...MENGINGINKAN KAMAR KAMI...
Tiba-tiba saja Rubia menginginkan kamar yang aku tempati bersama dengan Leon, Dia sudah merebut suamiku dan juga cintanya tapi sekarang Ia mau mendapatkan Kamar yang sudah Aku tempati selama setahun.
Dengan gampangnya Leon mengabulkan permintaan Rubia, Ia memberikan kamar kita , dan menyuruh Aku untuk pindah ke kamar lain.
Apakah di mata Leon , Aku seperti Vas bunga yang bisa di letakan di mana saja , sesuka hatinya.
Aku membawa semua baju, dan barang yang ku punya , aku tidak sudi meninggalkannya di kamar ini, nanti yang ada barang milik ku bisa di buang oleh Rubia.
" Kakak Ipar " Sapa Lucas main menyelonong begitu saja masuk kedalam kamarku.
Dia memperhatikan aku yang sedang mengemasi barang-barang, sambil nyeletuk, " Kakak, mau pergi dari rumah ini ? "
" Jangan pergi, Kak " Rengek Lucas menahan tanganku.
" Kamu bicara apa, siapa juga yang mau meninggalkan rumah mewah ini " Sahutku seperti seorang wanita yang gila akan harta.
" Lalu ? " Tanya Lucas , ikut membantuku memasukan baju kedalam koper. Aku jadi tertawa geli melihatnya, dia yang melarang ku pergi, tapi dia ikut memasukan bajuku.
" Aku tidak pergi dari rumah ini, lebih tepatnya aku pergi dari kamar terkutuk ini " Ucap ku.
" Mengapa, Kakak ipar harus pindah ? " Tanya Lucas lagi.
Lama-lama Lucas seperti Ibu-ibu yang sedang menawar ikan di pasar, cerewet sekali.
" Karena Kakak Iparmu yang bernama Rubia, meminta kamar ini untuk menjadikan miliknya " Gumam Ku, Aku sengaja menyebut Rubia dengan Kakak Ipar supaya Lucas berhenti menganggu ku dan ganggu saja Kakak ipar lainnya.
" Cih....enak saja, dia bukan Kakak ipar ku, hanya Kakak yang pantas menjadi Kakak ipar " Ucap Lucas tidak sudi mengakui Rubia sebagai Kakak iparnya.
"Hahahhahahah " Aku tertawa terbahak-bahak.
" Walaupun kamu tidak mengakuinya, tapi secara hukum dia sudah menjadi Iparmu " Kata ku meledeki Lucas.
" Kalau gitu, aku tinggal membuat hukum tidak mengakuinya " Kali ini suara Lucas tidak ceria, tapi terdengar sangat dingin.
" Ada bagusnya, Kakak keluar dari kamar yang menyesakan " Lucas menatap sekeliling kamar yang di penuhi dengan foto pernikahan aku dan Leon.
" Haruskah, aku membakar foto itu juga ? " Seru Lucas menunjuk ke arah foto ku bersama dengan Leon.
" Apa ? " Teriak ku.
" Hahahahhaha....hanya bercanda, Kakak masih tidak rela melepas Kakakku " Gumamnya sambil menurunkan semua foto.
Aku menatap foto ku bersama dengan Leon , aku memakai gaun putih , sederhana tapi terlihat anggun , dan Leon memakai teksedo putih dengan dasi kupu-kupu, saat itu wajah Leon terlihat dingin tapi tidak mengurangi ketampanannya, andai saja saat itu kami berdua tersenyum, pasti kami akan terlihat seperti pengantin yang bahagia.
Aku menyentuh pipi Leon di dalam gambar, sambil menantapnya dengan wajah yang serius.
" Pasti Kakak Ipar saat itu sangat cantik, dan Kakakku bodoh karena tidak menyadarinya " Celetuk Lucas dengan mata yang sayu.
" Walau kamu memujiku, Aku tidak akan memberimu uang " Sahutku sambil menyentil keninnya, dan Lucas menjerit kesakitan.
" Auuwwwww " Tangannya mengelus keningnya yang merah.
" Selesai " Teriakku, sambil merenggangkan tangan ke atas.
" Aku akan membantu membawanya " Seru Lucas, tangannya sudah memegang dua koper.
" Terima kasih " Jawabku, hanya membawa tas jinjing yang beratnya tidak seberapa.
Di depan pintu , Kami berpapasan dengan Leon dan Rubia. Rubia tersenyum ceria melihat, aku sudah mengeluarkan semua barang dari dalam kamar.
" Silahkan ! mulai sekarang, kamar ini sudah menjadi milikmu " Kata ku dengan nada yang ku buat seceria mungkin.
Aku sudah lelah memperjuangkan pernikahan kami, sekarang biarkan saja mengalir sesuka hati, mau di bawa kemana hubungan kami.
" Terima kasih, Mauriel " Ujar Rubia memeluk ku sambil tersenyum licik.
Aku melewati Leon begitu saja, tidak menatapnya ataupun sekedar menyapanya, tidak ada gunanya mengharap cinta dari seorang pria yang sudah mencintai wanita lain.
Lucas yang tertinggal jauh , mengejar sambil berseru memanggilku, tapi anehnya dia tidak menyebutkan dengan sebutan Kakak Ipar melainkan memanggil namaku, " Mauriel "
Sontak membuat Leon menoleh ke arah kami, tidak sengaja mata kami saling beradu, Ia menatap Lucas dengan nanar, rahangnya mengeras memperlihatkan garis-garis di sekitar wajahnya.
" Kakak ipar jangan tinggalkan aku, jalanmu cepat sekali " Ucap Lucas, kali ini memanggilku dengan sebutan Kakak Ipar, jangan-jangan tadi dia sengaja melakukannya.
Aku membuang muka, dari mata Leon yang terus memandangku. Mengapa dia harus berexspresi seperti itu, jadi membuat orang tidak nyaman saja.
...♡♡♡♡♡♡...
" Kakak Ipar, ada banyak kamar tapi kenapa harus memilih ini " Seru Lucas , sambil mengetok-ngetok dinding kamar.
" Apa masalahnya, kamar ini lumayan besar , dari jendela bisa melihat pemandangan yang indah , dan kamarnya selalu bersih, tidak terlihat seperti kamar tamu " Seru ku bangga telah memilih kamar ini ,dan menjadikannya kamarku.
" Duh......kamu tahu, kamar di sebelahmu milik siapa ? " Kata Lucas berseru dengan hebohnya.
Aku menggelengkan kepala, untuk apa aku tahu penghuni di sebelah kamarku, memangnya penting.
Lucas menarik tanganku, ,dan mengajak keluar kamar ,lalu menunjuk ke kamar itu, " Itu adalah kamarku " Teriak Lucas di telingaku sampai rasanya gendang telingaku akan pecah.
" Apa ? " Kata ku berseru kencang saking terkejutnya.
" Kok, bisa " Aku tidak percaya , penghuni di sebelah kamarku adalah Lucas.
" Dan kamu pasti lebih terkejut mendengarnya, kamar yang kamu tempati sekarang adalah bekas Kakak " Seru Lucas.
Jedarrrrr......
Seperti ada petasan di dalam kepalaku, ini yang di namakan secara kebetulan atau memang takdir yang tidak bisa di hindari.
Aku mau melepas bayang-bayang suami dari ingatanku, tapi aku malah masuk kedalam masa lalunya, pantas saja aku langsung jatuh hati ketika melihat kamar ini , ada perasaan yang familiar ternyata memang dekorasi kamar ini mirip dengan kamar ku yang dulu. dan betapa bodohnya, aku tidak memperhatikan foto yang terpasang di dinding adalah foto suamiku sewaktu masih kecil.
Aku mau Lucas berhenti mengangguku, tapi aku malah semakin dekat dengannya, kalau kamar kami bersebelahan , Setiap harinya pasti dia akan terus mengangguku.
" Ngapain sih, Kakak mu pake segala pindah kamar " Kata ku berteriak , marah-marah tidak jelas, karena aku tidak tahu harus menyalahkan siapa.
" Kata Kakak, dia tidak ingin ada orang lain yang masuk ke dalam kamarnya, kamar ini selalu tampak bersih karena membersihkannya setiap hari. Kalau suasana hati Kakak sedang buruk , dia pasti akan datang ke kamar ini, sekedar untuk bermain piano atau untuk menghirup udara segar sambil melihat ke arah jendela. " Kata Lucas menjelaskan sangat detail.
" Karena Nenek menyuruh Kakak untuk segera menikah, makanya dia juga memutuskan untuk pindah kamar. " Kata Lucas lagi.
" Kakak sudah tahu belum, kalau Kakak ipar akan menempati kamarnya ? " Tanya Lucas sambil menyipitkan matanya.
" Iya, tapi dia tidak mengatakan apapun " Jawab ku bingung, Kenapa Leon tidak memberitahunya atau melarang untuk tidak menempati kamarnya.
Lucas mangguk-manggukan kepalanya, sambil berkata " Sepertinya aku tahu "
" Apa ? " Kata ku bertanya dengan mata yang bersinar.
" Ra-ha-sia " Bisik Lucas menggoda ku, tidak mau memberitahukan alasan Leon yang sesungguhnya.
...****************...
Terima kasih sudah membaca novel ku , jangan lupa baca juga Anak Genius : Ayah sedingin es.
Semoga ini menghibur kalian , jangan lupa tinggallan jejak ya 😉😉
seperti Like , vote , komen atau memberikan gift , di share juga boleh
sekecil apapun. dukungan Kalian , sangat berarti buat kami.
sampai jumpa di chapter selanjutnya 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Vita Akas
g habis pikir sama mauriel ...di bilang gila harta kayaknya iya..sayang kehilangan harta daripada pergi dg harga diri
2022-05-12
1
amalia gati subagio
M yg dungunya kebangetan berlaju lugu
2022-01-12
0
"my love..ireng"
Klu ak kaburrr..az..yg jauh..thor
ini bikin sesek..az..nih
2021-12-29
1