Almekia Kingdom
Kuedarkan pandanganku ke segala penjuru arah, dapat kulihat bunga-bunga anggrek yang tersusun rapi di salah satu sudut taman. Serta air mancur tiga tingkat ditengah-tengah. Disekelilingnya tertata bebungaan kecil beraneka warna, sementara jauh ditepian taman tertata rapi pohon-pohon besar nan rindang. Pohon-pohon yang cukup besar untuk dipanjat dan dinaiki ranting-rantingnya.
Tiba-tiba dapat kurasakan hawa kehadiran seseorang dibelakangku, membuatku refleks menoleh ke arah itu. Kudapati seorang gadis cantik seusiaku, kira-kira delapan belasan tahun usianya.
Gadis itu berambut lurus, berwarna coklat sebahu, mengenakan dress biru muda dengan desain sederhana. Gadis itu tersenyum lebar kepadaku, mengambil duduk dengan santainya di salah satu batang pohon yang dipijakinya.
"Halo pangeran Jasper," sapa gadis itu.
Kuteruskan saja kegiatanku mengamati segala penjuru taman luas ini tanpa menanggapi sapaannya. Terlalu malas untuk bercakap-cakap dengan gadis itu.
"Hahaha pasti kabur dari istana lagi ya?" si gadis melompat dari salah satu ranting.
"Yang kutakuti bukan prajurit yang berpatroli tapi justru ayahmu. Beliau ada di rumah, Saphir?" jawabku masih waspada dan tetap mengamati keadaan di sekeliling.
"Tidak ada. Sepertinya masih di istana," jawab Saphir ringan.
"Syukurlah kalau begitu," aku membuang napas lega.
Kulangkahkan kakiku ringan, tanpa perlu berjingkat dan sembunyi-sembunyi lagi ke rumah super mewah di seberang taman. Paviliun perdana menteri Almekia Kingdom.
Seperti bisa, aku langsung masuk tanpa sungkan ke dalam kediaman itu. Saphir mengikuti dengan setia dibelakangku sambil sesekali berceloteh tentang apa saja. tentang hal-hal dan gosip yang bahkan tidak penting sekalipun.
Hubunganku dengan keluarga perdana ini menteri memang sangat akrab. Satu hal yang paling membuatku senang adalah mereka tak pernah segan dan sungkan padaku. Mereka tak pernah mempermasalahkan statusku sebagai seorang pangeran kerajaan ini.
Sebenarnya selain keluarga perdana mentri masih ada tiga keluarga menteri lain yang seakrab ini denganku. Putra-putri mereka yang sepantaran denganku pun menjadi teman baikku.
Aku juga selalu memanggil mereka dengan sebutan 'paman dan bibi' jika berhadapan dalam situasi non-formal.
"Hei Jasper, kebetulan bibi baru selesai masak. Ayo sini cicipilah!" Seorang wanita setengah baya yang anggun dan keibuan dengan rambut coklatnya yang tersanggul rapi menyapaku.
Wanita itu sedang mempersiapkan hidangan makan siang diatas meja makan. Beliau adalah bibi Agata, ibu dari Saphir serta istri dari sang perdana menteri Kerajaan. Wanita nomer dua di negeri ini setelah ibundaku, sang Ratu.
"Hm, baiklah... aku memang sudah sangat lapar," jawabku senang.
Aku mengambil duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan oval yang terbuat dari mammer halus dan super besar.
Diatas meja sudah terhidang berbagai jenis makanan mulai makanan pembuka, menu utama, penutup bahkan sampai cemilan dan buah- buahan pun lengkap tersedia.
"Mewah sekali...Apa akan ada acara? Atau bibi Agata sengaja menyiapkannya untukku?" Tanyaku padanya.
"Tentu saja Jez, kemarin kau makan di rumah bibi Emerald dan kemarinnya lagi di rumah bibi Garnet jadi sekarang giliran rumahku kan?"
"Saphir, kamu temanilah Jasper makan!" jawab beliau sambil terus mondar-mandir dari dapur-ruang makan, membawakan berbagai makanan.
"Jadi? Kau kabur lagi dari pelajaranmu lagi, wahai pangeran nakal?"
"Hehe iya bi," aku mulai menyantap makanan pembuka dimsum, masakan cina kali ini.
"Ibunda terus saja mendatangkan guru-guru private untukku. Mulai dari guru bela diri, kemiliteran, kepribadian, taktik perang, ketatanegaraan, bahkan magic dan pengobatan. Membuatku suntuk saja, membosankan." Keluhku dan didengarkan dengan seksama oleh ibu dan anak itu.
"Semua itu bagus untukmu Jez, agar kau cepat pintar dan bisa cepat menyusul kakakku dan yang lainnya." Seperti biasa Saphir selalu berusaha menghiburku dengan ucapan manisnya.
"Terus kapan kau juga belajar memasak makanan yang enak seperti ibumu?" Jawabku balik menggodanya dan dia langsung memasang muka masamnya.
Sementara ibunya ikut tertawa bersamaku. Yah meskipun seorang gadis, Saphir termasuk gadis tomboy yang lebih suka belajar beladiri daripada memasak.
"Tapi entah kapan aku bisa menyusul mereka jika sampai saat ini ibunda bahkan tidak mengijinkanku untuk menyentuh Gear?"
"PYAR!!"
Aku terlonjak kaget saat bibi Agata tiba-tiba menjatuhkan gelas yang sedang dibawanya. Beliau terlihat sangat kaget dan syok mendengar perkataanku barusan.
"Jez?! Benarkah yang kau katakan?..."
Beliau buru-buru menghampiriku, memaksaku berdiri dari kursiku dan mencengkeram kedua pundakku dengan sangat keras. Sungguh aneh sekali.
"Tidak mungkin, tidak mungkin Nefrit melarangmu menyentuh gear...tidak jika sampai akhir hayatnya pun ayahmu berada bersama gear!"
Aku semakin bingung dan tidak mengerti menghadapi reaksi janggal bibi Agata ini. Lebih-lebih saat mendengar ucapan beliau barusan. Apakah beliau mengetahui sesuatu tentang ayahku? Sesuatu yang tidak kuketahui? Tentang kematian ayahku?
"Bibi? Bibi tahu sesuatu tentang ayahanda?" kugunakan kesempatan ini untuk balik bertanya.
"Bagaimana ayahanda wafat bi?"
Bibi Agata terdiam tanpa menjawab.
"Tolong ceritakan padaku... kumohon jawablah bi!" Pintaku penuh harap padanya.
Seolah baru tersadar bahwa merupakan hal tabu untuk membicarakan tentang mendiang ayahanda di hadapanku, bibi Agata langsung mengubah sikapnya. Menarik tangannya dari tubuhku dan menjauh dariku beberapa langkah.
"Tentu... tentu saja aku tahu tentang beliau...Ayahmu, ayahmu adalah raja yang sangat agung. Pahlawan kerajaan ini..." Tanpa bisa kucegah bibi Agata sudah menarik tangannya dariku.
Beliau beranjak pergi meninggalkan aku dan Saphir yang masih kebingungan akan reaksi janggalnya barusan. Kami berdua hanya bisa bertukar pandangan keheranan.
"Apakah aku tak berhak mengetahui tentang ayahandaku sendiri, Saphir?" Tanyaku frustasi.
Kuhempaskan diriku kembali diatas kursi yang tadi kududuki. Saphir yang biasanya selalu bisa menghiburku pun kali ini kehilangan kata-katanya. Dia tak bisa menjawab, hanya bisa memberikan dorongan dan kehangatan padaku dengan genggaman erat sebelah tangannya.
"Terima kasih..." ujarku mencoba tersenyum.
Aku berusaha melanjutkan menyantap hidangan yang telah susah payah disajikan bibi Agata untukku. Nafsu makanku telah hilang entah kemana perginya, meskipun perutku masih lapar tapi entah mengapa mulutku jadi susah untuk menelan makanan lezat ini.
_______#_______
Kupandangi langit malam dari salah satu balkon di lantai tiga istana, gelap dan pekat. Sang rembulan hanya menampakkan sebagian kecil cahayanya yang berbentuk seperti sabit. Seolah memberi kesempatan pada ribuan bintang untuk ikut memamerkan kilauan cahaya mereka.
"Selamat malam Jasper," sebuah sapaan dari sebuah suara yang halus dan lembut menyadarkan aku dari lamunan.
Kualihkan pandanganku kearah datangnya suara. Dan kudapati sosok seorang wanita yang sangat cantik bagaikan dewi yang baru turun dari langit. Wanita itu tampak semakin bersinar dengan gaun sutra berwarna putih dan selendang merah yang dikenakannya.
Sangat kontras dengan latar belakang gelapnya langit malam bertabur bintang. Sangat anggun, kharismanya mampu membuat siapapun yang melihatnya untuk menahan napas sejenak... Dialah ibundaku, sang paduka ratu agung negeri ini.
Beliau adalah seorang wanita kuat yang telah membesarkan aku seorang diri, tanpa sosok dan figure seorang suami. Ditengah kesibukannya sebagai seorang ratu yang memimpin kerajaan ini, beliau masih mampu mencurahkan segala cinta dan perhatiannya hanya kepadaku putra semata wayangnya.
Padahal dengan segala yang terdapat pada dirinya, tidak sedikit raja atau pangeran dari berbagai negeri yang berniat meminangnya untuk dijadikan istri. Tapi ibunda menolak semuanya, ibunda begitu setia kepada mendiang ayahandaku yang misterius.
Sangat misterius sampai-sampai aku putra kandungnya saja tidak tahu bagaimana wajah, nama, dan segala sesuatu tentang dirinya.
Bagaimana kejadian yang membuat beliau wafat? Kejadian besar seperti apa yang bisa menyebabkan wafatnya seorang raja suatu kerajaan?
Yang kutahu hanyalah bahwa ayahandaku adalah raja yang agung dan sangat hebat, pahlawan kerajaan. Semua orang di negeri ini berkata begitu. Tapi sehebat apakah beliau? Apa saja yang telah dilakukannya? Bagaimana sepak terjangnya semasa hidupnya? Semua masih tetap menjadi sebuah misteri besar.
Aku membungkukkan badanku sedikit, memberikan penghormatan kepada ibunda walau agak terlambat.
Beliau tersenyum simpul menyambut penghormatanku dan mengambil tempat berdiri di sebelahku, ikut memandangi langit malam di kejauhan.
"Bulan dan bintang indah berkilauan, tapi merekapun akan mati tak berdaya tanpa secercah cahaya dari sang surya" kata ibunda sambil menerawang jauh, seolah berkata pada dirinya sendiri, bukan kepadaku.
Aku memang sudah mendapat pelajaran sastra ataupun ilmu pengetahuan alam, tapi tetap saja aku bingung tak mengerti apa makna dari perkataan beliau. Setahuku bintang kan bisa bersinar sendiri tanpa matahari? Hanya bulan yang membutuhkan cahaya dari matahari untuk bersinar.
"Jasper, kamu sudah 18 tahun nak. Sudah waktunya kamu untuk mengemban tanggung jawab. Jangan terlalu banyak bermain dan melakukan kegiatan yang tidak perlu!" Kali ini perkataan beliau ditujukan padaku, dengan nada yang terdengar sangat halus tanpa nada menuduh.
Bahkan beliau juga melemparkan senyuman sayangnya padaku. Membuatku merasa malu pada diriku sendiri yang seolah tidak bertanggung jawab dan suka seenaknya kabur dari pelajaran-pelajaranku.
"Kurasa sudah saatnya kamu mendapat seorang mentor untuk mengawasi segala aktivitas dan pendidikanmu."
Aku kaget sekali demi mendengar ucapan ibundaku. Mentor? Orang yang akan, membimbing, mengawasiku serta membatasi semua kegiatan dan perasaan pribadiku? Yang benar saja...
"Kemarin paman Kunzite menawarkan dirinya menjadi mentormu. Bagaimana menurutmu?" Lanjut ibunda beberapa saat kemudian karena aku tak kunjung menjawab.
Benar-benar gila! Bagaimana mungkin Paman Kunzite, seorang perdana menteri kerajaan sampai turun tangan sendiri untuk menjadi mentorku? Kalau sudah seperti ini tentunya aku tak punya pilihan lain kan?
"Ehm maafkan ananda, ibunda ratu." Kupaksakan otakku loading lebih cepat untuk dapat mengubah situasi yang sangat merugikan bagiku ini menjadi sedikit menguntungkan.
"Terima kasih atas kebaikan ibunda. Dan tentunya tak ada keraguan lagi pada kecakapan perdana mentri Kunzite. Maka ananda dengan senang hati akan menerimanya..."
"Ehm, tetapi ananda memiliki satu permintaan. Tolong izinkan ananda mendapatkan pengetahuan tentang Gear. Perkembangan teknologi gear saat ini sangat pesat, ilmu gear pasti dapat memperdalam pengetahuan ananda." Kuberanikan diriku untuk membahas tentang gear pada ibundaku.
(Gear, robot ± 7 meter dengan berbagai macam bentuk, warna dan kemampuannya. Robot ini hanya memiliki satu kokpit untuk seorang pilotnya).
"Gear?" Tanya ibunda sedikit kaget. "Mau apa kau dengan benda berbahaya itu?" Nada suara ibunda ratu naik satu oktav.
"Ananda hanya ingin tahu bagaimana pengoperasiannya, spesifikasi dan cara mengendalikannya. Bukan untuk perang ataupun perusakan" Aku mencoba beralibi.
"Baiklah nanti akan ibunda pertimbangkan masalah Gear ini dengan Mentormu. Sekarang sudah larut malam, beristirahatlah karena mulai besok paman Kunzite akan memulai tugasnya. Besok beliau akan memberikan jadwal kegiatan baru untukmu." Ujar ibunda membelai lembut rambutku dan mencium keningku, memberiku ucapan selamat malam.
Membuatku mau tidak mau balas memberikan penghormatan dan meminta undur diri dari hadapannya.
Aku pun akhirnya melangkahkan kaki menjauh dari ibundaku. Hanya bisa mengutuki ketidakberdayaanku untuk menentang perintah beliau. Mana mungkin ibunda ratu mau bersusah payah untuk mempertimbangkan tentang Gear? Beliau yang bahkan tidak mengijinkanku aku menyentuh benda itu.
Gear adalah benda paling menakjubkan yang dibuat manusia di abad ini. Robot-robot yang umum digunakan dalam dunia militer maupun transportasi. Tidak jarang juga sebagai senjata perang dan alat penghancuran. Tapi tetap saja semua kembali kepada pilotnya masing-masing. Kembali kepada manusia yang memgendalikannya. Jadi bukanlah gear yang berbahaya melainkan pilot yang mengendalikan, hawa nafsu manusialah yang lebih berbahaya daripada gear itu sendiri...
_______#_______
🌼Yuuuuks say PLIIIIS jangan lupa kasih LIKE dan KOMEN 🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Riska>b!r3n<
mencoba yang baru
2021-06-20
0
Abu Alfin
aku mampir thor
Salam dari Isyaroh
2021-02-26
1
Erza Scarlet
keren juga thor nulis fantasy
2021-02-21
1