Malam hari setelah memakan masakan Platina, Opal merasakan tubuhnya tidak karuan. Beberapa kali dia muntah-muntah bahkan diare. Beberapa kali pula dia harus keluar masuk ke dalam toilet untuk menyelesaikan kedua urusan itu. Sungguh sensasi yang sangat menyiksa.
"Astaga Opal, kamu habis makan apa sih kok sampai kayak begini?" Amethys mengomeli adiknya yang terkapar tak berdaya di atas ranjang.
"Hehehe," Opal hanya meringis sebagai jawaban. Tak mungkin untuk mengatakan alasan sakitnya kepada sang kakak.
Mana mungkin aku bilang kalau karena masakan Platina kan?
"Pasti karena Platina kan?" Namun bukan si jenius Amethyst Sumeragi jika tidak dapat menebak alasan sakitnya Opal. "Dia kasih kamu makanan apa lagi?"
"Gak tahu." Akhirnya Opal menjawab. Karena percuma juga berbohong kepada sang kakak, bisa semakin panjang urusannya.
"Kok bisa gak tahu?"
"Ya karena bentuk makanannya gak jelas. Gosong sampai gak kelihatan bahannya apa." Opal menjawab dengan pasrah.
"Astaga, hahahaha." Amethyst terbahak mendengar jawaban sang adik. "Kok mau kamu makan makanan gak jelas begitu? Jangan-jangan kamu ..." Dengan jahilnya dia menggoda Opal. Karena sudah jelas sekali alasan seorang pria tidak bisa menolak masakan seorang wanita, meski dia tahu masakan itu beracun.
"Kalau udah cinta, ai ucing pun rasa coklat ya, Bro?"
"Apaan sih?" Opal masih berusaha mengelak. "Udah deh, daripada ribut terus suntikin obat kek buat adikmu ini."
"Oiya, baiklah akan aku suntikan penawar racun cinta untukmu." Dengan jahil Amethyst terus menggoda adiknya. Namun dia tetap merawat sang adik yang sepertinya sudah menderita dehidrasi parah.
Setelah perawatan darurat dari Amethys, akhirnya Opal bisa sedikit bernapas lega. Paling tidak obat itu ampuh menghentikan pemberontakan dari perutnya. Dan membuat Opal bisa tertidur lelap.
Keesokan paginya, Opal terbangun dengan kondisi tubuh tidak seratus persen prima karena dehidrasi berat. Dia merasa lemas sekali, seakan tulang-tulang di tubuhnya menjadi lunak dan tak sanggup untuk menyangga beban berat badan sendiri.
"Jangan manja! Aku harus kuat, karena masih banyak yang harus dilakukan hari ini!" Opal mensugesti dirinya sendiri.
Dia memaksakan diri untuk bangkit dari kasur, mandi, sarapan sekenanya dan berangkat ke rumah sakit. Opal tentu saja aku tidak bisa libur atau bersantai karena tanggung jawabnya di rumah sakit masih banyak. Setiba di rumah sakit, cepat-cepat Opal melakukan visite pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Karena tak ingin terlalu membuang waktu dan tenaga.
"Fiuuuuh akhirnya selesai juga ..." Ujar Opal saat kembali ke ruangan kerjanya di rumah sakit. Dia melirik jam dinding yang bertengger di salah satu sisi ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Sudah sesiang ini rupanya?" Gerutu Opal setelah menyadari orientasi waktu. Namun menghempaskan tubuh di kursi kerja bersandarkan tinggi. Kemudian memejamkan mata sejenak untuk sedikit mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah dan sakit semua.
Tak berapa lama kemudian holophone di meja berbunyi. Dengan menyeret tubuhnya, Opal menekan tombol untuk menerima panggilan itu. Dan nampaklah wajah cantik Amethys di sana.
"Opal, sudah jam berapa ini?" Amethyst langsung memberondong pertanyaan.
Belum sempat Opal memberikan jawaban, gadis itu kembali berkata. "Semua Paman dan Bibi sudah hadir untuk pertemuan yang sudah kita jadwalkan. Bagaimana pun caranya kamu harus cepat datang!"
"Okey!" Opal menyanggupi tanpa banyak protes. Dan sang kakak langsung mematikan panggilan dari arah sana.
Opal bergegas segera melepaskan jas putih yang dipakainya, menyampirkan di sandaran kursi. Dia juga mematikan komputer dan meletakkan kartu status pasien-pasienku yang belum sempat terjamah dan dikerjakan.
Dia beranjak dari meja, melompat keluar dari jendela kantor di lantai tiga dan berlari setengah terbang ke arah kompleks istana. Mobilku sengaja dia tinggalkan di tempat parkir rumah sakit, agar tidak ada yang menyadari dirinya sedang pergi dan menghilang, bolos kerja.
"Haaah ... Haaah ... Haaah." Dengan napas terengah Opal, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sial, sudah pukul setengah sepuluh!" Umpatnya saat memasuki memasuki ruang tamu paviliun paman Euclase di lantai enam paviliun istana.
Keringat Opal sudah mengucur sangat deras dan suhu tubuhnya terasa memanas. Napasnya memburu, putus-putus, dan sesak sekali rasanya. Karena dia baru saja berlari maraton lima kilo meter dari rumah sakit ke paviliun.
Opal berusaha berdiri setegak mungkin, mengacuhkan segala ketidak nyamanan yang menggelayuti tubuhnya. Dia berjalan ke tengah ruangan, memberikan salam hormat kepada semua orang yang hadir di sana. Para mentri tinggi kerajaan beserta istri-istri mereka. Para paman dan bibi.
"Waduh, situasinya benar-benar gawat!" Opal membatin ngeri saat mendapati semua orang menatapnya dengan pandangan menusuk dan menghakimi. Seolah menyalahkan atas suasana tidak mengenakkan yang terjadi di ruangan ini.
“Selamat pagi, Paman dan Bibi sekalian. Mohon maafkan keterlambatan saya. Saya terlambat karena ...” Ujar Opal mencoba mencari alibi.
“Apa kau pikir kami semua menganggur? Kami juga mempunyai segudang pekerjaan yang tertunda gara-gara undangan darimu ini." Sebuah suara sedingin es memotong ucapan Opal. Suara yang berasal dari Paman Kunzite, sang perdana mentri kerajaan.
"Dan tiga puluh menit dari satu jam waktu yang kami berikan sudah kau sia-siakan begitu saja, Opal.” Beliau juga menambahkan dengan peringatan.
"Baik, Paman." Opal menjawab pasrah. Dia sudah hafal dengan sifat sang perdana menteri yang sangat kritis dan menakutkan. Aura dan ketegasan beliau juga mampu memberikan kesan horor tersendiri saat berhadapan langsung.
Opal mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk mencari dukungan. Melihat semua orang yang duduk dengan tegang di sofa melingkar di ruang tamu.
Para hadirin duduk berpasang-pasangan. Paman Morgan dan bibi Garnet, Ayah dan ibu Opal, Paman Euclase dan bibi Emerald, Paman Kunzite dan bibi Agata serta di pojok ruangan Kak Amethys, Saphir dan Platina.
Opal dapat kulihat semua terduduk kaku dan menatap tajam kepadanya. Sedang mengamati segala tingkah laku dan menunggunya untuk bertindak lebih jauh.
Sebagai seorang dokter, Amethys dapat mengetahui bahwa keadaan Opal sedang tidak baik-baik saja. Dia mengambil inisiatif untuk maju ke tengah ruangan, dan menghampiri adiknya itu.
"Kamu mundur dulu buat atur napas ..." Bisik Amethyst kepada Opal. Yang langsung dituruti oleh sang adik tanpa banyak berdebat lagi.
“Maafkan kami atas keterlambatan yang terjadi. Baiklah untuk mempersingkat waktu, ijinkan saya menjelaskan pokok permasalahan yang ingin kami kemukakan terlebih dahulu ...” Amethyst memulai pembicaraan dengan nada suara halus namun tegas.
Sementara itu Opal melangkah mundur ke tempat Platina dan Saphir berada. Dia mengambil duduk di kursi berlengan, untuk coba mengatur napas dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
"Kak Opal ..." Samar-samar Opal dapat mendengar suara halus memanggil namanya. Suara Platina.
“Maaf, maafkan aku Kak Opal ... Uuhm, Kak Amethys bilang kalau kau sedang tidak sehat hari ini ... Pasti karena kamu masakanku kemarin ya?”
Platina membungkukkan badannya di hadapan Opal. Untuk menyeka keringat yang mengalir deras di wajahnya dengan sapu tangan putih yang lembut dan harum. Gadis itu merasa sangat bersalah karena menyebabkan Opal sampai terlihat tidak sehat seperti sekarang ini.
Opal hanya menggelengkan kepala sebagai menjawab. Entah karena napasnya yang terasa sesak atau karena jantungnya yang tiba-tiba saja berdebar sangat kencang karena sebab yang lainnya. Karena wajah cantik Platina yang begitu dekat, dan belaian lembut dari sapu tangan gadis itu di wajahnya.
"Oh Gosh, aku mikir apa sih di saat begini?" Opal buru-buru menepis pikiran dan sensasi aneh di dalam jiwanya.
“Terima kasih, Tina. Aku gak pa-pa kok.” Opal menghalau tangan Platina dengan sehalus mungkin. Bagaimanapun dia ingin berkonsentrasi pada pembicaraan penting kali ini.
"I see." Platina menjawab penuh pengertian. Dia kembali ke tempatnya duduk bersama Saphir.
Mereka pun kembali memfokuskan perhatian kepada pembicaraan yang sedang berlangsung. Pembicaraan yang sepertinya alot dan tidak berjalan lancar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
princes Nadine
zircon emosi😂
2021-02-27
1
Erza Scarlet
darimana aja kau diamond🤣
2021-02-25
1
Trisnani
cinta dlm diam
2020-07-17
0