Zircon tahu bahwa dia tidak akan bisa berbohong kepada sang ayah. Jadi dia pun menjawab Morgan dengan sejujurnya "Benar, Ayah. Tapi mohon maaf, saya mempunyai alasan untuk itu."
"Apapun alasanmu, jika sudah menyakini sesuatu itu benar, maka kamu harus berani memperjuangkannya. Dan ayah tak suka jika kau hanya setengah hati memperjuangkan keyakinanmu itu."
Jawaban dari sang ayah kontan membuat Zircon keheranan. Jawaban yang terdengar sangat ambigu.
Jadi beliau setuju aku ikut revolusi Jasper ini? Bukannya malah menentang?
"Tadi pagi Opal dan Amethys mengundang kami. Mereka berpresentasi kepada ayah, ibu dan semua paman bibi di kediaman Paman Euclase. Pembicaraan aneh tentang revolusi Jasper." Garnet membantu untuk menjawab keheranan Zircon.
"Tapi ibu senang dan sependapat dengan apa yang mereka kemukakan. Memang hal itu tidak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya."
Zircon semakin penasaran dengan apa yang telah dilakukan oleh Opal. Zircon tahu benar bahwa Opal sangat cerdas, namun tetap saja dia tidak bisa percaya bahwa Opal dapat menggerakkan hati para golongan tua semudah itu.
"Sejujurnya kami benar-benar terkejut dan salut dengan apa yang mereka sampaikan tadi. Sungguh berani sekali mereka itu, Opal dan Amethys memang anak-anak yang sangat cerdas. Mereka bahkan berani mendobrak tradisi untuk memperjuangkan hak-hak azasi Jasper."
"Ternyata begitu, Opal bahkan sudah menjalankan aksinya?" Zircon akhirnya mengerti. Karena dia sudah tahu secara garis besarnya tentang revolusi Jasper ini. Akan tetapi dia tidak mengira bahwa Opal akan secepat ini bertindak.
Sekali lagi Zircon merasa kalah telak dari Opal, sahabat kecil yang berusia sama dengannya. Opal yang bisa dengan tenangnya menghadapi tekanan untuk berpresentasi kepada para mentri tinggi kerajaan.
"Gila! Aku sendiri pasti tidak akan berani melalukan hal itu." Zircon semakin kagum dengan kemampuan sahabatnya. Karena dirinya sendiri pasti tidak akan bisa untuk bernegosiasi dan mengatur kata-kata dengan baik dalam sebuah forum resmi.
"Sore ini apa kamu ada rencana keluar, Zirc?" Garnet mengalihkan pembicaraan.
"Tidak. Aku dirumah saja," jawab Zircon.
"Kalau begitu sebaiknya kamu pergi ke rumah sakit kerajaan."
"Rumah sakit? ... Memangnya siapa yang sakit?" Zircon balik bertanya keheranan.
"Opal. Tadi setelah berpresentasi tiba-tiba saja dia ambruk dan pingsan."
"Haaaah? Kok bisa?"
"Sepertinya dia keracunan makanan. Kalau kamu senggang sebaiknya jenguk dia ke rumah sakit." Jawaban dari sang ibu semakin membuat Zircon mengerutkan dahinya.
Sungguh aneh sekali. Bagaimana bisa Opal keracunan makanan? Yang benar saja. Bukannya dia seorang dokter? Bahkan lebih jauh lagi dia adalah penanggung jawab menu latihan dan nutrisi kami? Pasti ada sesuatu yang tidak beres?
"Aku mau ke rumah sakit sekarang." Zircon mengambil keputusan untuk langsung mendatangi Opal saja. Dia beranjak dari kursi dan bergegas pergi.
"Sampaikan salam ibu dan ayah pada Opal, Zirc." Pinta ibuku sebelum Zircon berlalu dari ruangan.
"Baik, Bu." Zircon menyanggupi permintaan sang ibu.
Kemudian di mengambil kunci mobil dan jaket dari kamar, berlari ke lift yang terhubung ke garasi. Lanjut menaiki dan melajukan mobil sport biru miliknya menuju rumah sakit pusat di kota.
***
Sesampai di rumah sakit Zircon langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan dengan langkah cepat masuk rumah sakit. Karena tidak tahu di mana Opal dirawat, dia memutuskan untuk bertanya kepada bagian informasi.
"Selamat sore ... Saya ingin bertanya, Opal Sumeragi dirawat di kamar mana?" Zircon bertanya kepada petugas yang duduk di bagian informasi.
"Tu, Tuan Zircon ... Selamat sore." Jawab gadis yang bertugas di bagian informasi dengan gugup dan malu-malu tidak jelas.
"Tuan Opal sedang dirawat di ... Di kamar ... Royal class nomer 11 lantai 7." Lanjutnya terputus-putus karena sambil mengecek layar komputer.
"Terima kasih." Zircon menyunggingkan senyuman sekilas sebagai ucapan terima kasih padanya, lalu beranjak menuju lift.
Baru beberapa langkah dia berjalan, dapat terdengar gadis tadi berteriak-teriak heboh kepada temanya. Sambil sesekali menyebut nama Zircon.
Aneh sekali. Memang wanita sulit ditebak.
Koridor lantai tujuh tempat kamar-kamar royal class jauh lebih sepi suasananya jika dibandingkan dengan bagian lain di rumah sakit. Tak ada tanda-tanda adanya seseorang pun di sana.
"Ehm ... Tunggu dulu, di balik tanaman hias itu sepertinya ada sesosok tubuh?" Zircon menyipitkan matanya untuk bisa melihat lebih jelas ke arah yang jauh.
Tidak, itu bukanlah sesosok tubuh, tapi dua sosok tubuh yang sedang berhimpit. Keduanya berpelukan sangat erat sampai tubuh mereka menempel tak bercelah. Lebih jauh lagi Zircon dapat melihat kedua bibir mereka bertautan, berciuman.
"Aaarggh sialan! Ngapain si Berengsek itu bermesraan di sini?" Gerutu Zircon dengan wajah yang terasa memanas demi melihat kejadian tidak senonoh itu. Apalagi karena dia dapat mengenali salah satu sosok pelaku asusila ... Diamond!
Cepat-cepat Zircon melanjutkan langkah, tak ingin melihat adegan tidak sopan itu lebih lama lagi.
"Brengsek kau Diamond, bisa-bisanya dia berciuman seintim itu di tempat umum begini? Apa susahnya sih cari hotel?" Zircon terus menggerutu dalam hati.
Dia sudah berniat kabur secepatnya, namun langkahnya terpaksa terhenti karena sebuah sapaan yang tak terduga.
"Yo Zircon! Kamu rupanya?" Diamond menyapa sahabatnya dengan nada kalem seakan tak punya dosa.
Pria itu bersikap seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal kedua lengannya masih saja memeluk pinggang sang gadis dengan erat. Gadis yang baru Zircon sadari ternyata seorang perawat rumah sakit ini.
Zircon hanya menjawab dengan tatapan tajam yang seolah menyemburkan umpatan. 'Dasar playboy kelas kakap!'
Diamond membalas tatapan Zircon dengan tertawa ringan. Kemudian dia berkata, "Karena kau sudah datang, aku ke kantin dulu ya, gantian."
"Sepulang latihan tadi, ibu langsung menyuruhku kesini tanpa memberiku sesuap nasi." Bahkan tanpa menunggu jawaban dari Zircon, Diamond berlalu sambil menggandeng lengan perawat tadi pergi berlalu.
"Anda masih bersedia menemaniku kan, Nona?" Tanyanya pada sang gadis dan gadis mengangguk, menurut mengikutinya dengan kegirangan.
"What ever!" Zircon hanya bisa menggelengkan kepala melihat ulah Diamond. Sudah terlalu kebal dan tidak kaget lagi dengan kenakalannya.
Zircon lanjut menyusuri koridor sampai di sebuah pintu terbuka dari kamar nomer sembilan. Seorang wanita cantik dengan jubah putih dokter keluar dari sana. Dia adalah Amethyst Sumeragi yang terlihat menawan dan mampu menggetarkan dawai asmara di dada Zircon.
"Halo Zircon, selamat malam." Amethys menyapa terlebih dahulu. Sambil memberi senyuman indah yang mengembang dibibir. Senyuman yang mampu membuat Zircon serasa melayang beberapa saat demi melihatnya.
"Sepertinya kau barusan bicara dengan seseorang?" Amethys lanjut bertanya karena Zircon yang hanya diam saja.
"Diamond." Jawab Zircon sambil menolehkan kepala ke arah Diamond. Yang masih berjalan bergandengan tangan dengan perawat tadi di koridor.
"Wow, gadis baru lagi?" Kak Amethys berdecak kagum. Kemudian dia berjalan mendahului Zircon, menunjukkan arah. "Kamar Opal di sebelah sini! Kamu datang untuk mengunjunginya bukan?"
"Iya." Zircon menjawab singkat, berjalan mengikuti langkah Amethyst.
"Sepertinya level Playboy Diamond sudah meningkat pesat?" Amethys menyeletuk di tengah perjalanan mereka.
"Kurasa tidak begitu, sejauh yang aku tahu Diamond itu tidak pernah sekalipun merayu wanita duluan. Tapi yang jadi masalah adalah dia juga tak pernah menolak untuk dirayu." Zircon menjawab tentang apa yang dia ketahui tentang Diamond, sahabatnya.
"Diamond tidak pernah mengobral janji, memaksa atau menyakiti para wanita. Yah sejauh ini tindakannya masih dalam batas kewajaran."
"Zirc? Wah tidak kusangka kamu yang begitu pendiam bisa melakukan pembelaan seperti ini untuk Diamond?" Amethys tertawa geli mendengar jawaban panjang kali lebar dari Zircon.
Zircon tertegun sejenak demi mendengar celetukan Amethys. "Masa iya sih aku terlalu banyak bicara?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
lullabi
begitulah cinta deritanya tiada akhir
2021-03-01
1
princes Nadine
waduh cinta segitiga
2021-02-27
1
lullabi
kok jd ikutan tegang ama suasana rumah sakitnya
2020-05-29
1