Aku terbangun dari tidurku pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari terbit di ufuk timur. Dengan nyawa yang belum terkumpul semua, kupaksakan tubuhku bangkit dari ranjangku yang nyaman, berjalan ke kamar mandi. Kuguyur sekujur tubuhku dengan air dingin dari shower banyak-banyak untuk menghilangkan rasa kantukku.
Kenapa coba aku harus mandi di pagi hari buta begini? Jawabnya tentu saja karena setelah kejadian waktu itu, kejadian duel gear itu. Kami berdua, yah aku dan Zircon diwajibkan mengikuti latihan fisik setiap paginya. Opal dengan semena-mena mendiagnosa penyakit kami sebagai penyakit ‘kurang latihan’,
'Bah! Penyakit apa itu? Dasar dokter sableng!'
Menurutnya kami berdua mengalami penurunan stamina karena terlalu banyak santai selama liburan. Tapi aku jadi curiga Opal sengaja melakukan hal itu untuk membuat kami tidak bisa menikmati liburan, membuat kami menderita seperti halnya dirinya yang harus lembur bekerja. Bekerja untuk membantu sebagai tenaga medis di rumah sakit pusat selama liburannya akhir tahun ini.
'Sialan banget kan?'
Setelah cukup lama kubasahi dan kubersihkan tubuhku. Aku menyelesaikan ritual mandiku, keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai selembar handuk yang kuikat melingkari pinggangku.
“KYAAAAAAAAA! Kakak apa yang kau lakukan?” Saphir, adikku yang entah sejak kapan berada di kamarku berteriak, menjerit histeris sambil menutupi wajahnya. Menutup dengan kedua telapak tangannya, terlihat malu-malu.
“Aneh kenapa kau yang berteriak? Harusnya kan aku yang malu? Aku yang rugi." Gerutuku padanya.
"Mau apa kau sepagi ini ke kamarku?” Kuambil sebuah yukata di lemari dan segera kupakai untuk menutupi tubuhku agar lebih layak dilihat.
“Ada sambungan dari Kak Amethys.” Saphir menyerahkan sebuah holophone padaku.
Jantungku seakan berhenti berdetak untuk sejenak saat menerima holophone itu.
Ada apa ini? Masa iya Amethys si ‘Miss Perfect’ itu menghubungiku sepagi ini? Gak salah? Buat apa coba? Mau tak mau tanda tanya besar yang berkelebat di kepalaku.
Kutekan tombol unhold dan muncullah gambaran hologram seorang gadis dengan rambut tersanggul rapi, dengan jas dokter putihnya yang panjang melambai. Gadis itu sedang menata tumpukan berkas rekam medis di meja kerjanya, membelakangi aku.
“Halo!” Sapaku padanya.
Sengaja aku mengusir Saphir keluar kamarku dengan kibasan tangan. Melemparinya dengan bantal pula karena tak kunjung mau pergi juga dari kamarku. Gangguin urusan orang dewasa aja itu anak.
“Ah Diamond,” jawab gadis itu merdu dari sisi sana.
Gadis itu mendekati pesawat holophone diatas meja kerjanya. Menampakkan wajah cantik nan cerdasnya dengan rambut hitam yang tertata rapi diatas kepalanya. Dia mengembangkan senyuman manis untukku, sangat mempesona.
“Bisakah kau menemuiku? Aku ingin sedikit bicara denganmu.” Tanyanya langsung to the point.
Entah mengapa pertanyaan standar itu yang mampu membuatku melayang sepersekian detik. Dia ingin bertemu denganku?... Yes! Yes!
“Soal apa ni?” Jantungku kembali dag dig dug tak karuan. Namun aku berusaha memasang wajah sok cool dan berwibawa.
Bisa-bisanya coba, aku yang dijuluki playboy kelas kakap berakhir seperti ini? Hanya karena mendengar dia ingin ketemu denganku?
‘Sial, aku pasti sudah gila! Seperti baru pertama kali menerima sambungan dari cewek saja?’
“Soal apa lagi kalau bukan soal pangeran Jasper?” Jawabnya ringan. Tersenyum lagi padaku.
Sebenarnya aku sudah bisa menebak maksudnya menghubungiku, tapi tetap saja hatiku mencelos demi mendengarnya langsung dari mulut Amethys. Ada rasa kecewa mendalam melandaku karena dia tidak mencariku karena diriku sendiri.
“Kenapa tidak langsung pada Jasper saja atau Zircon atau Opal adikmu kan bisa?” Jawabku manyun.
“Tidak bisa, Jasper belum boleh untuk mengetahuinya. Opal sudah tahu dan Zircon kurang begitu bisa menyampaikan sesuatu dengan baik." Amethys memaparkan alasannya.
"Jadi hanya kau yang bisa aku pikirkan sebagai solusi. Untuk nantinya bisa memberitahukan hasil pembicaran kita secara perlahan kepada Jasper. Kau mau kan bertemu denganku?” lanjutnya memastikan kesanggupanku.
“Kapan aku harus menemuimu?” Tanyaku tanpa bisa menolak permintaan Amethys. Yah sebagian juga demi Jasper juga sih.
“Usahakan secepatnya, Diamond.”
“Gimana kalau nanti malam?" Aku menawarkan.
"Malam?" Amethys bertanya sedikit ragu.
"Gara-gara diagnosa asal-asalan Opal soal penurunan stamina kami, kami harus ikut latihan untuk menambah stamina. Ayahku memaksa aku dan Zircon untuk latihan fisik selama 5 jam dan latihan gear 3 jam dalam sehari..." Aku menjelaskan kekesalanku pada Opal, adik kandung dari Amethys.
Amethys tidak menjawab, hanya memberikan tawanya yang terdengar sangat renyah di telingaku.
"Adikmu yang brengsek itu merusak liburanku saja! Membuat aku baru bebas setelah jam 6 sore hari.” Jawabku sambil sedikit mencuri-curi pandang padanya. Memandang wajah cantik dokter rupawan di hadapanku.
“OK, kalau begitu aku akan menjemputmu jam 7 nanti malam." Amethys akhirnya membuat keputusan kapan harus bertemu. Setuju saja untuk bertemu malam hari.
“Hei yang benar saja? Mana ada cowok yang dijemput sama cewek?... Aku saja yang akan menjemputmu. Bagaimana?” Protesku tidak suka dengan ide dan gagasannya untuk menjemputku.
“Ahahaha Siap mister gentleman!” Amethys tertawa renyah sekali lagi.
“Nanti malam jam 7, kutunggu di paviliunku. Jangan telat ya...Ehm, maaf Diamond, aku harus buru-buru pergi. Ada panggilan darurat dari pasien. Sampai nanti.” Diputuskannya sambungan holophone kami dengan terburu-buru.
Aku tertegun beberapa saat setelah panggilan kami betakhir. Masih sedikit tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
'Woah akhirnya aku bisa berkencan dengan si ‘Miss perfect’ Amethys Sumeragi.'
Dialah satu-satunya wanita yang sanggup mencuri hatiku dari dulu bahkan sampai saat ini. Dia seorang gadis cantik yang berusia lebih tua lima tahun dariku. Tapi entah mengapa rasanya jurang pemisah diantara kami seperti puluhan tahun saja rasanya.
Dulu saat masih muda, aku sering terang-terangan menggodanya, menyatakan perasaanku padanya. Dan waktu itu dia selalu menolakku dengan alasan aku masih kecil, aku masih terlalu muda untuknya.
Tetapi sejak tiga tahun yang lalu akulah yang selalu menghindar darinya, berusaha menepis semua bayangannya dari ingatanku. Aku yang terlalu minder dan tak berani untuk mendekatinya.
Bagaimana mungkin aku yang waktu itu hanya seorang sersan rendahan, (meskipun kini aku sudah berpangkat Kolonel) berani untuk mendekatinya?
Dia yang seorang dokter di rumah sakit pusat sekaligus ilmuan gear kerajaan? Sungguh impossible! Tapi sekarang apa yang terjadi? Malah Amethys yang menghubungiku duluan. Dia yang mengajakku untuk berkencan duluan! Abaikan saja niatnya yang ingin membicarakan Jasper hehe.
'Pokoknya kencan!'
“Duh lagi seneng ni kayaknya?” Tiba-tiba saja Saphir sudah berada dihadapanku lagi. Gadis itu ersenyum jahil dan mengedip nakal padaku.
“Dasar kau ini...Sebagai seorang gadis kau harusnya menjaga sopan santun tahu! Ketuk pintu dulu sebelum masuk kamar orang lain! Apalagi kamar laki-laki.” Saking gemasnya dengan tingkahnya, kucubit pipi tembem adikku kecilku itu.
“Kakak mau makan apa untuk nanti siang?” Tanyanya penuh harap setelah berhasil memberontak dan melepaskan cubitanku dari pipinya.
Oh iya, Opal juga merubah total jadwal harian Jasper.
Jez ikut latihan fisik bareng kami di pagi hari, makan siang bersama kami juga. Sementara acara makan siang bersama paduka ratu dan pejabat dihapuskan. Dan untuk menu pelajaran siang, latihan gear bersama kami juga. Walaupun dia dilatih oleh paman Morgan sedangkan aku dan Zircon oleh Paman Euclase.
Setelah semua kegiatan melelahkan itu kami bebas, sedangkan Jasper masih harus melanjutkan latihan beladirinya bersama trainer yang lain. Kasian sekali sebenarnya, dia pasti sangat kelelahan.
Semua pelajaran teoritis dan akademiknya dihentikan total. Aku tak habis pikir bagaimana cara Opal sampai bisa membuat Ayahku dan paduka ratu menyetujui semua perubahan jadwal Jasper sampai menjadi seperti ini. Perubahan yang sangat drastis.
“Terserah kau sajalah. Yang penting makanan yang bisa dimakan. Lebih baik kau tanya Opal saja langsung, dia kan yang bertugas sebagai penanggung jawab kesehatan kami sekarang,” jawabku asal saja.
“Ah Good idea,” jawab Saphir riang mengambil holophone dari tanganku.
“Pinjam sebentar,” dia berlari keluar kamarku dan menghubungi Opal. Bisa kubayangkan bagaimana reaksi Opal nanti karena mendapat sambungan tidak penting begitu. Bahkan sambungan itu di jam-jam sibuknya di rumah sakit hehehe. Rasakan saja pembalasanku...
________#________
🌼Yuuuuks say PLIIIIS jangan lupa kasih LIKE, VOTE dan SUBSCRIBE 🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Erza Scarlet
penyakit kurang latihan🤣
2021-02-21
1
princes Nadine
nah asli seru ini si diamond🥰
2021-02-18
1
Lailatul Hawa
im falling for him for the first time he came around. tipe tipe pribadi yang easy going tapi menghanyutkan 🤭🤭🤭
2021-02-14
1