Ksatria Naga Iblis Menjadi Pelayan
Sinar bulan menembus ke dalam danau yang dalam. Seorang pemuda dengan kedua matanya yang sudah sayu seolah tinggal menunggu ajal menjemputnya tenggelam di dalam danau yang luas.
Secara perlahan, dirinya mulai tenggelam lebih dalam dan tekanan air danau menguat secara perlahan. Dengungan dan rasa sakit di sekujur tubuh bagi seorang manusia itu wajar di rasakan ketika tenggelam di dalam air begitu dalam.
Namun, itu tidak berlaku bagi pemuda tersebut. Perut pemuda itu mengalami lubang yang besar hingga menghancurkan lambungnya dan menyatukan darah dengan air danau. Rasa sakit seperti tekanan air yang sudah tidak terasa bagi tubuhnya yang mati rasa.
Yang ada di dalam pikiran pemuda itu hanyalah, mati.
“Apa aku… akan mati disini?”
“Tidak. Ibu… ayah….”
“Aku masih… belum….”
Pemuda itu berusaha untuk mengangkat tangannya ke atas. Dengan cahaya bulan yang menembus begitu dalam, dia berusaha menggapai dengan tangannya yang sudah tidak memiliki tenaga.
Dia ingin menggapai cahaya bulan seolah masih belum menyerah dengan hidupnya. Namun, usahanya di khianati. Kondisi yang tidak memungkinkan bagi seorang manusia selamat di situasi seperti itu. Secara perlahan, pemuda itu menutup kedua matanya dan pasrah terhadap danau yang akan membawanya.
Tetapi, secara samar-samar pemuda itu mendengar suara seorang perempuan. Suara yang begitu lembut masuk ke dalam telinganya hingga membuatnya berusaha untuk membuka kedua matanya lagi.
Disana, terdapat seorang perempuan yang tak terlihat wajahnya. Pemuda tersebut bingung. Walaupun dia berada di ambang kematian, tetapi dirinya berada di tengah danau dan ada seorang perempuan yang berada tepat di depannya.
“Siapa…”
Dengan suaranya yang lembut, perempuan itu berbisik tepat di telinga pemuda itu.
“Hiduplah… hidup untukku….”
* * * * *
- Jepang\, prefektur Kanagawa -
Di suatu sekolah, terdapat seorang anak laki-laki yang berada di tempat duduknya di pojok kiri kelas. Dengan mata yang bosan, dia menatap sebuah buku kecil. Bukanlah buku mata pelajaran, hanya sebuah novel karya dari author kesukaannya.
Di saat ruangan kelas di penuhi oleh perbicangan anak-anak kelas, dia duduk seorang diri tanpa bertegur sapa dengan siapapun.
Pemuda itu bernama Miyaji Touya. Laki-laki berumur 16 tahun dengan penampilan yang bisa di bilang cukup tampan. Rambut berwarna seputih salju, tubuh ideal dengan tinggi sekitar 174 cm.
Touya yang sedang membaca novel, merasakan hembusan angin yang cukup kencang melalui jendela yang terbuka di sampingnya.
*WUSH*
Angin itu mengibaskan rambut putihnya yang halus dan membuatnya menoleh ke arah luar. Langit biru yang begitu cerah, menyambutnya dengan sinar mentari yang hangat.
“Hari ini seperti biasa ya….”
* * *
*KRIING*
Suara bel pulang sekolah telah berbunyi. Guru yang berada di depan kelas pun langsung merapihkan buku-bukunya dan keluar dari kelas. Setelah memberi salam, para murid yang bertugas pun bergegas merapihkan kelas.
Sedangkan Touya pada hari itu tidak mendapatkan bagian tugasnya. Dia langsung membawa tasnya dan keluar dari kelas.
Di tengah lorong dirinya sedang berjalan, Touya mengingat untuk kembali membaca novelnya.
“Ah, iya. Novelku….”
Dia membuka resleting tasnya dan mencari-cari novelnya. Setelah ketemu, Touya menutup resleting tasnya dan kembali membukanya sesuai halaman terakhir dia baca. Begitu dia ingin belok dan menuruni tangga, seorang guru pria memanggilnya untuk menolongnya.
“Ah, Miyaji-san! Bisakah kamu bantu aku sebentar?”
Walaupun Touya terlihat cukup pendiam, tetapi sebenarnya dia adalah anak yang baik hati. Dengan sukarela dia menolong guru itu tanpa banyak alasan.
“Baik!” sahut Touya
Touya di berikan sebuah kumpulan kursi tua yang harus dia bawa ke gudang sekolah yang berada di lantai teratas. Touya berada di lantai 3, dan lantai teratas itu ada di lantai 5.
Berjalan sebentar saja sembari membawa kursi-kursi tua itu bukanlah pekerjaan yang sulit baginya. Tubuhnya terlihat cukup terlatih bagi seorang anak yang menduduki tingkat SMA kelas 2.
Begitu Touya mencapai pintu yang menghubungkannya dengan atap sekolah, dia langsung menurunkan kursi tersebut. Bukan untuk membuka pintu yang ke atap itu, melainkan salah satu pintu lagi yang ada di sampingnya dan itu adalah gudang tersebut.
Touya bergegas memasukan kumpulan kursi tua itu ke dalam agar dia bisa pulang lebih awal dan lanjut membaca novelnya.
*BRAK*
Pintu tersebut pun di tutup oleh Touya sebagai tanda selesai pekerjaannya. Namun, saat dia berbalik dan ingin menuju ke tangga, perhatian matanya tertangkap ketika melihat seorang gadis yang berdiri sendirian di atap sekolah itu.
Touya melihat melalui kaca yang menyambungkannya dengan luar atap sekolah. Disana terdapat seorang gadis dengan rambut putihnya yang panjang dan indah. Hanya dari belakangnya saja, Touya dapat mengetahui bahwa gadis itu sangatlah cantik.
Di mulai dari lekukan tubuhnya yang cukup menarik, bahkan Touya yang terlihat seperti anak laki-laki pendiam pun pasti akan tertarik melihatnya. Tetapi, yang muncul di kepalanya adalah berbagai macam pertanyaan yang menganggu pikirannya.
Gadis itu tidak memakai seragam yang sama dengan yang Touya gunakan. Yang mengatakan bahwa gadis itu berasal dari sekolah lain. Walaupun dia ingin mengabaikannya, tetapi tubuhnya langsung bergerak sendiri dan membuka pintu tersebut.
*KREAK*
Mendengar suara pintu tersebut terbuka pun membuat perempuan itu langsung menoleh ke arah yang sesuai.
Touya yang sedang berjalan mendekatinya pun terhenti terkejut karena melihat wajah perempuan itu.
Bulu mata yang lentik, wajah yang menawa dengan ukuran tubuh sesuai tebakan Touya, ditambah aura yang begitu dewasa terpancar darinya dengan tinggi kurang lebih 169 cm. Dia adalah gadis yang begitu cantik dan anggun seperti idol-idol ataupun artis model yang ada di majalah dan Televisi.
“(Cantik sekali…)”
“Ada apa?”
“A-ano… Maaf menganggumu, tetapi kelihatannya kau bukan dari sekolah ini. Apa yang sedang kau lakukan disini?”
Raut wajah perempuan yang menawan itu berubah dari tanpa ekspresi menjadi tersenyum. Touya terkejut melihatnya yang tiba-tiba tersenyum, tidak hanya dari reaksi spontan, tetapi wajahnya yang menawan pun semakin terlihat memikat ketika di hiasi sebuah senyuman.
“Benar, aku bukan dari sekolah ini. Aku sedang mengunjungi sekolah ini karena sedikit penasaran saja, aku juga sudah mendapatkan izin dari kepala sekolah kalian kok!”
“Begitu ya. Kalau begitu aku permisi dulu, maaf telah menganggumu….”
Touya langsung berbalik untuk meninggalkan atap sekolah setelah berbincang sebentar dengan perempuan tersebut. Tetapi….
“Ah, tunggu sebentar!”
*GREB*
Tangan Touya saat itu terasa di genggam dan di tarik ke belakang. Dia yang terkejut langsung menoleh ke belakang. Gadis itu memegang tangannya seolah tidak ingin membiarkan Touya meninggalkannya.
“Eh?!”
“Urusanku disini sudah selesai. Bagaimana kalau kita turun bersama?”
Gadis itu tersenyum sembari bertanya kepada Touya. Seperti anak baik dan lembut biasanya, Touya tidak bisa menolak permintaan gadis itu. Dan pada akhirnya, mereka pun turun dari gedung sekolah bersama.
Saat menuruni tangga, mata Touya sebagai seorang laki-laki tidak bisa memalingkan pandangannya dari kedua buah dada milik gadis itu. Ukurannya yang cukup besar itu sangat menjadi santapan mata para laki-laki remaja sepertinya.
Dia menelan salivanya seolah gugup berjalan dengan seorang gadis yang begitu cantik layaknya model yang sedang naik daun.
“(Apa yang ku pikirkan?! Secantik dan menarik apapun dirinya, kau baru saja bertemu dengan gadis ini dan sudah memiliki pikiran kotor?! Tetapi, ukurannya itu benar-benar hebat….)”
Touya menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri seperti orang gila karena berusaha menghilangkan pikiran mesumnya itu.
“(Tidak tidak tidak! Hilangkan pikiran semacam itu, karena inilah kau sulit bergaul dengan orang lain dan hanya memikirkan novel lain-lain!)”
Gadis yang berada di sebelahnya pun kebingungan melihat Touya dan mendekat kearahnya karena khawatir. Dan tanpa sengaja, kedua dada gadis itu menempel di lengan Touya dan menenggelamkannya layaknya kapal selam.
“Ada apa? Sejak tadi kau bertingkah aneh loh”
Touya terkejut dengan sensasi lembut yang menjepit kedua lengan kanannya. Wajahnya langsung merah merona karena malu.
“A-AH! Ti-tidak ada apa-apa! Ha-hanya sedang memikirkan sesuatu yang tidak penting saja. Sesuatu yang tidak penting kok!” ucap Touya
“Benarkah?” tanya gadis itu yang semakin menepel erat dengannya karena khawatir
Touya semakin kehilangan fokusnya dan tingkahnya semakin aneh.
“Be-benar kok!” ucap Touya
Perempuan itu menatap Touya sedikit heran. Namun, melihat wajahnya yang begitu merah pun membuat kekhawatirannya kembali.
“Wajahmu merah sekali, apa kau terkena demam?” tanya perempuan itu
Dia mengangkat tangannya seolah ingin menempelkan tangannya yang begitu lembut itu di dahi Touya. Tetapi, karena rasa malu yang tak tertahankan selama 2 ronde, Touya langsung melangkah mundur seolah memberi jarak dan menolak.
“Ti-tidak apa! Udaranya hanya panas saja kok! A-ayo, hari mulai petang. Kau pasti tidak ingin pulang saat langit gelap kan?!” ucap Touya
Touya mengalihkan perhatian sembari kembali melanjutkan jalan. Perempuan itu menatap Touya dari belakang dengan memberikan senyuman.
“Khuhu, lucu sekali!” gumam perempuan itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Luci Tremaria
Bentar, Bentar, ini harus dikoreksi nanti ya! danau nya jadi laut, terus yang seharusnya cahaya bulan jadi cahaya matahari
2021-11-23
0
☘︎𝐏$𝗥𝗔𝗬𝗔 𝗛𝗜𝗔𝗧♚⃝҉𓆊
ehem.ehem..🤣
2021-10-21
0
☘︎𝐏$𝗥𝗔𝗬𝗔 𝗛𝗜𝗔𝗧♚⃝҉𓆊
wah langsung kebayang sekolah di Jepang Thor..😂😂🤭🤭🤭
2021-10-21
2