kegiatanku untuk besok dan besoknya lagi yang sama padatnya. Hanya menu pelajaran sore yang berbeda tiap harinya. Dan setelah kuamati, aku bahkan tidak mendapat liburan akhir pekan!
"Maaf paman..." Ujarku ragu setelah memeriksa semua jadwalku selama seminggu dengan seksama. "Mengapa tak ada pelajaran mengenai Gear disini?"
"Gear?" Paman Kunzite sedikit mengerutkan dahinya. "Kurasa anda belum siap."
"Aku sudah dewasa paman, sudah saatnya aku mempelajari tentang Gear!" Selaku tidak puas, merasa didiskriminasikan.
Padahal Diamond, putra sulung Paman Kunzite sudah bisa dan diperbolehkan untuk mengendarai gear pada usia 10 tahun, jauh lebih mudah dari usiaku saat ini.
Diamond bahkan sudah ikut pergi berperang dua tahun kemudian. Lebih jauh lagi saat ini Diamond sudah menjabat sebagai Kolonel yang memimpin pasukan di wilayah perbatasan pada usianya yang masih 23 tahun...Sungguh tidak adil!
"Baiklah nanti akan saya bicarakan kembali dengan paduka ratu." Jawab Paman Kunzite beranjak pergi dari kamarku, tak ingin memperpanjang pembicaraan lagi.
"Ayo kita mulai pelajaran hari ini!" Beliau mendahuluiku ke training centre.
Aku mengekor saja di belakangnya sampai ke tempat tujuan. Ruangan tujuan kami di lantai satu istana.
"Oiya pangeran, karena saya tidak mungkin mengikuti anda kapanpun dan kemanapun anda berada. Maka saya sudah menyiapkan dua pengawal pribadi untuk anda." Paman Kunzite mengenalkan dua orang pria yang telah menunggu kami disana.
Kedua pria berbadan tegap dan berusia dua puluh tahunan yang berwajah sama. Yah mereka kembar, dan keduanya memiliki wajah yang bertampang sama seriusnya. Keduanya memiliki postur tubuh yang bagus layaknya seorang prajurit papan atas.
"Yang berbaju merah namanya Dextra dan yang berbaju biru Sinistra. Mereka bertugas untuk mendampingi anda. Jika masih di lingkungan istana anda bisa mengusir mereka saat menginginkan privasi...Anda keberatan?" Paman Kunzite memastikan kepuasanku akan kedua pengawal pilihannya.
Aku menggelengkan kepala untuk menjawabnya, bersyukur masih diberi sedikit privasi. Better than nothing.
Sejak hari itu, setiap harinya aku menjalani hari-hari yang sangat berat dan sibuk. Membuatku selalu terlentang di ranjang tanpa sempat mengganti pakaianku setiap malam. Seluruh tubuhku rasanya ngilu dan nyeri karena banyaknya memar dan luka ringan yang kuderita. Luka yang kudapat dari pukulan, bantingan, bahkan sabetan pedang Paman Kunzite saat sesi latihan bela diri.
Dan malam ini, betapa kagetnya aku saat kurasakan tubuhku begitu ringan, hangat dan nyaman. Saat kubuka mataku, kudapati ibunda ratu sedang duduk disamping ranjangku.
Beliau mengulurkan lengannya di atas tubuhku, menyalurkan tenaga dalamnya yang berwarna kehijauan, tenaga penyembuh untuk mengobati luka-lukaku.
"Se, selamat malam ibunda..." Saking kagetnya aku langsung terduduk, bangkit dengan buru-buru dari tidurku.
"Tak usah secanggung itu pada ibumu sendiri, Jez." Jawab beliau tersenyum lembut padaku. Perlahan beliau membuka kancing kemejaku satu-persatu.
"Astaga banyak sekali lukamu. Berbaringlah, ibu akan coba menyembuhkanmu!" Ujar beliau membantuku kembali berbaring.
Aku hanya menggangguk menjawabnya, entah kenapa detak jantungku menjadi lebih cepat tak terkendali menyadari posisi ibundaku sedekat ini.
Apalagi saat aku melihat penampilan ibunda. Jauh lebih cantik dari biasanya dengan wajah tanpa riasan, gaun tidur sutra putih yang sedikit tipis serta selendang merahnya...
"Apa kau begitu inginnya mengendarai gear?"
"Apa?...be, benar ibunda." Jawabku gugup saking kagetnya mendengar pertanyaan tabu tentang gear dari mulut ibunda.
"Apa kau yakin sudah siap dan sanggup untuk mengendalikannya?"
"Tentu! Tentu saja! Ananda akan berusaha dan berlatih dengan sekuat tenaga!" Jawabku mantap penuh semangat. Ingin meyakinkan ibunda akan tekadku.
"Sudah kuduga kau akan menjawab begitu. Ibunda tahu keinginanmu kali ini sudah tak dapat dibendung lagi...Baiklah kuijinkan kau mendapat pelajaran Gear, mulai besok akan ada pelajaran Gear untukmu"
"Terimakasih ibunda." Saking senangnya, kontan kupeluk tubuh ibundaku dengan erat. Membuatnya berhenti memberikan heal, energi penyembuh kepadaku. Beliau balas memelukku penuh kasih sayang.
"Berjanjilah kau tak akan lupa diri dan menjadi gila perang setelah mengenal gear." Tambah beliau yang langsung kusanggupi dengan anggukan mantap sebagai jawaban.
_________#__________
Aku membaca rincian jurus dan teknik menggunakan senjata gear yang akan kupraktekkan besok dari layar komputer hologram-ku. Sebelum memberikan materi baru, Paman Morgan, guru pelajaran Gearku selalu memberikan tutorial berisi rincian manual, penjelasan serta peragaan gerakan-gerakan yang akan dilakukan dalam sebuah megadisk.
Entah mengapa Paman Kunzite tidak mau mengajariku meteri gear, menurut ibunda beliau sudah tidak mau lagi menyentuh gear karena suatu hal. Selain itu juga dikarenakan Paman Morgan adalah Gear master terhebat di seluruh kerajaan.
Belum lama kuotak-atik komputerku, mataku sudah tak bisa diajak kompromi lagi. Aku tertidur diatas tombol-tombol keyboard dengan tiga layar komputer hologram masih menyala. Parahnya aku juga belum mengunci jendela kamar dan pintu balkonku. Sehingga angin dingin, kering dan tidak ramah gurun pasir pada awal desember ini dapat masuk ke dalam kamarku dengan bebas.
Pelajaran gearku sudah berlangsung dua bulan. Aku sudah mengalami banyak kemajuan sekarang, sudah bisa bertarung bahkan berperang. Walau hanya memakai Common Gear yang tidak canggih, gear yang biasa dipakai oleh para prajurit. Atau biasa dipakai sebagai sarana transportasi.
Gear menyerap begitu banyak tenagaku. Hampir tiap malam aku tergeletak kecapekan, tapi keesokan harinya entah mengapa aku merasa segar lagi. Seakan dialiri semangat baru, tak sabar menantikan saat-saat untuk mengendarai Gear lagi.
Aku tersentak kaget, terbangun saat sebuah tepukan keras mendarat dipunggungku. Sakit!!
Perlahan aku bangkit, kugosok-gosok kelopak mataku, memulihkan sebagian kesadarannya. Mencari sumber datangnya tepukan. Siapa coba yang begitu kurang ajar dan berani memukul seorang pangeran sekeras itu?
"Jendela dan pintu balkon belum dikunci, angin bertiup sangat kencang dan dingin. Kau malah enak tidur disini, bagaimana kalau kau sakit? Atau lebih parah ada penyusup yang ingin membunuhmu, wahai pangeranku?" Sapa sebuah suara santai dengan nada setengah khawatir, setengah mengejek. Suara yang sangat familier dan kurindukan.
"DIAMOND!" Pekikku terbelalak tak percaya mendapati sosok gagah dihadapanku.
Seorang pemuda dengan paras jauh diatas rata-rata, dengan mata coklat keemasannya yang tajam dan rambut pendek yang dibiarkan berantakan. Aku mengulurkan tanganku menyapanya, tetapi alih-alih menjabatnya Diamond malah menarikku kedalam pelukannya.
"Kau masih sama Jez, tetap manis seperti dulu." Ujarnya setelah puas memelukku.
"Ayahku bilang kau sudah mulai mahir mengendarai gear? Wah kita bisa duel 1 on 1 donk? pasti seru!" Lanjutnya dengan cengiran khasnya, mengamati ketiga layar hologramku.
"Iya," jawabku singkat, cepat-cepat mematikan komputerku. Yang benar saja, aku bisa mati konyol kalau nekat melawan Diamond saat ini.
"Hei mana yang lain?" Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Zircon dan Opal sudah pulang sebelum aku tiba. Kurasa Opal masih sibuk membantu di rumah sakit pusat. Maklum banyak tenaga medis yang mengambil cuti akhir tahun..."
"Zircon, kau tahu sendiri kan seperti apa dia? Jangan harap dia mau menghamipiri hanya untuk memberitahukan kedatangannya. Lagian sepertinya bibi Garnet masih belum mengijinkannya keluar paviliunnya, kangen berat ama anak semata wayangnya" Jawab Diamond panjang lebar.
"Kalian disini sampai kapan?" Tanyaku takut tak bisa bermain lama-lama dengan ketiga sahabatku itu.
Para sahabatku yang kini bertugas sebagai prajurit yang menjaga perbatasan. Aku ingin bisa bermain bersama mereka seperti dulu, mereka selalu nempel kemanapun aku pergi. Tapi dengan jadwal kesibukanku saat ini rasanya semua itu mustahil dapat terlaksana.
"Sialan kau. Baru datang sudah ditanya kapan pulang... Tenang saja Jez, aku berencana disini sampai tahun baru. Entah kalau mereka berdua..." Ucapan Diamond tiba-tiba terhenti dan secepat kilat dia berlalu kearah balkon, hilang dari pandangan.
Tak lama kemudian kebingunganku terjawab dengan adanya ketukan di pintu kamarku. Hebat sekali dia bisa merasakan kedatangan seseorang dengan jarak sejauh itu, aku saja tak merasakan apa-apa sampai ada ketukan tadi. Kubuka pintu untuk memeriksa siapa yang datang...
"Maaf pangeran, kami mendengar ada suara-suara dari dalam. Kami khawatir ada seorang penyusup..." Sinistra, salah satu pengawal pribadiku melapor. Sementara satunya, Dextra berusaha melihat kedalam kamarku.
"Tidak ada siapapun, aku sendirian." Potongku cepat-cepat, tetapi kedua pengawalku itu memaksa masuk kamarku, memeriksa secara menyeluruh tanpa terkecuali balkon kamarku. Membuatku sedikit was-was kalau Diamond ketahuan bersembunyi.
Setelah yakin tidak ada siapapun dikamarku, mereka meminta maaf dan memberiku penghormatan. Tidak lupa pula menyuruhku menutup semua jendela dan pintu serta segera beristirahat.
Kuantarkan mereka sampai pintu, kututup rapat-rapat sebelum aku bergegas ke balkon, disana tak ada siapapun.
"Diamond?" Tanyaku lirih.
"Brengsek mereka! Kenapa tidak langsung kau usir saja sih?" Diamond kesal, melompat dari bawah balkon tempatnya bersembunyi.
"Tidak bisa. Mereka akan curiga dan melaporkannya kepada ayahmu. Pasti akan panjang urusannya. Lagian yang salah itu kau kan, menyelinap kekamarku tengah malam begini... Kau pulang saja, besok kita lanjutkan." Kugiring dia ketepi balkon untuk mengusirnya.
"OK, besok aku akan mengajak Zircon ikut latihan fisik, beladiri dan gear denganmu. Kau tak akan sendirian lagi, sobat...Aku pergi!" Diamond melompat dari balkon lantai empatku dan menghilang dalam gelapnya malam.
_______#______
🌼Yuuuuks say PLIIIIS jangan lupa kasih LIKE dan KOMEN 🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Riska>b!r3n<
gear
2021-06-21
0
Erza Scarlet
wah jadwalnya bikin klenger pasti🤣
2021-02-21
1
princes Nadine
jadwalnya bikin ngeri walau cuma baca aja😂
2021-02-19
1