Mobil kak Reno dengan cepat melesat menuju klinik dokter kandungan. Kulihat beberapa ibu hamil sudah berderet rapi, duduk dengan sabar menunggu antrian masuk, mereka di temani pasangan masing - masing untuk memeriksakan kandungannya.
" Ibu Puspa. " seorang perawat memanggilku dari mejanya. Setelah lebih dari satu jam menunggu, kini tiba giliranku untuk masuk ke ruang praktek. Aku berdiri menuju meja perawat itu sementara kak Reno tetap diam duduk di kursi tunggu.
" Suaminya nggak ikut masuk sekalian, bu? " Tanya dokter kandungan setelah aku memasuki ruang praktek.
" Hemm..nggak pak dokter. Biar dia nunggu di luar aja. " Aku berlagak seolah kak Reno lah suamiku. Lagipula aku malu mengakui bahwa dia bukan siapa - siapa hanya kakak ipar yang mengantarkan aku. Sementara suamiku bersembunyi dari kerumunan orang dan malu mengakui keberadaan kami berdua.
Kak Reno pun tidak keberatan saat tadi di luar ibu - ibu hamil lainnya disampingku mengatakan bahwa suamiku ganteng sekali. Nanti pasti anaknya ganteng dan cantik seperti ayah ibu nya.
Ya sudahlah, kak Reno memang ganteng dan pembawaannya juga dewasa. Meskipun umurnya baru 22 tahun tapi dengan pembawaannya yang kalem dan dewasa, orang lain akan menganggapnya sudah pantas memiliki istri dan anak. Lagipula dia jarang muncul di acara publik grup Wirajaya, orang - orang tidak terlalu hapal akan wajahnya, bahwa dia adalah anggota keluarga Wirajaya juga.
' Maaf ya, kak. Aku selalu merepotkanmu. Terimakasih selama ini selalu ada di sampingku. Membuatku kuat menjalani hari - hari terberat dalam hidupku. ' Batinku sebenarnya perih. Mengingat bahwa kehamilan dan terutama pemeriksaan jenis kelamin adalah biasanya hal yang paling di nanti setiap pasangan yang sedang menantikan kelahiran buat hati mereka.
***
Di dalam mobil
Aku mengelus lembut perutku. Sepertinya perutku agak lapar setelah tadi menunggu lama antrian dokter kandungan.
" Kak, boleh nggak aku minta sesuatu. Tapi, kalau nggak ngerepotin sih." Ucapku sedikit malu - malu.
" Iya, boleh. Emangnya kamu mau minta apa ?" Jawab kak Reno sambil tetap fokus menyetir.
" Bisa nggak aku makan karedok. "
Ciittttt....
Suara ban mobil yang bergesekan dengan aspal secara tiba - tiba berdecit keras, sedikit memekikkan telinga. Kak Reno menghentikan mobilnya dengan mendadak.
" Apa? Malem - malem begini kamu mau karedok? " Kak Reno tertawa kecil. Menutup mulutnya dengan tangan. Sepertinya menganggap permintaanku ini lucu.
Mungkin aneh terdengar baginya, apalagi dia orang kaya jarang makan makanan kampung begituan. Tapi kenapa tiba - tiba makanan itu yang muncul dibenakku dan membuat air liur ku seolah hendak tumpah dari bibirku. Apakah aku tiba - tiba kangen karedok buatan ibu di kampung. Hemm..kalau ada ibu...pasti dengan sigap ibu bakal mengabulkan keinginanku.
" Hmmm.. nggak apa - apa kak. Kalau kakak keberatan aku minta bi Inah aja buatin di rumah ya. Besok pagi. Lagian ini udah terlalu malam. Yuk pulang aja. " Tiba - tiba aku makin nggak enak hati melihat reaksi dari kak Reno.
" Hmm..Sebenarnya, kalau boleh jujur. Aku kangen banget sama karedok buatan ibu di kampung. Udah lama juga aku nggak ketemu ibu. Aku kangen sama ibu dan masakan rumah buatan ibu. Seandainya...." Dengan cepat aku menetralkan situasi. Ketundukkan kepalaku menatap perutku yang buncit.
Kak Reno tak menjawab apapun, dia menginjak gas dengan cepat, melajukan kembali mobilnya. Menembus padatnya jalanan malam.
***
" Yuk, masuk. " Kini kami tiba di sebuah restoran besar. Pengunjung di sana cukup ramai padahal sudah lewat jam makan malam. Aroma lezat masakan membuat perutku makin keroncongan, berbunyi tak karuan.
Seorang pelayan laki - laki dengan seragam hitam dan dasi kupu - kupu menghampiri kami berdua yang baru memasuki resto.
" Silahkan, pak Reno mau duduk dimana dan pesan apa? " Pelayan itu memberikan daftar menunya kepada kami.
" Irfan, kamu bikinin karedok ya satu porsi. " Kak Reno berkata seolah hafal dengan pelayan tadi.
" Karedok pak? Disini kan gak jual karedok pak? ". Pelayan itu mengernyitkan dahi nya. Heran atas permintaan kak Reno yang minta di buatkan karedok.
" Kak Reno. Inikan restoran besar. Mana bisa pesan karedok sesukanya. " Tanyaku keheranan..
Kak Reno hanya tersenyum. Benar saja, hanya selang beberapa menit kemudian pelayan itu datang membawakan karedok pesananku. Aku merasa sangat senang, dengan cepat kuhabiskan makananku. Sampai terlupakan untuk menawari kak Reno. Kak Reno hanya tersenyum memperhatikanku yang sedang makan dengan lahap. Tidak lupa segelas jus melon pun sudah berpindah ke dalam perutku hanya dalam hitungan beberapa menit. Nikmat sekali rasanya. Lunas sudah keinginanku.
***
" Makasih ya kak. Tadi udah traktir aku makan. Ga tau kenapa aku pengen banget makan itu. Dan rasanya lega banget kesampaian makan karedok. Rasanya semuanya terbayar dengan lunas. Aku seneng banget!"
" Syukurlah, kalau kamu seneng. Itu namanya ngidam, Puspa. Kamu pasti bayangin makanan itu terus - terusan kan? Kata mami ku, dulu waktu hamil aku. Papi berusaha nurutin setiap ngidam nya mami. Jadi, anaknya gak ileran deh. Coba kalau nggak diturutin pasti aku nggak ganteng kayak gini kan?" Kak Reno tertawa renyah.
" Ihh..kak Reno pede banget! Ngaku - ngaku diri sendiri ganteng lagi !"
Kak Reno senyam senyum sendiri, " Ya nggak apa lah. Namanya juga usaha. Hahaa.. Kalau nggak aku sendiri yang bilang. Masa nunggu kamu bilang."
" Iya deh, emang kakakku ini paling ganteng seantero mobil. Tapi nomer dua..setelah anakku. "
" Wah, anak kamu laki - laki Puspa? Aku sampe lupa nanya gara - gara tadi si karedok. Selamat ya... Halo adik bayi, salam kenal ya jagoan besok kita main bola bareng ya.. " Satria mengelus perutku sambil menyapanya dia tersenyum sangat manis. Tiba - tiba dia refleks membuang tangannya dari perutku.
" Maaf Puspa, tadi hanya refleks aja. Kak Reno ga ada maksud apa - apa. Oia, lain kali kalau kamu pengen sesuatu. Kamu bilang aja sama aku ya. " Dia memalingkan wajah nya. Kembali fokus menyetir mobil menembus jalanan kota.
Kuhela nafasku panjang tanpa menjawab sepatah katapun. Ada sedikit perasaan bahagia yang terselip mendengar perkataan dan menerima perlakuannya yang manis.
***
Kami telah tiba di rumah, setelah memarkir mobilnya di garasi kak Reno dan aku pun masuk ke dalam rumah.
Sepi. Sepertinya para penghuninya sudah masuk kamar masing - masing.
Tapi, ada sesosok bayangan menunggu di kursi sofa ruang keluarga.
" Reno ! "
" Ya, tante." Reno sedikit membungkuk kan badannya. Menunjukkan kesopanannya ketika dipanggil.
Aku dan kak Reno terdiam di depan kursi sofa. Ibu mertuaku sudah menunggu di sana. Di sana juga sudah ada Satria. Dia menatapku dan Reno lekat - lekat.
Perasaanku tiba - tiba berubah jadi tak enak. Drama apalagi gerangan yang akan terjadi selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
dag Dig Dug aku....,tegang ...
2020-11-16
2