Di kediaman Puspa
" Prannnkkk....!"
Suara cangkir kopi yang dilemparkan ayah seakan memecahkan gendang telingaku. Bukan hanya gendang telingaku yang pecah, tapi serpihan hatiku ini serasa ikut hancur berkeping - keping. Remuk bersamaan dengan cangkir kopi yang dilemparkan tepat di depan wajahku.
Tubuhku bergetar hebat menahan air mata dan aku benar - benar ketakutan menunggu reaksi ayah selanjutnya.
Keberanianku tiba - tiba saja hilang lenyap seketika. Setelah sebelumnya aku mengumpulkan semua keberanian yang kumiliki. Karena bagiku, butuh kekuatan besar dan ribuan kali berpikir untuk mengutarakan semua ini kepada kedua orang tuaku.
Sementara itu, aku melihat ibu hanya terduduk lesu di kursi sofa. Adikku Raka pun tidak berani berkomentar apapun, suasana sangat hening. Hanya nafas ayah yang terdengar memburu dan sangat berat.
Badanku gemetaran, penuh was - was. Aku cemas, tak tau lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tidak bisa berpikir lagi. Tapi, semuanya harus kuhadapi. Semuanya adalah kesalahanku. Aku akan menanggung semuanya meskipun entah apa yang akan menimpaku selanjutnya. Aku sempat berharap bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk yang keesokan hari akan musnah ketika aku terbangun.
Tapi bukan, ini nyata dan semua ini harus tetap kuhadapi dengan dewasa.
***
Beberapa menit kemudian, suasana kembali hening dan raut wajah kami semua terlihat tegang. Pada akhirnya setelah melemparkan cangkir ke arah ku Ayah ikut terdiam, terduduk lesu di samping ibuku. Ibu sudah menangis tersedu - sedu, matanya sudah memerah dan beliau sudah tidak bisa lagi menahan bendungan air matanya. Beberapa kali dia mengusap nya dengan kedua tangannya yang sudah hampir keriput di makan usia.
" Hhhhhh... ", Ayah menghela napas panjang, beliau mulai membuka suara.
" Kamu itu anak pertama kebanggaan ayah. Dari dulu kamu tidak pernah mengecewakan ayah, sebagai orang tuamu ayah selalu bahagia memilikimu. Ya kami tau kamu diluar sana menghidupi dirimu sendiri dari kerja kerasmu. Tapi, apapun ayah lakukan agar kamu bisa sekolah dengan baik hingga masuk ke perguruan tinggi. Ayah tidak ingin kamu bernasib sama seperti ayah dan ibu yang hanya bisa hidup pas - pas an. Tapi, sekarang ini hati ayah hancur, harapan ayah musnah. Jerih payaha yang ayah ibumu lalukan rasanya sia - sia, dengan hasil perbuatan kamu seperti ini seolah kamu sudah menyepelakan kami sebagai orang tuamu. Kamu melupakan semua didikan ayah. Kenapa kamu seperti ini ! Ayah tak tau lagi harus bagaimana ", dari nada bicaranya Ayah seperti nya sudah sangat kecewa terhadapku.
Aku hanya bisa menangis sejadi - jadi nya, berlutut dihadapannya dan memohon pengampunanya. Aku tak tau semua yang kulakukan akan berakibat sefatal ini. Seharusnya aku menurut kata ayah, seharusnya aku tidak berpacaran, seharusnya aku fokus saja pada beasiswa masuk universitas. Tapu semua sudah terlambat. Semuanya sia - sia...
Dulu, seharusnya aku tidak dibutakan oleh pesona pria kaya, aku paham bahwa aku hanyalah orang kelas menengah ke bawah. Tidak dapat disandingkan dengan putra mahkota seorang konglomerat. Satria memang tuan muda. Tidak setara denganku. Tapi aku memang keras kepala dengan percaya bahwa cinta itu ada dan aku juga berhak merasakannya. Aku tau aku salah dan aku tau semuanya sudah terlambat untuk menyadarinya. Maafin aku ayah... Aku memang anak tak tau diri. Cinta yang kurasakan hanyalah malapetaka untukku.
***
Di kediaman Wirajaya
Sementara itu, di kediaman keluarga Wirajaya. Semuanya tampak diam. Hening. Tidak ada yang berani berkata apa pun, semua nya tampak menunggu jawaban dari pak Surya Wirajaya, sang kakek dari Satria Wirajaya. Presdir Wirajaya Group.
Bahkan pak Rahadi Wirajaya pun hanya terdiam, tak berani bersuara ataupun melontarkan sepatah katapun. Dia menunggu instruksi dari sang pemegang tahta tertinggi di keluarga itu.
Sang tuan besar mulai membuka suaranya, " Satria, besok kita temui keluarga gadis itu. Kamu tidak bisa menghindar ataupun menolak lagi. Ini sudah keputusan kakek. "
"Tapi, apa yang akan ayah lakukan dengan menemui mereka? ", tanya pak Rahadi menyerobot ucapan pak Surya. Raut wajahnya agak sedikit cemas. Dia khawatir akan apa yang terjadi pada putra tunggalnya.
Satria terdiam, begitupun ibu dan ayahnya. Mereka semua menunggu jawaban berikutnya dari sang kakek.
" Saya akan menyetujui untuk menikahkan kamu dengan gadis itu. Tentu saja dengan beberapa syarat dan beberapa perjanjian pra nikah. Saya tidak mau hal - hal yang tidak diinginkan terjadi di kemudian hari. Saya juga tidak mau keberadaan anak gadis itu kelak mengacaukan Wirajaya group" , jawab sang kakek datar.
" Sekarang hubungi keluarga gadis itu. Suruh pak Rahmat sekretaris kakek mengurus semuanya dengan pihak mereka, dan atur pernikahannya secepatnya. Tapi ingat, jangan sampai media tau berita soal pernikahan ini. Saya ingin semuanya rapih. Tertutup dari pemberitaan media."
***
Satria yang sedari tadi terdiam menunduk di sofa mulai angkat bicara. Menengadahkan wajahnya melihat sang kakek yang berdiri di hadapannya,
" Tapi, kakek. Aku belum siap untuk menikah. Aku masih terlalu dini untuk menimang anak. Aku dan Puspa masih 18 tahun. Terlebih lagi, aku masih ingin bebas, kek. Aku tak tau harus bagaimana kelanjutannya dengan kuliahku jika aku harus menikah dan mengurus anak. Aku malu dengan teman - temanku, apa jadinya kalau mereka semua tau aku sudah beristri apalagi sebentar lagi punya anak. Bisa tamat reputasiku sebagai cowok idaman para wanita." , Satria merajuk pada kakeknya. Kakeknya tidak bergeming.
Wajah pak Surya seketika berubah merah padam,
" Lantas apa yang harus aku lakukan terhadapmu anak bodoh! Beruntung keluarga gadis itu tidak buka suara kepada media perihal kamu menghamili anak gadis mereka! Apakah aku harus menyumpal mereka dengan emas agar gadis itu membuang keturunan hasil perbuatan kotormu? Kenapa kamu tidak berpikir panjang saat melakukannya? Kenapa kamu sungguh bodoh! Sudahlah, kalian lakukan saja perintahku. Aku tidak mau semua orang tau kamu menghamili anak gadis orang! Cepat hubungi mereka dan lakukan semuanya dengan cepat ".
Orang tua Satria dan Satria pun pada akhirnya harus setuju atas permintaan pak Surya. Dia tidak bisa menolak permintaan pak Surya, dan Satria pun tidak berani lagi berbicara apa - apa. Diam. Mencoba mencerna adegan demi adegan yang terjadi di kehidupannya.
Entah mengapa semuanya menjadi seperti ini. Pernikahan yang tidak pernah diharapkan harus terjadi dengan begitu cepat. Anak yang seharusnya tidak terlahir harus hadir di tengah - tengah hidupnya dengan begitu cepat. Menikah dengan wanita yang tidak pernah dicintainya. Apalagi harus memiliki anak darinya bukanlah impiannya.
Satria mengumpat pada dirinya sendiri, menyesali semua perbuatannya. Ingin rasanya dia menceburkan diri kedalam samudra dan meledakkan amarahnya di dalam sana.
' Ah, tidak. Bukan aku yang harus menyesali semuanya. Tapi, kamu Puspa. Kamu yang harusnya menyesal telah mengenalku. Telah membuatku masuk dalam perangkapmu. Telah membuatku harus menikahimu dan mendapat penghinaan dari semua orang atas kehamilanmu. Dasar wanita murahan! ', umpat Satria dalam hati.
Jemarinya mengepal tanda ada bara api yang begitu besar menyala dalam dadanya. Dia tidak bisa menutupi lagi semua amarah dan kekesalannya.
'Ya, semua memang salahmu, Puspa!', matanya berkilat - kilat dan hatinya berdegup sangat kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yulfita Rhini
dasar cwo kurang ajar ssh membuat ank org hamil masih ga mencak mencak enak sama kamu tak enak sama puspa t
2020-11-18
2
Murni Anja
cowok kuramg ajar
2020-11-17
2
Janah
cowok aneh
2020-11-16
1