NovelToon NovelToon

Ksatria Naga Iblis Menjadi Pelayan

Chapter 1 : Awal mula

Sinar bulan menembus ke dalam danau yang dalam. Seorang pemuda dengan kedua matanya yang sudah sayu seolah tinggal menunggu ajal menjemputnya tenggelam di dalam danau yang luas.

Secara perlahan, dirinya mulai tenggelam lebih dalam dan tekanan air danau menguat secara perlahan. Dengungan dan rasa sakit di sekujur tubuh bagi seorang manusia itu wajar di rasakan ketika tenggelam di dalam air begitu dalam.

Namun, itu tidak berlaku bagi pemuda tersebut. Perut pemuda itu mengalami lubang yang besar hingga menghancurkan lambungnya dan menyatukan darah dengan air danau. Rasa sakit seperti tekanan air yang sudah tidak terasa bagi tubuhnya yang mati rasa.

Yang ada di dalam pikiran pemuda itu hanyalah, mati.

“Apa aku… akan mati disini?”

“Tidak. Ibu… ayah….”

“Aku masih… belum….”

Pemuda itu berusaha untuk mengangkat tangannya ke atas. Dengan cahaya bulan yang menembus begitu dalam, dia berusaha menggapai dengan tangannya yang sudah tidak memiliki tenaga.

Dia ingin menggapai cahaya bulan seolah masih belum menyerah dengan hidupnya. Namun, usahanya di khianati. Kondisi yang tidak memungkinkan bagi seorang manusia selamat di situasi seperti itu. Secara perlahan, pemuda itu menutup kedua matanya dan pasrah terhadap danau yang akan membawanya.

Tetapi, secara samar-samar pemuda itu mendengar suara seorang perempuan. Suara yang begitu lembut masuk ke dalam telinganya hingga membuatnya berusaha untuk membuka kedua matanya lagi.

Disana, terdapat seorang perempuan yang tak terlihat wajahnya. Pemuda tersebut bingung. Walaupun dia berada di ambang kematian, tetapi dirinya berada di tengah danau dan ada seorang perempuan yang berada tepat di depannya.

“Siapa…”

Dengan suaranya yang lembut, perempuan itu berbisik tepat di telinga pemuda itu.

“Hiduplah… hidup untukku….”

 

 

* * * * *

- Jepang\, prefektur Kanagawa -

Di suatu sekolah, terdapat seorang anak laki-laki yang berada di tempat duduknya di pojok kiri kelas. Dengan mata yang bosan, dia menatap sebuah buku kecil. Bukanlah buku mata pelajaran, hanya sebuah novel karya dari author kesukaannya.

Di saat ruangan kelas di penuhi oleh perbicangan anak-anak kelas, dia duduk seorang diri tanpa bertegur sapa dengan siapapun.

Pemuda itu bernama Miyaji Touya. Laki-laki berumur 16 tahun dengan penampilan yang bisa di bilang cukup tampan. Rambut berwarna seputih salju, tubuh ideal dengan tinggi sekitar 174 cm.

Touya yang sedang membaca novel, merasakan hembusan angin yang cukup kencang melalui jendela yang terbuka di sampingnya.

*WUSH*

Angin itu mengibaskan rambut putihnya yang halus dan membuatnya menoleh ke arah luar. Langit biru yang begitu cerah, menyambutnya dengan sinar mentari yang hangat.

“Hari ini seperti biasa ya….”

 

 

* * *

*KRIING*

Suara bel pulang sekolah telah berbunyi. Guru yang berada di depan kelas pun langsung merapihkan buku-bukunya dan keluar dari kelas. Setelah memberi salam, para murid yang bertugas pun bergegas merapihkan kelas.

Sedangkan Touya pada hari itu tidak mendapatkan bagian tugasnya. Dia langsung membawa tasnya dan keluar dari kelas.

Di tengah lorong dirinya sedang berjalan, Touya mengingat untuk kembali membaca novelnya.

“Ah, iya. Novelku….”

Dia membuka resleting tasnya dan mencari-cari novelnya. Setelah ketemu, Touya menutup resleting tasnya dan kembali membukanya sesuai halaman terakhir dia baca. Begitu dia ingin belok dan menuruni tangga, seorang guru pria memanggilnya untuk menolongnya.

“Ah, Miyaji-san! Bisakah kamu bantu aku sebentar?”

Walaupun Touya terlihat cukup pendiam, tetapi sebenarnya dia adalah anak yang baik hati. Dengan sukarela dia menolong guru itu tanpa banyak alasan.

“Baik!” sahut Touya

Touya di berikan sebuah kumpulan kursi tua yang harus dia bawa ke gudang sekolah yang berada di lantai teratas. Touya berada di lantai 3, dan lantai teratas itu ada di lantai 5.

Berjalan sebentar saja sembari membawa kursi-kursi tua itu bukanlah pekerjaan yang sulit baginya. Tubuhnya terlihat cukup terlatih bagi seorang anak yang menduduki tingkat SMA kelas 2.

Begitu Touya mencapai pintu yang menghubungkannya dengan atap sekolah, dia langsung menurunkan kursi tersebut. Bukan untuk membuka pintu yang ke atap itu, melainkan salah satu pintu lagi yang ada di sampingnya dan itu adalah gudang tersebut.

Touya bergegas memasukan kumpulan kursi tua itu ke dalam agar dia bisa pulang lebih awal dan lanjut membaca novelnya.

*BRAK*

Pintu tersebut pun di tutup oleh Touya sebagai tanda selesai pekerjaannya. Namun, saat dia berbalik dan ingin menuju ke tangga, perhatian matanya tertangkap ketika melihat seorang gadis yang berdiri sendirian di atap sekolah itu.

Touya melihat melalui kaca yang menyambungkannya dengan luar atap sekolah. Disana terdapat seorang gadis dengan rambut putihnya yang panjang dan indah. Hanya dari belakangnya saja, Touya dapat mengetahui bahwa gadis itu sangatlah cantik.

Di mulai dari lekukan tubuhnya yang cukup menarik, bahkan Touya yang terlihat seperti anak laki-laki pendiam pun pasti akan tertarik melihatnya. Tetapi, yang muncul di kepalanya adalah berbagai macam pertanyaan yang menganggu pikirannya.

Gadis itu tidak memakai seragam yang sama dengan yang Touya gunakan. Yang mengatakan bahwa gadis itu berasal dari sekolah lain. Walaupun dia ingin mengabaikannya, tetapi tubuhnya langsung bergerak sendiri dan membuka pintu tersebut.

*KREAK*

Mendengar suara pintu tersebut terbuka pun membuat perempuan itu langsung menoleh ke arah yang sesuai.

Touya yang sedang berjalan mendekatinya pun terhenti terkejut karena melihat wajah perempuan itu.

Bulu mata yang lentik, wajah yang menawa dengan ukuran tubuh sesuai tebakan Touya, ditambah aura yang begitu dewasa terpancar darinya dengan tinggi kurang lebih 169 cm. Dia adalah gadis yang begitu cantik dan anggun seperti idol-idol ataupun artis model yang ada di majalah dan Televisi.

“(Cantik sekali…)”

“Ada apa?”

“A-ano… Maaf menganggumu, tetapi kelihatannya kau bukan dari sekolah ini. Apa yang sedang kau lakukan disini?”

Raut wajah perempuan yang menawan itu berubah dari tanpa ekspresi menjadi tersenyum. Touya terkejut melihatnya yang tiba-tiba tersenyum, tidak hanya dari reaksi spontan, tetapi wajahnya yang menawan pun semakin terlihat memikat ketika di hiasi sebuah senyuman.

“Benar, aku bukan dari sekolah ini. Aku sedang mengunjungi sekolah ini karena sedikit penasaran saja, aku juga sudah mendapatkan izin dari kepala sekolah kalian kok!”

“Begitu ya. Kalau begitu aku permisi dulu, maaf telah menganggumu….”

Touya langsung berbalik untuk meninggalkan atap sekolah setelah berbincang sebentar dengan perempuan tersebut. Tetapi….

“Ah, tunggu sebentar!”

*GREB*

Tangan Touya saat itu terasa di genggam dan di tarik ke belakang. Dia yang terkejut langsung menoleh ke belakang. Gadis itu memegang tangannya seolah tidak ingin membiarkan Touya meninggalkannya.

“Eh?!”

“Urusanku disini sudah selesai. Bagaimana kalau kita turun bersama?”

Gadis itu tersenyum sembari bertanya kepada Touya. Seperti anak baik dan lembut biasanya, Touya tidak bisa menolak permintaan gadis itu. Dan pada akhirnya, mereka pun turun dari gedung sekolah bersama.

Saat menuruni tangga, mata Touya sebagai seorang laki-laki tidak bisa memalingkan pandangannya dari kedua buah dada milik gadis itu. Ukurannya yang cukup besar itu sangat menjadi santapan mata para laki-laki remaja sepertinya.

Dia menelan salivanya seolah gugup berjalan dengan seorang gadis yang begitu cantik layaknya model yang sedang naik daun.

“(Apa yang ku pikirkan?! Secantik dan menarik apapun dirinya, kau baru saja bertemu dengan gadis ini dan sudah memiliki pikiran kotor?! Tetapi, ukurannya itu benar-benar hebat….)”

Touya menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri seperti orang gila karena berusaha menghilangkan pikiran mesumnya itu.

“(Tidak tidak tidak! Hilangkan pikiran semacam itu, karena inilah kau sulit bergaul dengan orang lain dan hanya memikirkan novel lain-lain!)”

Gadis yang berada di sebelahnya pun kebingungan melihat Touya dan mendekat kearahnya karena khawatir. Dan tanpa sengaja, kedua dada gadis itu menempel di lengan Touya dan menenggelamkannya layaknya kapal selam.

“Ada apa? Sejak tadi kau bertingkah aneh loh”

Touya terkejut dengan sensasi lembut yang menjepit kedua lengan kanannya. Wajahnya langsung merah merona karena malu.

“A-AH! Ti-tidak ada apa-apa! Ha-hanya sedang memikirkan sesuatu yang tidak penting saja. Sesuatu yang tidak penting kok!” ucap Touya

“Benarkah?” tanya gadis itu yang semakin menepel erat dengannya karena khawatir

Touya semakin kehilangan fokusnya dan tingkahnya semakin aneh.

“Be-benar kok!” ucap Touya

Perempuan itu menatap Touya sedikit heran. Namun, melihat wajahnya yang begitu merah pun membuat kekhawatirannya kembali.

“Wajahmu merah sekali, apa kau terkena demam?” tanya perempuan itu

Dia mengangkat tangannya seolah ingin menempelkan tangannya yang begitu lembut itu di dahi Touya. Tetapi, karena rasa malu yang tak tertahankan selama 2 ronde, Touya langsung melangkah mundur seolah memberi jarak dan menolak.

“Ti-tidak apa! Udaranya hanya panas saja kok! A-ayo, hari mulai petang. Kau pasti tidak ingin pulang saat langit gelap kan?!” ucap Touya

Touya mengalihkan perhatian sembari kembali melanjutkan jalan. Perempuan itu menatap Touya dari belakang dengan memberikan senyuman.

“Khuhu, lucu sekali!” gumam perempuan itu

Chapter 2 : Akhir yang Menyedihkan

Setelah kejadian menguntungkan bagi Touya berakhir, mereka berdua pun telah sampai di gerbang luar sekolah tersebut.

“Ba-baiklah. Kurasa di sini perpisahan kita. Se-selamat tinggal!”

Touya yang ingin segera berbalik badan pun kembali terhenti karena gadis itu menarik pakaiannya. Dia menoleh kebelakang dengan menatap heran dengan harapan tidak ada godaan yang seperti tadi akan muncul lagi.

“A-ada apa?” tanya Touya

“Sejak bertemu tadi, kau bahkan belum bertanya siapa namaku!” ucap gadis itu dengan senyum godaannya

Touya pun sekali lagi memerah akan sikap agresif gadis itu.

“Eh?! Ah maafkan aku! Aku Asa-!”

Kata-kata Touya terhenti ketika gadis itu menaruh telunjuknya tepat di depan bibirnya seolah menyuruhnya untuk berhenti berbicara.

“Aku tidak menyuruhmu untuk mengenalkan dirimu padaku, Touya~”

Gadis itu menyebutkan nama Touya di hari pertama kali pertemu. Touya bahkan sama sekali belum pernah menyebutkan namanya ataupun memperkenalkan diri kepadanya. Tetapi, gadis itu menyebutkan namanya sehingga membuat Touya terkejut.

“Eh?! Kenapa kau tahu namaku?!” tanya Touya

Gadis itu hanya menarik kembali jari telunjuknya dari bibir Touya dan menempelkan di bibirnya sendiri sembari memberikan kecupan.

“Ra-ha-si-a!”

Touya menatap heran sekaligus memerah akan sifat gadis itu. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa gadis itu dapat mengetahui namanya.

“Jangan di ambil pusing. Aku hanya kebetulan mengetahui namamu saja. Namaku Kurashima Reina, jangan sampai lupa ya~”

Gadis itu pun berbalik badan dan berjalan meninggalkan Touya dengan wajah bodohnya yang merah merona. Dengan setengah sadar, dia mencoba untuk mencubit pipinya sendiri agar tidak beranggapan sedang bermimpi

“ACKH! Astaga, ternyata aku tidak bermimpi. Gadis secantik itu, pasti berasal dari keluarga yang mapan. Apa aku mempunyai kesempatan?”

Dia menepuk dahinya dua kali seolah apa yang dia pikirkan hanyalah sebuah mimpi belaka. Dia berbalik badan dan berjalan pulang ke rumah.

“Haah… apa yang kupikirkan? Gadis secantik itu pasti sudah memiliki pacar ataupun tunangan dari keluarganya. Sudahlah, lebih baik aku mampir ke toko untuk beli novel”

**

Waktu berlalu begitu cepat dan hari langit sudah bertukar menjadi gelap. Touya keluar dari sebuah toko buku setelah membeli novel author favoritnya. Dia berjalan sembari memasukan novel itu ke dalam tasnya.

“Kurasa malam ini akan begadang baca novel lagi. Kuharap tidak ada tugas mendadak atau sesuatu yang mengangguku kelak malam nanti”

Begitu dia mulai menaruh pandangannya ke depan, perhatiannya teralihkan ketika melihat seorang perempuan tergeletak di samping danau dengan pakaiannya yang basah.

Touya yang terkejut langsung turun dan berlari menghampiri perempuan itu dengan khawatir.

“He-hei! Kau tidak apa-apa?!”

Walaupun Touya berusaha untuk menampar pelan wajah perempuan itu, tetapi dia tak kunjung bangun. Tubuhnya saat itu terlihat penuh dengan memar luka sehabis terkena hantaman di pergelangan tangan, dahi dan pipi.

“(Kenapa bisa ada perempuan pingsan disini?! Apa dia di bully dan di tenggelamkan di danau ini?!)”

Kala Touya sedang berpikir apa yang harus dia lakukan, tak lama kemudian perempuan itu membuka matanya secara perlahan. Kedua mata berwarna coklat yang sama dengan rambutnya yang panjang, tubuh yang indah penuh lekukan layaknya model majalah mingguan.

Perempuan itu membuka matanya dengan nada suaranya yang begitu pelan seolah kehilangan seluruh tenaganya.

“Uuh… A…aku… dimana?” gumam perempuan itu

“He-hei! Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa berada di samping danau ini?” tanya Touya

“Huh?!” sahut perempuan itu dengan terkejut

Ketika dia menoleh kebawah pun secara refleks Touya melakukan hal yang sama. Dan di di kejutkan oleh tubuh indah milik perempuan itu yang terlihat jelas melalui seragam sekolah putihnya yang transparan karena basahnya air.

Mereka berdua langsung merah merona menyadari pemandangan itu. Perempuan tersebut bergegas mengangkat tubuhnya sembari menutupinya.

“A-ah! Ma-maaf, aku tidak bermaksud apa-apa! Hanya saja, kau pingsan disini dan kebetulan aku sedang lewat! A-aku tidak melakukan apa-apa!” ucap Touya

Perempuan itu menatap Touya dengan wajah merah, pipi yang mengembang dan bibir cemberut seolah curiga terhadapnya. Tetapi, ternyata perempuan tersebut cukup pengertian. Dia pun mempercayai ucapan Touya karena dia tidak merasa tubuhnya di manfaatkan selagi pingsan.

“Ti-tidak apa. Aku percaya padamu kok….”

Suara perempuan itu begitu pelan dan lembut. Touya yang mendengarnya pun merasa sangat imut layaknya gadis-gadis yang ada di suara ASMR.

Touya pun sadar bahwa dia telah lalai karena membiarkan tubuh gadis itu terbuka karena pakaiannya yang basah. Dia langsung membuka jaket sekolahnya dan memakaikannya kepada perempuan itu dari belakang.

“Pakailah ini” ucap Touya

“Te-terima kasih….” sahut perempuan itu dengan malu

Suasana canggung mengalir tepat di antara mereka berdua. Seorang laki-laki remaja yang sedang dalam pertumbuhan, dan seorang gadis remaja dengan tubuhnya yang indah di balut pakaian basah dan transparan.

Situasi yang cukup aneh di alami oleh mereka berdua. Hanya memikirkannya saja, sudah membuat wajah mereka memerah merona sendiri karena malu.

Disisi lain, sebagai seorang laki-laki pun Touya berusaha untuk mencairkan suasana dengan berbincang dengan perempuan itu.

“A-ah! Na-namaku, Miyaji Touya. Aku berasal dari sekolah Kuoh di dekat sini”

“O-Ooyama Yuri. Aku dari sekolah Otoki”

Sekolah otoki cukup dekat dengan sekolah Kuoh. Touya sedikit heran apa yang sebenarnya terjadi pada seorang perempuan secantik dia sehingga pakaiannya basah sepenuhnya.

“He-hei, maaf jika menyinggungmu. Tetapi, apa yang terjadi denganmu? Kau pingsan di dekat danau, dan kau benar-benar basah seolah habis tenggelam dari danau itu”

Dengan berat hati, perempuan itu pun memberikan jawabannya.

“Sebenarnya, aku baru saja pulang dari sekolah. Dan tiba-tiba, ada sekelompok perempuan dari sekolahku yang menghadang dan menarikku ke dekat danau ini. Mereka menarik rambutku, memukulku, dan mendorongku ke dalam danau. Tubuhku yang mengalami luka pun membuatku sendiri sulit untuk kembali ke atas. Sehingga, saat aku sudah selamat dari tenggelam, tubuhku kehilangan tenaga dan pingsan secara tiba-tiba”

Penjelasan perempuan itu membuat Touya terkejut hingga membuka lebar matanya. Dia tidak menyangka bahwa perempuan secantik Yuri akan di jadikan sasaran. Walaupun tangannya mengepal kesal, tetapi dia sendiri tahu bahwa dia tidak dapat melakukan apa-apa.

Yuri menyadari akan raut wajah dan tubuh Touya yang merefleksikan betapa kesalnya dia mendengar cerita tersebut. Secara perlahan, dia mendekat ke arah Touya.

“Hei, Miyaji-kun”

“Ada apa?”

Yuri mengangkat kedua tangannya dan memegang lembut tangan Touya. Sebagai seorang laki-laki berumur16 tahun, Touya tidak pernah terlalu dekat dengan seorang perempuan. Hanya saat bertemu dengan Nishizawa Miya saat pulang sekolah saja dia baru merasakan dekatnya dengan seorang perempuan.

Pada saat itu juga, Touya menjadi salah tingkah dan kebingungan harus bereaksi apa.

“E-eh?!” ucap Touya

“Miyaji-kun, terima kasih. Jika tidak ada kau, maka aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku sendiri. Terkapar sendirian dengan tubuh terbuka di samping danau, entah laki-laki darimana yang akan memanfaatkan kondisiku demi kepuasan birahi mereka!”

“Tetapi, kau berbeda Miyaji-kun! Kau tidak melakukan apapun padaku! Karena itu terima kasih! Jika aku bisa membayar hutang budi ini, maka sebut saja permintaanmu!” ucap Yuri

“HAH?! Ti-tidak tidak tidak! A-aku hanya melakukan apa yang harus di lakukan! Ka-kau tidak perlu sampai sejauh itu!” sahut Touya

“Miyaji-kun… Apa aku… tidak cukup?” tanya Yuri

Yuri saat itu menyodorkan tubuhnya yang menawan ke dada Touya. Dua buah dada yang cukup menggoda di usianya saat itu pun akan membuat laki-laki normal manapun tergoda.

Keduanya tenggelam di suasana tersebut. Secara perlahan, Yuri mendekatkan bibirnya kepada Touya. Sedangkan Touya sendiri pun kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Dia mulai mengikuti alur tersebut dan mendekat seperti apa yang Yuri lakukan.

Dan pada saat kedua bibir tinggal 1 jari sebelum menyentuh satu sama lain, Yuri tersenyum lebar namun tersirat niat jahat di dalamnya.

*ZRAT*

Darah yang menyemprot keluar dan tertangkap melalui matanya pun membuat Touya terkejut. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi wajah Yuri di penuh oleh darah yang sebelumnya menyemprot keluar.

“O-Ooyama… san?”

Di tengah Touya berbicara, mulutnya mengalirkan darah begitu banyak secara tiba-tiba. Sedangkan Yuri mengangkat kepalanya dan tersenyum jahat kepada Touya.

“Khuhu, laki-laki itu memang bodoh ya!”

Touya terkejut melihat senyuman Yuri dari polos hingga tersirat jahat seperti itu. Dia menundukkan kepalanya dan melihat bahwa bagian perut kirinya telah di lubangi oleh tangan Yuri yang mengeluarkan sebuah cahaya merah menyerupai tombak.

“Huh?! Apa yang… UAGH!”

Touya memuntahkan darah yang mengelir keluar dari mulutnya secara tiba-tiba. Dia terjatuh terkapar dengan darah yang merambat di rerumputan.

Disisi lain, Yuri beranjak bangkit berdiri sembari menatap rendah ke arahnya. Pakaiannya yang basah sebelumnya pun mulai berubah akan aura hitam yang menyelimuti tubuhnya dan membuat pakaian baru lebih menggoda.

Tetapi, kali ini di atas kepalanya muncul dua buah tanduk kecil. Kuku di setiap jari jemarinya mulai memanjang tajam sama seperti taringnya.

“Maaf ya, Touya-kun. Tetapi ini tugasku untuk membunuhmu. Kehadiranmu bagi kita sudah sangat mengancam, karena itu kita tidak memiliki pilihan lain. Yah, walaupun kau mati, setidaknya kau mati di tangan seorang gadis cantik sepertiku. Syukurlah, ya kan?!”

Touya tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya. Tanduk? Kuku panjang? Cahaya tombak? Tugas? Semua kata-kata itu membingungkan baginya, tetapi kenyataan terlihat jelas di depan mata.

Yuri berjalan mendekat ke arah Touya.

“Selamat tinggal, Touya-kun. Senang bertemu denganmu~”

Sebagai perpisahannya, Yuri menendang Touya sekuat-sekuatnya hingga membuat lukanya semakin terbuka.

*BUAK*

“UAAGHH!”

Touya memuntahkan darah sembari terhempas mundur dan tenggelam ke danau. Dengan tubuhnya yang terluka parah, dia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

“(Sial… apa yang kulakukan… hingga pantas mendapatkan ini?! Dunia… terlalu kejam!)”

“(Aku ingin… sekali lagi… berikan aku… kesempatan….)”

Chapter 3 : Gadis Misterius

Kicauan burung di pagi hari dan sinar mentari yang begitu terang melewati tirai jendela. Awal yang awam untuk sebuah pagi hari di jepang.

Touya yang berada di ranjangnya pun mulai membuka matanya secara perlahan. Dia menggosok kedua matanya seperti seseorang yang baru bangun di pagi hari. Dia mengangkat tubuhnya dan duduk di atas ranjang.

Pikiran dan nyawanya saat itu masih belum terkumpul, sehingga dia masih berada di ambang-ambang tidur dan bangun.

“Hooaamm… Sudah pagi ya….”

Disaat dirinya berbicara, Touya pun langsung terkejut dengan situasinya saat ini. Dia mengingat jelas bahwa dirinya tertusuk oleh Yuri dan memiliki lubang di perutnya. Dia juga tenggelam di sebuah danau yang begitu dalam dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk keluar dari sana.

“Huh?! Eh, tunggu dulu! Kenapa?!”

Berbagai macam pertanyaan muncul ketika melihat dirinya terbangun di kamar dan ranjang rumahnya sendiri. Begitu dia menoleh kebawah, Touya menyadari bahwa luka di bagian perutnya tidak ada. Seolah sudah di sembuhkan sehingga tidak terlihat bekasnya.

“Lukaku… sembuh?! Apa yang sebenarnya terjadi?”

Dan tak lama kemudian, Touya pun menyadari ada yang aneh dari dirinya. Dia yang melihat tubuhnya terbuka itu pun tanda bahwa dia tidak memakai kecuali bagian bawahnya(Celana).

“Hah?! Kenapa aku telanjang dada?!”

Ketika dia sedang di penuhi kebingungan, suasana ******* di datangkan oleh ******* seorang perempuan. Touya langsung merinding setengah mati dan mencoba memberanikan diri menoleh ke samping.

Dan tidak disangka, disana terdapat seorang perempuan yang begitu cantik muncul tepat di samping ranjang dimana dia sedang tidur tanpa busana. Rambut berwarna putih yang begitu indah, dan tubuh yang dapat memikat pria manapun dengan ukuran dada yang luar biasa menggoda.

Touya yang terkejut membuka lebar mulutnya dan berteriak keras sembari terjatuh dari ranjangnya.

“UWAAAAA!!!!”

*BRRUAK*

Teriakan yang begitu keras pun membuat perempuan itu bangun secara perlahan. Dia menggosok matanya yang masih sangat menolak untuk di buka.

“Uuhh… kenapa berisik sekali?”

Perempuan itu pun beranjak bangun dan menguap layaknya orang yang baru bangun tidur. Dia memposisikan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang dan membuka kedua matanya sembari menatap senyum ke arah Touya.

Touya pada saat itu hanya terdiam membeku seperti orang bodoh. Wajahnya memerah karena tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh perempuan itu. Dan dia baru sadar, bahwa perempuan yang ada di dalam satu kamarnya, itu adalah Kurashima Reina. Perempuan yang dia temui di atap sekolah kemarin.

“Ka-kau, ku-kurashima san?!”

“Selamat pagi, Touya~”

“Selamat pagi apanya?! Kau-! Kenapa kau ada di kamarku?! Dan yang lebih penting, kenapa kau tidak memakai pakaianmu?!”

“Ara, ku kira laki-laki suka melihat hal ini. Apa jangan-jangan kau berbeda dari mereka?”

“Te-tentu saja aku suka! Tu-tunggu, jangan bahas itu dulu!”

“Lalu kau ingin bahas apa?”

Touya memalingkan pandangannya sejak tadi karena malu melihat Kurashima yang tidak memakai pakaian. Tetapi, Kurashima saat itu tidak terlihat malu sama sekali dan terus tersenyum menggoda melihat Touya.

“I-ini pasti mimpi! Aku pasti sedang bermimpi! Bangunlah, bangunlah wahai diriku!”

Touya menggumam sembari mencubit-cubit pipinya sendiri agar bangun dari tidur. Tetapi, dia tidak bisa kunjung bangun karena yang dia alami itu sebuah kenyataan.

Hingga tak lama kemudian, Kurashima mulai merangkak dari ranjang dan mendekat ke arah Touya. Begitu tepat di depannya, Kurashima menarik wajah Touya untuk menatapnya tepat di mata.

“Semua yang kau alami itu nyata” ucap Kurashima

“Eh?!” sahut Touya

“Namaku Kurashima Reina. Aku seorang iblis dan juga tuanmu, Miyaji Touya” ucap Kurashima

Mendengar kata iblis saat itu membuat Touya masuk ke dalam pemikirannya. Dia sedikit bingung dengan kata-kata Kurashima yang berbicara seperti orang ngelantur. Wajar saja Touya berpikir seperti itu, karena Kurashima baru saja bangun tidur dan ada kemungkinan dia masih menghayal.

“I-iblis? Ja-jangan bercanda seperti itu, Kurashima-san!” ucap Touya

“Aku tidak bercanda kok. Dan aku bisa membuktikannya padamu~” ucap Kurashima

Wajah Kurashima semakin dekat ke pada Touya hingga nafasnya dapat terdengar dan terasa begitu jelas olehnya. Bibir yang berjarak sangat dekat itu membuat degup jantung Touya semakin mendetak kencang.

Dan tiba-tiba saja, terdengar suara seorang wanita dari luar ruangan yang memanggil Touya. Suara itu berasal dari ibu Touya, Miyaji Kyouka.

“Touya! Apa kau sudah bangun? Sarapan sudah siap!”

“Gawat, itu suara ibu! Tu-tunggu bu, aku akan segera tu-! UWAA!!” ucap Touya

“KYA!” erang Kurashima

Touya yang mendengar suara ibunya saat itu langsung terkejut dan ingin beranjak berdiri secara reflkes. Sedangkan Kurashima yang masih menggantung di antara ranjang dengannya yang di bawah, langsung tertabrak dan tergelincir hingga keduanya menjadi tertimpa satu sama lain.

*BRUAK*

Waktu benar-benar tidak tepat pada saat itu. Kyouka yang baru saja berteriak memanggil Touya ternyata berada di balik pintu dan langsung membuka pintu kamar Touya. Dengan mengira Touya masih tertidur, ternyata dia melihat pemandangan yang cukup mengejutkan

Touya yang berada tepat di atas Kurashima yang tidak memiliki busana sama sekali membuat suasana menjadi sangat canggung dan penuh kesalahpahaman.

Dengan tenangnya, Kurashima pun menyapa Kyouka tanpa ragu.

“Selamat pagi~” ucap Kurashima

“Se…selamat pagi…” sahut Kyouka

“Tu-tunggu dulu! I-ibu, aku bisa jelaskan-!” ucap Touya

Tanpa menunggu penjelasan darinya, Kyouka hanya tersenyum sembari memberikan pesan sebelum kembali menutup pintu kamar Touya.

“Touya, jangan lupa pakai pengaman ya!”

*BRAK*

Kyouka segera menutup pintu kamar Touya dan berlari turun dari lantai atas sembari berteriak memanggil suaminya.

“SAYANG, KITA AKAN SEGERA PUNYA CUCU!~”

Touya yang mendengar ucapan aneh yang keluar dari mulut ibunya pun tak menyangka bahwa situasi seperti ini dilepaskan begitu saja olehnya.

“APA YANG KAU KATAKAN, NENEK TUA?!!!!!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!