Ibu mertuaku menatap aku dan kak Reno dengan tajam. Seperti biasa, dari tatapan matanya aku sudah bisa menebak, dia pasti akan melontarkan kata - kata pedasnya.
Aku sudah menyiapkan kekuatanku untuk menerima serangan demi serangan yang akan segera ia lontarkan.
" Reno. Kenapa tadi kamu bawa Puspa ke Harummanis ? " Ibu mertuaku mulai bertanya sesuatu yang aku tak paham.
" Puspa ngidam makan karedok tante . " Jawab kak Reno cepat.
" Manajer di sana bilang kamu bawa Puspa kesana. Kenapa kamu berduaan dengan dia di tempat ramai ? Apalagi kamu bawa dia ke restoran tante. Jelas saja pegawai di sana dengan cepat melapor dan gosip pun dengan cepat menyebar. Bahwa kamu bersama wanita hamil keluyuran saat malam. " Ibu mertua ku agaknya mulai sewot dan meninggikan nada bicaranya.
Aku terduduk kaku di sofa. Aku tak tau kalau restoran tadi milik ibu mertuaku. Aku tak tau kalau ngidamku mendatangkan malapetaka bagiku dan terutama kak Reno. ' Ya Tuhan. Kasihan sekali kak Reno! Apa yang harus aku lakukan sekarang.'
"Ma, please don't be angry! Ini semua salahku kok. Aku tadi yang tiba - tiba lapar di jalan. Aku benar - benar ngerasa bersalah. Aku juga nggak tau kalau kak Reno bawa aku ke tempat itu. Tolong jangan salahin kak Reno. Dia nggak tau apa - apa. Dia juga cuma ngerasa kasihan sama aku yang sedang ngidam. Please, ma! Aku yang salah. Kalau mama mau, hukum saja aku ma. Jangan kak Reno. Kak Reno nggak tau apa - apa". Aku berusaha marajuk dan merayu memohon ampun pada ibu mertuaku yang sepertinya berada di puncak amarah.
Raut wajah ibu mertuaku masih merah padam, sepertinya dia kesal dengan apa yang sedang terjadi. Dia mengabaikan apa yang barusan aku katakan.
" Kamu puas Puspa sudah mengusik ketenangan di rumah ini ? Sekarang kamu puas sudah membuatku memarahiku anak - anakku atas kelakuan kamu! "
" Reno, Tante bingung apa yang harus tante jawab ke media besok. Pasti beritanya akan cepat tersebar ini, Reno. Coba, kamu punya solusi apa supaya tante nggak lagi marahin kamu. Akhir - akhir ini kok kayaknya banyak sekali masalah yang ditimbulkan karena kehadiran wanita itu. Kamu ini anak tertua di rumah ini. Seharusnya kamu lebih bijak dan menuntun adikmu dengan baik. Itulah gunanya aku membawamu ke rumah ini. Supaya kamu bisa menjaga keutuhan dan kebahagiaan di rumah ini. Semuanya hancur gara - gara dia." Ibu mertuaku menunjuk ke arahku. Sepertinya dia menganggapku terpidana kasus yang berat. Seolah aku penjahat yang telah merampoknya. Membuat seisi rumah dan semuanya hancur berantakan.
Kak Reno menunduk sejenak. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu namun dia urungkan.
Sementara itu, dengan lekat Satria menatapku. Dari tatapan matanya seolah ingin mengejarku, mendekapku dan menolongku. Tapi entahlah itu nyata atau tidak karena beberapa bulan ini seolah aku tak mengerti lagi apa yang dia rasakan terhadapku. Seolah rasa cintanya terhadapku sudah sirna. Hilang di telan waktu.
Ibu mertuaku terdiam. Sementara yang lainnya tidak berani mengucapkan apapun. Kami berada di tengah ketegangan sampai sesaat kemudian papa mertuaku datang menghampiri kami semua. " Mam, sudah malam. Jangan terlalu membesarkan masalah. Coba kecilkan volume suaramu. Nanti bapak bisa dengar. Bisa bertambah panjang urusannya. Sudahlah tidak usah dibesar - besarkan ya. Kita bisa buat seolah ini tidak pernah terjadi. Beritakan saja Reno sedang mengantar temannya yang sedang hamil. Atau apalah. Suap saja pegawai yang tau agar tidak sampai terdengar wartawan gosip. "
Ibu mertuaku melipat lengannya di atas dadanya, " Ma, ayolah kita masuk ya ? Ingat, besok kita masih banyak pertemuan. Bisa kesiangan kalau mama nggak cepet tidur sekarang. " Papa mertuaku menarik lengannya mengajaknya masuk ke dalam. Hanya papa mertua yang bisa meredam emosi meluap - luap dari ibu mertuaku.
" Tunggu pah, mereka tadi ijin mau ke klinik kandungan. Mama mau tau hasil USG nya. Gimana hasilnya tadi?" Tanya ibu mertuaku.
" Baik mah. Mama mau punya cucu laki - laki. Semuanya normal dan sehat. Dokter bilang minggu depan sudah masuk usia kandungan tujuh bulan. " Jawabku agak takut dengan respon ibu mertuaku.
Ibu mertuaku tidak merespon lagi ucapanku.
"Syukurlah, kamu jaga baik - baik kandungan kamu ya , Puspa. Kamu masuk kamar kamu dan istirahatlah! Jangan terlalu banyak pemikiran macam - macam. " Ucap papa mertuaku sambil meminta ibu mertuaku naik ke kamar mereka di lantai atas.
Disusul dengan kak Reno yang diam dan tidak berkomentar apapun. Aku masih meninggalkan perasaan bersalah pada kak Reno. Kak Reno terlampau manis kepadaku. Menghadapi semuanya sendiri. Sekarang, tinggallah aku berdua dengan Satria terdiam membisu berteman keheningan.
***
"Puspa, kamu baik - baik saja kan? Kenapa tadi kamu nggak minta beliin aku. Telpon aku kalau kamu ngidam? Urusannya nggak akan serumit ini kalau kamu bicarakan semuanya sama aku." Tanya Satria memecah keheningan.
" Nggak apa - apa aku hanya nggak mau repotin kamu. Makasih tawarannya ya! " Ucapku datar.
Aku malas menanggapi semua basa basi atau sekedar remeh temeh ini.
" Kamu pasti kecewa ya periksa kandungan tanpa didampingi seorang suami? " Tanyanya tiba - tiba.
Aku malas menjawab semuanya. Mengatupkan kedua bibirku rapat - rapat. Lelah !
' Ya jelaslah! Siapa juga yang mau sendiri? Kamu nggak tau apa itu USG menakutkan bagiku pertama kali pula! Dan dengan seenaknya kamu menyuruh aku pergi bersama orang lain yang bukan suamiku.' Batinku.
" Kamu sabar dulu ya. Aku tau ini pasti berat buat kamu jalani. Tapi, semuanya akan indah pada waktunya. Aku yakin keadaan ini akan semakin baik. Kamu hanya harus bersabar ngejalanin semuanya. Nggak usah banyak mikir yang berat - berat. Jaga kondisi kamu dan kandungan kamu. Aku yakin kamu pasti bisa. Kamu itu kuat dan pintar. " Ucapan Satria tiba - tiba membuatku heran kenapa dia tiba - tiba berubah manis begitu saja terhadapku?
Aku hanya terdiam dan berusaha mencerna kata - katanya. Memahami kejadian demi kejadian yang barusan terjadi, ada apa gerangan? Kok dia tiba - tiba menjadi Satria yang manis?
Sepertinya ada sesuatu yang sedang dia rencanakan dan sama sekali aku nggak paham. Tapi, entahlah makin hari aku makin berada di kebingungan yang nyata. Hidupku oh hidupku...Mengapa semuanya jadi seperti ini..
Ngidam salah. Keluar salah. Mikir ini itu salah.
Aku seperti hidup dalam sangkar emas...
Tapi, sebelum tidur, malam ini kuselipkan doa untuk kak Reno. Semoga dia kuat dan tidak lelah. Menerima keadaanku dan tetap mau menjadi bahuku ketika aku menangis. Kak..maafin aku yang selalu menyusahkanmu. Beribu doa baik kupanjantkan untukknya yang selalu setia menemani dan membelaku.
Kak Reno
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Janah
ka Reno ganteng ya Thor
2020-11-16
2