Keesokan harinya aku sengaja datang ke dojo latihan lebih pagi agar bisa sedikit ngobrol dengan sahabat-sahabatku.
Betapa kagetnya aku, saat kudapati seorang pemuda berambut hitam panjang sebahu yang diekor kuda sudah ada disana. Wajah pemuda itu sangat tampan, wajahnya bak karya seni yang sempurna lengkap dengan mata hitam tajam dan wajah dingin yang tanpa ekspresinya.
Dialah Zircon putra tunggal paman Morgan dan bibi Garnet. Zircon sudah banyak berkeringat saat ini, pasti sudah cukup lama berlatih. Dia menghentikan push up dengan satu jari-nya saat melihat kedatanganku.
Belum sempat kusapa, Zircon sudah menegurku. "Kau terlambat Jez, sudah sejam aku menunggumu." Ujarnya sangat kesal.
Zircon Cuma tiga tahun lebih tua dariku, tapi entah mengapa dia bahkan tampak lebih dewasa dari Diamond yang lebih tua darinya. Sikap tenangnya, pembawaan yang dingin bahkan cenderung ketus sangat berlawanan dengan Diamond yang ceria.
"Wah sepertinya kau salah informasi, sobat. Lihat saja Paman Kunzite juga belum tiba...Sepertinya kau kena dikerjai oleh-Nya hehe." Aku tersenyum geli melihat wajah Zircon yang berubah menjadi masam.
Tanpa berkomentar dia melanjutkan gerakan push up. Membuatku mau tak mau ikut ber-push up ria bersama disampingnya.
Tak lama kemudian paman Kunzite datang, keheranan melihat kami berdua yang sudah rajin berlatih bahkan sebelum beliau tiba.
"Paman, mana Diamond?" Tanya Zircon tak sabar.
"Diamond?...Kurasa dia masih tidur waktu aku berangkat." Jawab paman Kunzite.
Zircon mendengus kesal mendengar jawaban itu.
"Saya sampai disini saja paman, permisi." Zircon mengemasi handuk dan botol minumannya, dia melemparkan pandangan 'akan kuseret dia kesini' padaku sebelum meninggalkan dojo.
Aku hanya bisa terkekeh membalasnya. Mereka berdua memang selalu begitu. Tiada hari tanpa bertengkar seperti kucing dan anjing.
Dalam pelajaran-palajaran selanjutnya sampai makan siang, Zircon dan Diamond tidak nampak batang hidungnya. Membuatku dongkol dan uring-uringan saja.
Bahkan saat pelajaran gear mereka juga tidak hadir, alhasil aku hanya berlatih dengan paman Morgan seperti bisaanya. Yah sebenarnya ada untungnya juga mereka tidak datang, mereka tidak akan menertawakanku saat aku salah melakukan jurus-jurus combo atau meleset dari sasaran tembak.
Aku bisa berkonsentrasi sepenuhnya mempelajari jurus-jurus baru yang bahkan jauh lebih keren dan seru dibanding peragaan dari video...
Tapi konsentrasiku buyar seketika saat dua buah Gear super canggih melintas diatas ground latihan kami. Gear merah dengan pedangnya dan gear biru dengan senapan gandanya. Kedua gear itu pastinya selevel dengan private gear milik panglima atau prajurit dengan pangkat sersan keatas, yang menurut paman Morgan aku belum sanggup mengendalikannya.
Aku tak sanggup bergerak, hanya bisa tercengang kagum menyaksikan kedua gear itu bertempur di hadapanku, saling hajar.
Ledakan-ledakan saat kedua gear itu beradu membuat darahku bergejolak penuh gairah. Siapakah pilot kedua gear itu? Bagaimana bisa mereka masuk dan bertempur di kawasan istana ini?
"Hentikan!...Kubilang berhenti!" Teriak paman Morgan geram, ada sedikit nada khawatir di suaranya.
Tapi kedua gear itu terus saja bertarung, gear biru berhasil menembak gear merah hingga terhempas jatuh ke tanah. Saat gear biru mendekat hendak menyerang lagi gear merah menghunuskan pedangnya, serangan telak dan mematikan seandainya gear biru tak berhasil menghindar.
Tanpa sadar aku semakin menikmati pertarungan ini, semakin penasaran dengan kedua pilotnya di dalamnya.
Saat kusadari, aku sudah melompat turun dari Common Gear ku, Gear yang biasa dipakai oleh prajurit atau alat transportasi. Yang dari bentuknya saja sudah kalah jauh dibandingkan kedua private gear yang sedang bertarung itu.
Aku berdiri disamping paman Morgan yang kemarahannya sudah memuncak, wajah beliau merah sekali menahan amarah.
"Hentikan! Zircon! Diamond! Berhenti!" Teriak beliau lagi. Aku tersentak kaget menyadari pilot-pilot gear itu adalah Zircon dan Diamond, level mereka benar-benar sudah jauh diatasku, keren banget!
Beberapa menit kemudian kesabaran paman Morgan benar-benar habis karena kedua gear itu terus saja bertarung tanpa memperdulikan peringatannya.
"BERHENTI! FENRIR, PHOENIX... OFF!" Teriak beliau diikuti tekanan tenaga dalam yang sedikit aneh dan tiba-tiba saja kedua gear yang sudah siap saling menyerang itu berhenti bergerak, mematung.
Kedua gear itu sepertinya ter-shut down begitu saja. Kokpit tempat pilot keduanya terbuka, Zircon keluar dari gear merah dan Diamond dari gear biru, keduanya basah kuyup oleh keringat, terengah-engah dengan napas memburu.
"Apa-apaan kalian ini?" Dagu paman paman Morgan berkedut saking marahnya. Secepat kilat menghampiri mereka berdua yang tengah-engah membungkuk mengatur napas.
"Kami cuma latihan duel kok hehe...iseng aja." Jawab Diamond berusaha tersenyum disela-sela napas memburunya.
"Benarkah itu Zircon?" Paman morgan meminta penjelasan.
"Benar ayah." Jawab Zircon tegas, dengan sikap sempurna pula. Walaupun jelas terlihat dia juga masih kesusahan mengatur napas.
Maklum saja, dalam dunia militer paman Morgan adalah atasan mereka berdua. Tapi kenapa sikap Diamond masih santai? Dasar anak itu, tetap saja semaunya sendiri.
"Kalau hanya latihan tak perlu sampai mengeluarkan Phoenix dan Fenrir segala kan? Apalagi dengan persenjataan lengkap!" Hardik beliau penuh curiga. Zircon hanya mampu menunduk dalam sementara Diamond nyengir kuda tak sanggup menjawab.
"Untung kalian berdua tidak apa-apa...ayo!" Paman Morgan menarik dan menjinjing kemeja bagian leher belakang mereka berdua dengan kedua tangannya.
"Sampai disini dulu pelajaran kita hari ini pangeran Jasper. Saya akan membawa mereka berdua ke rumah sakit."
"Apapun yang terjadi jangan anda sentuh kedua gear itu!" Paman Morgan berlari setengah terbang membawa kedua sahabatku pergi.
"Jadi ini Phoenix dan Fenrir?" Gumanku mengamati kedua gear itu dengan seksama tetapi tak berani menyentuhnya sesuai dengan perintah Paman Morgan. Sebenarnya ingin sekali aku menyentuhnya, tapi paman Morgan yang super serius tak mungkin melarang tanpa alasan. Dan apapun alasannya pasti untuk kebaikanku.
________#________
Sore harinya Paman Kunzite memberiku waktu bebas untuk menjenguk kedua sahabatku yang dirawat di rumah sakit. Dengan catatan aku harus membuat ilustrasi perang dan taktiknya yang dikumpulkan besok. Padahal alasan sebenarnya karena beliau ada pertemuan penting kenegaraan.
Tapi aku cukup senang dengan waktu luang ini. Dari istana aku dikawal oleh dua pengawal pribadiku Dextra dan Sinistra. Mereka mengantarku dengan limusin hitam mewah untuk ke rumah sakit pusat di tengah kota. Sesampai di rumah sakit dan kamar kedua temanku dirawat, aku meminta kedua pengawalku menunggu di luar ruangan sementara aku masuk.
Betapa kagetnya saat membuka pintu kamar, kudapati Diamond dan Zircon sudah tidak ada diatas ranjangnya. Mereka berdiri siaga dalam posisi siap tempur, saling mengacungkan bantalnya ditangan masing-masing.
Keduanya serentak menoleh menyadari kedatanganku, menghentikan baku hantamnya. Keduanya beranjak ke ranjang masing-masing.
Aku hanya bisa melongo melihat mereka, tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Jelas-jelas mereka terlihat masih lemah, pucat dan banyak plester yang menempel di tubuh mereka. Tapi mengapa?...
"Apa-apaan ini?" Tanyaku berdiri diantara kedua ranjang mereka.
"Tanya saja padanya." Dengus Zircon sebal. Kembali duduk ke ranjangnya.
"Aku tak berbohong, karena aku benar-benar ketiduran. Tak mempermainkanmu karena aku tak tahu kau mencariku. Aku juga tak bilang apa-apa kecuali kebenaran tentangmu. Sejujurnya ayunan pedangmu sangat lembek dan lemah. Mirip ayunan banci wahahaha." Diamod terang-terangan terbahak-bahak.
"Brengsek! Kau orang paling menyebalkan!" Zircon duduk tegak di ranjangnya siap melempar bantal lagi kearah Diamond.
"Kalau orang lain pasti sudah kubunuh kau dari dulu." Dilemparkannya bantal tadi dengan penuh emosi ke arah Diamond.
"Lantas kenapa tidak kau bunuh sampai sekarang? Tak sanggup dengan kemapuanmu sekarang hah? Jangan harap bisa mengalahkanku dengan tenaga bancimu!" Diamond balas melempar bantalnya.
Suasana semakin memanas, tidak hanya perang bantal tetapi juga perang mulut yang semakin lama topiknya semakin melenceng dan tidak penting bahkan semakin menggelikan. Seperti pertengkaran dua orang anak kecil saja.
Aku beranjak dari tempatku menepi ke dekat dinding, menghindari hujanan bantal menimpaku.
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, dan masuklah seorang dokter muda. Dokter itu masih sangat muda, tampak rapi, bersih dan sangat cedas dalam balutan jas putihnya.
Dialah Opal sahabatku lainnya. 'Si jenius Opal' dengan segala kebaikan, kepandaian, kesopanan dan kesempurnaan sifatnya. Opal seusia dengan Zircon cuma tiga tahun lebih tua dariku. Tapi dengan segala sifatnya itu dia bahkan seperti beberapa tingkatan lebih dewasa dari kami bertiga.
"Hei apa-apaan ini?" Tanyanya mengernyitkan dahinya memandang kami bergantian.
"Pesta!" Jawab Diamond santai, dia menghempaskan dirinya ke ranjang.
Menyadari lawannya duelnya sudah tak ada keinginan untuk bertarung Zircon pun ikut berbaring di ranjangnya.
"Selamat sore pangeran Jasper." Opal menghampiriku, membungkuk dengan sangat takzim padaku, memberikan penghormatan.
Membuatku mundur beberapa langkah saking canggungnya. Opal tak perduli dengan kecanggunganku, dia bangkit menghampiri dan memeriksa keadaan kedua pasiennya.
"Beginikah sambutan kalian padaku? Harus bertugas di hari libur untuk merawat pasien yang masih sanggup perang bantal?" Tanyanya tersenyum ramah.
"Apa maksud kalian sebenarnya hah?" Tetapi tiba-tiba saja senyumannya hilang dan berganti dengan wajah serius dan sinis menatap kedua pasiennya. Menyeramkan sekali, dia seperti mempunyai kepribadian ganda.
"Hahaha padahal kami berharap dirawat oleh dokter Amethys Sumeragi yang cantik. Tapi apalah daya yang datang malah dokter Opal Sumeragi...Sungguh sial sekali." Jawab Diamond berusaha terdengar riang.
"Apa benar hanya itu?" Tanya Opal lagi penuh penekanan dan melirikku sepintas.
Hei apa hubungannya denganku coba? Apa dia pikir aku terlibat pertengkaran konyol mereka?
"Sudahlah, kau tak akan bisa membohonginya." Zircon angkat bicara. "Kami ingin mengenalkan Japer pada gear kami, Phoenix dan Fenrir"
"Aku yakin dia sudah mampu mengendalikan gear selevel kita. Phoenix, Fenrir atau Hydra milikmu." Diamond menambahkan.
"Yah tapi Jez bahkan tak mau menyentuh mereka. Sia-sia saja perjuangan kami." Lanjutnya menghela napas kecewa.
"Jadi kalian?..." Aku sangat tak percaya mendengarnya. Aku terharu mengetahui ternyata para sahabatku memikirkanku sampai sejauh ini. Jadi semua tingkah aneh mereka ini untukku? Aku merasa beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti mereka.
"Sudah kuduga." Opal tersenyum puas.
"Dan seperti biasa aku akan mendukung rencana gila kalian. Karena kurasa kalian membutuhkan seorang tactician, agar tidak serampangan begini. Maka disinilah peranku..."
"Kau sebaiknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya, Jez." Lanjutnya menepuk punggungku akrab dan tersenyum lebar padaku.
Diamond dan Zircon juga tersenyum penuh arti, menyanggupi janji mereka padaku...
Tapi aku benar-benar tidak mengerti maksud mereka. Apa yang akan mereka lakukan?
________#________
🌼Yuuuuks say PLIIIIS jangan lupa kasih LIKE, VOTE dan KOMEN 🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Riska>b!r3n<
lanjut
2021-06-21
0
Erza Scarlet
temen2nya asik kayaknya
2021-02-21
1
princes Nadine
punya temen-temen gitu asik kayaknya😂
2021-02-19
1