Tatapan matanya sangat tajam, memandang kami berdua seolah kami adalah pencuri yang kepergok masuk rumah orang lain tanpa ijin.
" Kamu mau kue juga mas? Nih aku juga potongin buat kamu ya? Kamu tau nggak, selama ini kak Reno setia banget loh nemenin aku bikin kue. Katanya, impianku jadi pekerja seni seperti nya akan tercapai dengan jalan menjadi seorang chef". Dengan cepat aku menyiapkan sepotong kue di piring saji dan menaruh nya di atas meja. Sambil mencoba bercerita untuk mencairkan suasana yang sedikit agak kaku.
Satria tetap terdiam tanpa komentar atas ucapanku barusan.
" Oia, kamu mau sekalian aku buatin minum juga? Kamu mau minum apa? Espresso dingin dengan tambahan satu sendok brown sugar ? " Tanpa menunggu jawaban terlontar dari mulutnya dengan sigap aku mengambil cangkir dan membuatkan segelas kopi untuk nya. Segelas lagi kopi hangat aku buatkan untuk kak Reno.
Kak Reno mulai mengunyah makanannya dan meneguk kopinya dengan cepat. Sementara itu Satria hanya diam duduk terpaku memandangi cangkir dan kuenya. Melipat kedua lengannya di dadanya. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini.
" Ohya, kamu nikmatin kopi kamu berdua bareng Puspa ya Satria. Ehmm..Kalo gitu, kak Reno permisi dulu ya! Masih banyak kerjaan nih di dalam. Banyak tugas kampus juga udah nunggu... " Kak Reno beranjak dari kursinya meninggalkan kami berdua di tengah keheningan.
***
Masih di meja pantry
Aku melepaskan appronku, menggantungkannya di atas meja dapur. Satria hanya duduk memandangiku, kuhilangkan rasa canggung dengan berpura - pura sibuk membersihkan dapur dan menata kembali meja yang sudah kubuat kacau oleh percobaan resepku tadi. Sambil sesekali aku memperhatikan Satria yang mulai menikmati potongan kue nya.
' Sejak kapan dia suka kue yang terlalu manis', gumamku dalam hati.
" Kamu gimana kuliahnya ? Lancar ? Gimana suasananya ? " . Tanyaku kemudian setelah selesai membersihkan bahan - bahan kue tadi. Bi Inah dan bi Atin dengan sigap telah datang dan membantu mencuci perlengkapan memasak.
" Nggak gimana - gimana sih. Biasa aja, emang kenapa kamu nanya ? " Pembicaraan kami agak basi dan canggung. Seperti orang yang baru saling mengenal.
" Gimana perut kamu ? Kamu rutin kan minum susu?" Tanyanya tiba - tiba.
' Tumben dia bertanya seperti itu.' Ucapku dalam hati.
Aku menganggukkan kepala ku pelan, menghadirkan senyum termanis untuknya. Berharap suamiku ini akan selalu seperti ini. Bersikap manis dan tidak mengabaikanku lagi.
Suamiku Satria, kini di hadapanku, suami yang selalu aku nantikan kehadirannya, selalu kunantikan pertanyaan ini setiap waktu.
" Ya mas. Aku rutin minum susu dan makan - makanan yang sehat. Bi Inah dan bi Atin selalu ingetin aku kok! Ibu sama ayah juga selalu rajin telepon aku buat ingetin aku ke dokter kandungan dan minum vitamin. Kamu nggak perlu khawatir. Kamu fokus aja sama kuliah kamu. Banyak orang yang perhatian sama aku selain kamu."
'Padahal jujur, perkataan ini sebenarnya untuk ingetin kamu mas. Bahwa kamulah yang seharusnya paling perhatian terhadap anak ini. Terhadap aku dan kandunganku. Bukan mereka. ' Bisikku dalam hati.
" Meskipun dengan begitu aku berbohong sama ayah sama ibu. Aku belum pernah periksa kandungan karena nggak dibolehin keluar rumah. Aku juga bohong sama mereka udah rutin USG tiap bulan. Nggak apa - apa. Semua supaya mereka lebih tenang dan nggak khawatir mikirin aku. "
Satria tiba - tiba seolah tersadar. Selama ini Puspa memang tidak pernah memeriksakan kandungannya. Dia terlalu malu untuk membawa dan mengakui kalau itu adalah anaknya. Orang tua nya juga tidak pernah mengungkit soal memeriksakan kandungannya. Menyembunyikan semuanya dari orang lain. Takut kalau sampai orang lain tau dan terdengar ke media. Reputasi keluarga ini bisa hancur.
" Oia, maaf aku lupa. Kamu nggak pernah ngecek kandungan kamu ya ? Nanti aku telpon dokter Bambang ya. Aku suruh dia datang ke sini buat periksain kandungan kamu. Harusnya kamu bilang ini dari awal jadi aku bisa ijin sama mamah buat bawa dokter ke rumah ini. Lagipula dokter ini dokter keluarga bisa dipercaya. "
" Sebenernya mas, kalau boleh jujur. aku pengen liat anak kita melalui USG juga. Dari yang aku baca - baca katanya di usia kehamilanku yang sekarang. Jenis kelamin anak kita sudah bisa diliat dengan jelas mas. Oia, kamu tau nggak. Kalo malem dia udah mulai aktif gerak - gerak loh mas. Dia udah nendang - nendang kalo aku panggil. Kamu nggak penasaran mas pengen tau jenis kelamin nya apa ? Kamu coba pegang deh, trus coba kamu usap - usap perut aku. Dia pasti seneng papa nya pegang. " Entah kenapa aku bahagia sekali berada di momen ini. Karena selama ini, boro - boro nanyain kabar kehamilanku, nanyain kabar aku aja Satria sepertinya lupa.
Satria mengangkat jemarinya. Sepertinya dia ingin mengusap perutku tapi dia tampak ragu. Aku mengerti maksud dan isyaratnya, mungkin dia gugup dan malu menyentuhnya. Kutarik kedua lengannya, mendekatkan jemarinya ke perutku. Dia mengusapnya dengan lembut. Sepertinya anakku tau bahwa yang menyentuhnya untuk pertama kali dalam 6 bulan ini adalah papa nya, dia bergerak aktif dan menendang perutku dari dalam. Satria tersenyum sumringah mendekatkan telinganya.
" Halo anak papa. Apa kabar kamu di dalam sana sayang? " Janinku terus bergerak - gerak aktif. Membuat Satria semakin tersenyum lebar dan merasa takjub.
" Jadi kapan kamu mau USG ? " tanyanya kemudian.
" Tadi aku udah ngomong sama kak Reno. Kami berencana menyelinap keluar. Dia bilang mau nganterin aku buat USG. Karena sebelumnya aku takut nggak dibolehin. Nanti malam aku pergi sama kak Reno."
Satria meraih cangkir espresso nya, meneguk nya beberapa kali. Memicingkan bola matanya, tatapannya menakutkan dan sangat tajam.
" Tapi, itupun kalo kamu nggak keberatan. Kalaupun kamu keberatan, aku bisa pergi sendiri nanti biar aku minta tolong diantar sama pak Supri ya, supir kamu. "
" Nggak papa, kamu sama kak Reno aja. Silahkan! Toh kamu juga nggak mungkin pergi sama aku. Orang lain bisa berpikiran macam - macam kalau tau aku yang anter kamu. Biar nanti kamu diantar kak Reno aja. " Satria beranjak pergi dari pantry. Melangkahkan kakinya menuju kamar.
Aku masih terpaku menatap kepergian Satria. Sesaat tadi hati ini mulai bersemi, tetapi sesaat kemudian hati ini mulai kembali berdarah menahan sikap dari suamiku. Papa dari anak yang sedang aku kandung.
' Kenapa kamu biarin aku pergi sama kak Reno ? Kenapa kamu nggak ambil alih dan berusaha untuk bisa keluar sama aku? Apa memang benar semuanya terlalu beresiko? Ah..entahlah..yang jelas, aku senang hari ini dia mau berbicara soal anaknya dan mau memegangnya walau hanya beberapa detik... Setiap detik yang selalu berharga bagi kami berdua... Terimakasih suamiku...'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
satria ngeselin bed ???mau enaknya aja giliran mau punya anak cuek sm istri
2020-11-16
1