Aku melongok sebentar ke arah pintu kamarnya. Hening. Benar - benar masih tertutup rapat. Beberapa menit kemudian, keluar lagi menuju dapur, pura - pura mengambil segelas air putih. Menengok kembali ke arah pintu kamarnya yang lagi - lagi masih tertutup.
Naik ke kamarku, membuang lagi air putih tadi di wastafel. Lalu dengan cepat turun lagi ke bawah, mengambil lagi segelas air putih. Terus berulang sampai tiga kali putaran. Anehnya, lelah pun tidak padahal jarak dari dapur ke kamar atas lumayan menguras keringat.
Tanpa aku sadari, rupa - rupanya ada seseorang yang dari tadi sibuk memperhatikan tingkahku yang sedikit aneh. Ya, asisten rumah tanggaku bi Inah ternyata ikut sibuk melihat tingkahku, dia merasa keheranan atas kelakuanku yang mondar - mandir mengambil segelas air putih. Karena padahal di kamarku sudah tersedia kulkas mini dengan berbagai varian minuman dingin mulai dari yang botol hingga kalengan pun ada.
Kalaupun habis tinggal panggil saja para asisten untuk mengisi kembali sampai full.
Galon air dengan pemanas dan pendingin otomatis pun sudah tersedia di kamarku yang luas bak mini apartemen. Tidak pernah sekalipun aku turun ke dapur hanya untuk mengambil segelas air putih.
Mungkin hal itu membuat asisten rumah tanggaku menjadi heran.
" Mas Satria. Kulkas mas Satria kosong ya air mineralnya? Biar bi Inah isi ya... Tapi kok bisa cepet banget ya habisnya. Padahal bi Inah juga baru isi air galonnya kemarin. Apa bocor ya? kok sudah habis lagi sampai - sampai mas Satria mesti kerepotan bolak - balik ambil air minum ke dapur? ", Tanya bi Inah yang mulai heran dengan tingkahku yang dari tadi bolak - balik naik turun dari kamar ke dapur hampir tiga kali balikan.
" Nggak usah bi. Full kok kulkas kamarku. Ini mah hitung - hitung aku sedang olahraga aja. Lagipula rasanya beda kok bi dengan yang di kamar." Jawabku cepat sambil melenggang pergi. Takut - takut pertanyaan selanjutnya muncul. Apalagi ada bekas luka lebam di bibir yang masih memerah bahkan hampir biru.
Bi Inah masih terpaku keheranan akan jawaban yang baru saja aku lontarkan.
" Emang rasa air putih bisa beda - beda gitu ya mas? Bi Inah baru tau. Merk nya kan sama aja?" Cecar bi Inah sambil garuk - garuk kepala.
Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju anak tangga kamarku tanpa memperdulikan pertanyaan konyol dari bi Inah, sambil sesekali menengok ke kamarnya yang sepertinya tetap bisu dan tak bergeming tertutup rapat bagai tidak ada tanda - tanda dia akan keluar.
'Ah..kenapa dia nggak muncul - muncul juga'
***
Kurebahkan tubuhku diatas kasur. Ngilu rasanya. Gemertak bunyi tulang punggungku. Bibirku pun terasa membengkak. Sesekali kuseka dan kukompres dengan handuk dingin.
" Auch.." Kupijit perlahan bibirku yang membiru..
" Hmmm..sepertinya dia tidak akan keluar kamar juga. Sudah lewat sarapan bahkan hampir jam makan siang. Tapi, tidak ada tanda - tanda dia akan membukakan pintunya. Duh, kenapa sekarang aku jadi galau dan gusar begini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi padaku. Gara - gara perkataan kak Reno semalam aku jadi tak tenang begini..." Aku bergumam sendiri sambil terus mem bolak - balikkan badanku di atas kasur. Dari subuh tadi tetap saja tidak bisa kupejamkan mata padahal mengantuk.
" Curang! sepertinya kak Reno tidur pulas. Dia juga sama saja dengan Puspa. Tidak ada tanda - tanda dia keluar kamar dari tadi. Kenapa aku malah jadi kepikiran banyak hal kesana kemari. Sementara yang kupikirkan bisa nyenyak tidur di hari minggu ini." Kupeluk gulingku erat - erat. Berusaha memejamkan mata tetapi masih tidak bisa.
Kulemparkan gulingku ke samping kasur, dengan cepat kuambil ponselku.
" Apa aku telepon aja ya Puspa. Ah, jangan - jangan yang ada dia malah besar kepala nanti. Sebaiknya gimana ya..." Aku menggelengkan sendiri kepalaku. Mengetuk nomer Puspa tapi kuurungkan niatku untuk segera menelponnya.
' Kamu sedang apa...' kuketik beberapa kata lalu ku hapus lagi dengan cepat.
' Hi..Apa kamu sudah bangun?'
"hmm... Tidak - tidak. Aneh banget pertanyaanku. Jangan ah yang ada dia ngerasa aneh aku tanyain begitu"
Kuketik lagi beberapa kata dengan cepat kali ini aku rasa kata ini lebih tepat buat dia.
' Hei..pemalas! Bangun kamu!'
Sent.
Yes..Keberanianku tiba - tiba muncul dan secepat kilat kukirim pesan itu kepadanya. Kutunggu sampai beberapa menit sambil kupandangi ponselku. Kubolak balikkan jempolku sambil melihat video - video terbaru di beranda sosmedku. Siapa tau dia ada update status juga di sana. Tapi hasilnya nihil. Beberapa hari ini dia sama sekali tidak pernah memperbarui sosmednya. Isinya hanya foto - foto masakan yang dia sedang pelajari. Membosankan!
"Hoaamm..ngantuk.."
Lama kelamaan mataku semakin terasa berat dan susah untuk menolak kantuk ini. Beberapa menit kemudian kubenamkan wajahku di bantal. Tanpa sadar aku pun tertidur pulas sambil masih menggenggam ponsel di tanganku.
****
Drrrtt..drrrttt...drrrttttt.....
Aku terbangun kaget karena suara getar ponselku berbunyi. Dengan sigap aku meloncat terduduk di atas kasur sambil berusaha membuka mataku dengan lebar.
' hai sayang.. kamu dimana? katanya kamu mau ajak aku nyari tas baru.. Kita pergi sekarang yukk..aku tunggu ya..'
' Nggak jadi. Aku nggak bisa.'
' Loh kenapa? Kan kemarin kamu udah janji sama aku?! Kenapa sekarang jadi tiba - tiba batalin gitu aja. Aku udah ngosongin jadwal pemotretan hari ini loh. Khusus buat kita bisa jalan bareng. '
'Aku capek! Lain kali aja ya ... '
' Tapi, ini limited edition baby. Kalau sampai kehabisan bisa kacau dunia fashionku! Please... kamu jangan gitu dong..' Kicaunya kemudian.
Tutt...tuuuttt..tuuttt...
Dia berusaha menelponku tapi ku reject.
Tuutt...tuuttt..
Ponselku kembali berdering. Lagi - lagi ku reject dengan cepat. Kali ini aku sedang malas berdebat dengannya bisa panjang urusannya.
Tekadku hari ini, satu persatu semua masalah ini akan ku tuntaskan. Tapi tidak sekarang. Karena kali ini aku mulai lelah dan mengantuk.
Biarlah, aku tidak peduli meskipun sepertinya tebakanku Shasha sedang mengomel di ujung sana. Biarkan saja dia berkicau. Semua karena cintaku memang aneh. Kenapa aku bisa sampai tertipu oleh wajah lugu nya dan kata - kata manisnya. Tapi, memang aku mengakui dia cantik dan aduhai. Tubuhnya yang indah, berbalut pakaian branded dan fashion yang up to date membuatku silau dan merasa bangga memilikinya. Paras nya yang cantik sepertinya membuatku lupa akan segalanya. Membuatku terlena dan tenggelam makin dalam dengan arus cintanya.
Ah, sudahlah! Kenapa aku bisa terjebak dengan silaunya cinta semacam itu. Apa benar seperti kata kak Reno bahwa Shasha hanya butuh uangku saja. Sepertinya, kehidupan asmaraku terasa semakin berat dan kacau jika dipikirkan lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mamahna Ayu
tau rasa kamu satria
2020-11-17
1