bab 20 Gibahan ibu warung

Anastasya terus melangkah pergi tanpa menghiraukan panggilan zein sang sahabat sejak ia kecil.

"Anastasya anda tidak punya telinga ya!suaraku hampir habis hanya untuk memanggil anda? tapi anda tidak menghiraukan sama sekali.''ujar zein secara formal karena sedang bercandain sangat teman.

Anastasya hanya bisa menutup mulut, menahan tawanya ketika mendengar Perkata'an Zein sang teman yang begitu formal, pada diri-Nya seakan-akan berbicara pada orang yang baru kenal.

" Anastasya saya berbicara pada Anda, kenapa anda tidak menjawab nya.'' teriak Zein karena kebetulan Anastasya sudah menjauh.

Seketika itu Anastasya berhenti melangkah dan menoleh kearah sang teman dan berkata?

''Lagian Kamu juga ngapain disini Zein.'' tanya Anastasya ketika si Zein sudah mulai mendekat dengan nafas yang sudah ngos ngosan, karena Zein berlari menghampiri Anastasya.

"Aku cuma mau kenalan sama kamu saja? Oia...? perkenalkan nama saya Zein, nama panjang saya adalah ZEEEEEE…IIIIIIIIINNNN…!!!" ucap Zein begitu angkuh nya.

Akhirnya tawa Anastasya pun pecah, Anastasya tidak bisa menahan tawanya lagi.

Anastasya terbahak-bahak sambil memegang perut nya karna mulai terasa sakit akibat men tertawakan si Zein sang teman yang emang suka ngelawak.

ha……ha……ha………

"Zein sudah sudah perutku sakit nich.'' ucap Anastasya memegang perutnya.

" Kenapa dengan saya! saya tidak melakukan Apa-apa sama kamu? kenapa bisa sakit perut githu.'' kata Zein bersidekap.

"Sudah ach Anas mau pulang saja? kalau terus terusan di sini Anas bisa ikutan gila lagi! lagian ini juga dah sore entar aku kena omel lagi.'' ujar Anastasya bergegas pergi dari hadapan Zein sang teman.

" Kalau mau pulang! ya pulang saja, tidak ada yang melarang kok.'' ucap Zein masih dengan gaya angkuh nya dan terus mengikuti langkah Anastasya..

"Terus kamu ngapain tadi manggil-manggil Anas nggak jelas kayak githu.'' tanya Anastasya tanpa menoleh ke arah Zein sama sekali.

" Cuma manggil saja? emang memanggil orang di larang sehingga kamu harus menanyakan hal itu.'' jawabnya asal.

Anastasya mulai cemberut dengan omongan Zein yang begitu formal, padahal Zein dah sering berkata seperti ithu di saat Anastasya lagi sedih.

Anastasya juga tau kalau Zein sebenarnya hanya bercanda saja.

tapi perasa'an Anastasya sekarang lagi nggak karuan, karena Zein sama sekali tidak tersenyum saat mengucapkan pertanya'an-pertanya'an barusan.

"Udah ach Zein Anas pulang dulu ya, soalnya Anas belum sholat ashar juga nich Zein", ucap Anastasya sedih dan berlalu.

Anastasya pun berlalu dari hadapan Zein. Zein kini tidak menggoda Anastasya lagi, sebenarnya ada perasaan bersalah pada Anastasya dengan bercandaan barusan.

Karena seakan-akan perkata'an perkata'an barusan adalah benar, bukan candaan.

Zein yang merasa bersalah pada Anastasya, akhirnya memutuskan pulang ke rumah-nya.

Zein membatalkan pertemuan nya dengan Roni sang teman di SLTP Negeri.

Sesampainya di rumah Zein langsung merebahkan tubuhnya di kursi panjangnya.

lalu sang ibu berkata.

"Sudah pulang Zein, kok cepat banget.''

" Nggak jadi pergi Bu? Zein lagi males perginya sekarang.'' jawabnya masih tiduran.

" Lha..? katanya mau latihan voly, tadi semangat banget sewaktu mau pergi latihan nya, sekarang malah bilang males, sebenarnya ada apa s ih ch Zein?!'' tanya sang Ibu yang mulai duduk di sebelah sng putra.

"Iya...! tadi emang semangat banget dari sininya?, emang sema...ngat banget Bu!, tapi nyampek di jalan Zein tidak mood lagi. ya sudah kalau gitu Zein ke kamar dulu ya, Zein ngantuk Bu?!'' ucapnya yang langsung beranjak pergi dari tempat duduk nya.

Sang ibu hanya menggelengkan kepala nya melihat kelakuan Anak bungsu Nya yang sudah mulai remaja.

''Dasar kelakuan anak anak jaman sekarang? pada aneh aneh dech.'' gumamnya dan bergegas pergi ke teras rumahnya, menunggu kedatangan pak somad sang suami.

Setelah sang suami sudah menampakkan batang hidungnya, Ibu nya Zein juga sudah mempersiapkan segelas teh hangat dan beberapa cemilan untuk sang suami.

''Sampai sore gini pulangnya pak?'' Tanya itu Zein pada sang suami.

''Iya... ?! sekarang nyari rumput agak susah susah gampang, sebagian dari sawah sawah sudah pada di bajak di semua?'' Ujar pak Somad pada sang istri. karena tak seperti biasanya pak Somad pulang terlalu sore kayak gini.

Setelah bercengkrama dengan sang suami Ibu Zein pamit ke warung untuk berbelanja buat masak nanti malam.

Sesampainya di warung Ibu nya Zein tak sengaja bertemu dengan Anastasya yang juga di suruh belanja sama sang ibu.

"Lho Anas, lagi ngapain di sini?'' tanya Ibu Zein

" Ini Bu' beli gula sama cabe.'' ucap Anastasya sopan.

"Gimana sekolah kamu An sekarang.'' Tanyanya lagi.

" Alhamdulillah baik Bu.'' jawab-nya tersenyum.

"Ya sudah kalau githu Anas duluan ya Bu? Assalamu'alaikum.'' ucap Anastasya berpamitan pada Ibu-nya Zein.

" Waalaikum salam.'' Ibu Zein dan Ibu warung menjawab.

Lalu Ibu yang punya warung bertanya pada Ibu Zein.

" Ibu Zein mau beli apa?'' tanyanya

"Ini mau beli gula, kopi, telur sama sayur yang ini juga ya bu?!'' ucap Ibu Zein.

Sang penjual pun mulai mengambil kan yang di beli Ibu Zein, kebetulan Ibu yang punya warung sangat kepo dalam urusan para tetangganya. dan akhirnya Ibu warung pun mulai ghibah, dia bertanya pada Ibu Zein.

" Bu? si Zein kan deket banget tuh sama si Anas, apa...? Jangan-jangan Anas dan Zein pacaran ya.'' tanyanya memulai ghibahan nya.

"Hush! ngomong apa sich Bu', Zein sama Anas thu hanya berteman saja nggak lebih kok. kan dari kecil Anas dan Zein sudah tumbuh besar bersama, jadi mana mungkin mereka berdua berpacaran?!'' jawab Ibu Zein menjelaskan.

" Kalau misalkan, misalkan ini ya Bu' Zein beneran suka sama Anas gimana thu Bu?, apa di perbolehkan sama Ibu kalau mereka berdua beneran berpacaran.'' tanya Ibu warung yang mulai memanas-manasi Ibu Zein.

"Ya mau gimana lagi kalau sudah jodoh? kan kita nggak bisa mengubah yang sudah di takdir kan oleh Allah swt.'' ucap ibunya Zein memutus ghibahan sang ibu warung.

" Ya sudah saya permisi dulu Bu? Assalamu'alaikum.'' ucapnya masih mencoba ramah, padahal hatinya sudah mulai panas dan membutuhkan banyak-banyak es batu🤭🤭

Di perjalanan pulang ibunya Zein masih menggerutu mengingat perkataan sang Ibu warung.

" Emangnya kenapa sich dengan Anas?, Anas kan cantik, baik, sopan juga tapi ya cuma satu kurangnya, yaitu kurang tinggi saja?!'' gumam ibunya Zein

"Tapi kalau Allah sudah berkehendak untuk merubah nasib Anastasya, entar seluruh kampung nie ngomongnya pakai guna-guna lagi? emang dasar ya orang-orang.'' Gumamnya, yang tak terasa sudah sampai di teras rumahnya.

Ibu Zein pun langsung mendudukkan bokong nya di kursi rotan yang ada di teras rumahnya. Pak Somad memperhatikan sang istri dari dalam rumahnya, dan Pak Somad pun mulai menghampiri sang istri yang masih meng gerutu.

''Kenapa Bu' pulang dari warung langsung ngedumel kayak githu?'' tanya Pak Somad ketika berada di samping sang istri dan mendudukkan dirinya di sampingnya.

''Ibu thu lagi kesal tau nggak Pak?!'' jawabnya.

''Kesal kenapa lagi sich Bu?'' tanyanya lagi.

''Tadi Ibu warung ngomongin anak kita Pak, dia bilang gimana kalau anak Ibu pacaran sama si Anas.'' Ujar Ibu Zein pada sang suami.

''Biarin sajalah Bu' mau si Zein pacaran sama Anas sekalian, Bapak nggak ambil pusing tentang masalah itu? lagian kan Ibu sudah tau sama Anas juga kan, dia anaknya baik dan sopan.'' Ucap Pak Somad panjang lebar.

''Iya Ibu juga nggak mempermasalahkan tentang itu kok Pak, tapi Ibu kesal sama mereka yang selalu merendahkan Anastasya? itu yang bikin Ibu kesal se kesal kesalnya.'' celetuk Ibu Zein.

''Ya sudah nggak usah di pikirin lagi, biarin orang mau ngomong apa? Bapak mah bodo' amat dech.'' ucap Pak Somad nyengir kuda.

''Siech..... ! kayak anak anak jaman now aja si Bapak, pakek ngomong bodo' amat githu, udah ach Ibu masuk dulu mau naroh belanjaan.'' ujar Ibu Zein beranjak dari tempat duduk nya, tapi malah di tarik lagi sama Pak Somad dan berkata.

''Ibu githu, giliran bapak temenin di sini Ibu malah mau masuk?'' bisiknya karena saat Ibu Ibu Zein duduk di pangkuan Pak Somad.

''Udah ach Pak! kita thu dah tua entar da yang liat lagi.'' ucap Ibu Zein mencoba bangun dari pangkuan Pak Somad sang suami, namun Pak Somad tak mau melepaskan pelukannya. sampai akhirnya Pak Somad melihat sang tetangga masuk ke halaman rumahnya. baru setelah ithu Pak Somad melepaskan sang istri.

Ibu Zein buru buru masuk ke dalam rumahnya.

Ya walaupun keluarga nya Zein orang yang berada? tapi keluarga nya Zein tak pernah menyombongkan dirinya, kalau dia orang yang terpandang, keluarga Zein

tidak pernah menilai orang lain dari segi penampilan.

Karna harta benda tidak akan abadi,

ada kalanya orang tersebut ada di atas,

dan ada kalanya orang tersebut ada di bawah itulah roda kehidupan.

Yang miskin belum tentu bakalan miskin untuk selamanya.

Yang kaya belum tentu bakalan kaya untuk selamanya.

Itulah roda kehidupan, dimana ada pasang surutnya.

Seperti halnya lautan, yang pasang surut, ketika air pasang datang orang orang melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya.

Dan ketika air surut semua orang menghampiri nya? untuk mencari ikan dan juga kerang kerang yang berada di lautan.

Begitu pula manusia?.

Karna yang sedih bakalan menerima kebahagia'annya.

yang bahagia bakalan merasakan kesedihan-nya.

begitulah kehidupan.

kalau Allah sudah berkendak KUN \=maka jadilah.

👉👉👉👉

jangan lupa dukung karya receh Al-mayra kakak.

mohon maaf kalau ada salah kata🙏🙏

dan jangan lupa like komen dan votenya,

makasih 🙏🙏

biasanya jam segini sedang sholat malam.

menangis😭😭 dan memohon ampunan dari yang maha kuasa,

yang membolak balikkan isi dunia alam semesta.

semangat kakak semuanya, semoga besok masih bisa bertemu lagi, 🙏🙏

Terpopuler

Comments

iskan

iskan

Anastasya iya love you

2022-01-20

10

Solihuddin Lubis

Solihuddin Lubis

lagian suruh capa juga teriak tetiak

2022-01-18

9

Yulia Yulia

Yulia Yulia

suteres

2022-01-18

9

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Masa kecil menyenangkan
2 bab 2 Kesedihan mendalam
3 bab 3 Frustasi karena keadaan.
4 bab 4 Mencoba ikhlas
5 bab 5 Wewe Gombel.
6 bab 6 Kebaikan Zein Mahendra
7 bab 7 Bertemu teman baru
8 bab 8 Kebencian Erlan
9 bab 9 Menjaring ikan ikan kecil
10 bab 10 Ajakan Zein
11 bab 11 Kekesalan Anastasya
12 bab 12 Cendol dawet
13 bab 13 Kebencian Wiwit terhadap Anastasya
14 bab 14 Keceriaan Anastasya
15 bab 15 Kebaikan Pak Bagas
16 bab 16 Kesedihan yang di torehkan sang ibu
17 bab 17 Tatapan suka Erlan
18 bab 18 Kekonyolan Zein
19 bab 19 Acara imtihan Ponpes Nurul Huda
20 bab 20 Gibahan ibu warung
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33 Kejutan dari sang kekasih
34 Bab 34 Melamar sang kekasih
35 Bab 35 Cincin tunangan
36 Bab 36 Membeli parcel lamaran
37 Bab 37 Senyuman Bu Ristie
38 Bab 38 Parcel lamaran
39 Bab 39 Galau
40 Bab 40 Seserahan yang telat
41 Bab 41 Sepeda motor buat Anastasya
42 Bab 42 Awal masuk sekolah
43 Bab 43 Sidul sepupu Erlan
44 Bab 44 kasih sayang Bu Yuni
45 Bab 45 pujian buat Anastasya Putri
46 Bab 46 kerja keras Erlan
47 Bab 47 Rencana Liburan
48 Bab 48 Minta ijin Erlan
49 Bab 49 Celotehan Wulan dan Dewi
50 Bab 50 Ijin untuk Erlan
51 Bab 51 Pergi Liburan
52 Bab 52 Kejailan Wulan dan Dewi
53 Bab 53 Kehamilan Siska
54 Bab 54 Musibah menimpa Anastasya
55 Bab 55 Erlan pingsan
56 Bab 56 Senyuman Anastasya Putri
57 Bab 57 Beasiswa untuk Erlan
58 Bab 58 Bertemu kawan lama
59 Bab 59 Reno patah Hati
60 Bab 60 Rencana Liburan Erlan dan Putri
61 Bab 61 Liburan ke Kalimantan
62 Bab 62 Pesona Hutan Pinus Mentaos
63 Bab 63 Kesedihan Erlan
64 Bab 64 Kekesalan Dewi dan Wulan
65 Bab 65 Keberanian Putri untuk bertanya
66 Bab 66 Pertemuan Zein dan Putri
67 Bab 67 Obrolan antara Zein dan juga Putri
68 Bab 68 Ajakan Zein
69 Bab 69 Workshop
70 Bab 70 Tatapan Bos dingin
71 Bab 71 Perdebatan Bella dan Putri
72 Bab 72 Dia Putri
73 Bab 73 Perhatian Anastasya Putri
74 Bab 74 Danau Ronggo Jalu
75 Bab 75 Gadis kecil
76 Bab 76 Acara Wisuda
77 Bab 77 Kedatangan Reno ke rumah Putri
78 Bab 78 Berangkat ke Jakarta
79 Bab 79 Kesibukan Zein
80 Bab 80
81 Bab 81 Bekerja di cafe
82 Bab 82 Fitnahan
83 Bab 83 Interogasi
84 Bab 84 Makanan enak
85 Bab 85 Tawaran memasak
86 Bab 86 Rasa penasaran Reno
87 Bab 87 Kesuksesan Putri
88 Bab 88 Pertemuan tak terduga
89 Bab 89 Penolakan Putri
90 Bab 90 Pertemuan Daniel dengan mantan pegawainya
91 Bab 91 Kedatangan Erlan ke tanah air
92 Bab 92 Kasih sayang Erlan
93 Bab 93 Meminta restu
94 Bab 94 Kejutan untuk semua orang tuanya
95 Bab 95 Nadzar yang sudah terlaksana
96 Bab 96 Bertemu kawan lama
97 Bab 97 Ledekan Ibu Mertua
98 Bab 98 Kembali ke Jakarta
99 Bab 99 Sahabat terbaik
100 Bab 100 Pertanyaan yang sama
101 Bab 101 Putri yang malas
102 Bab 102 Kebohongan kecil
103 Bab 103 Tingkah aneh Putri
104 Bab 104 Emosi sesa'at
105 Bab 105 Tangisan pagi
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
Episodes

Updated 170 Episodes

1
bab 1 Masa kecil menyenangkan
2
bab 2 Kesedihan mendalam
3
bab 3 Frustasi karena keadaan.
4
bab 4 Mencoba ikhlas
5
bab 5 Wewe Gombel.
6
bab 6 Kebaikan Zein Mahendra
7
bab 7 Bertemu teman baru
8
bab 8 Kebencian Erlan
9
bab 9 Menjaring ikan ikan kecil
10
bab 10 Ajakan Zein
11
bab 11 Kekesalan Anastasya
12
bab 12 Cendol dawet
13
bab 13 Kebencian Wiwit terhadap Anastasya
14
bab 14 Keceriaan Anastasya
15
bab 15 Kebaikan Pak Bagas
16
bab 16 Kesedihan yang di torehkan sang ibu
17
bab 17 Tatapan suka Erlan
18
bab 18 Kekonyolan Zein
19
bab 19 Acara imtihan Ponpes Nurul Huda
20
bab 20 Gibahan ibu warung
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33 Kejutan dari sang kekasih
34
Bab 34 Melamar sang kekasih
35
Bab 35 Cincin tunangan
36
Bab 36 Membeli parcel lamaran
37
Bab 37 Senyuman Bu Ristie
38
Bab 38 Parcel lamaran
39
Bab 39 Galau
40
Bab 40 Seserahan yang telat
41
Bab 41 Sepeda motor buat Anastasya
42
Bab 42 Awal masuk sekolah
43
Bab 43 Sidul sepupu Erlan
44
Bab 44 kasih sayang Bu Yuni
45
Bab 45 pujian buat Anastasya Putri
46
Bab 46 kerja keras Erlan
47
Bab 47 Rencana Liburan
48
Bab 48 Minta ijin Erlan
49
Bab 49 Celotehan Wulan dan Dewi
50
Bab 50 Ijin untuk Erlan
51
Bab 51 Pergi Liburan
52
Bab 52 Kejailan Wulan dan Dewi
53
Bab 53 Kehamilan Siska
54
Bab 54 Musibah menimpa Anastasya
55
Bab 55 Erlan pingsan
56
Bab 56 Senyuman Anastasya Putri
57
Bab 57 Beasiswa untuk Erlan
58
Bab 58 Bertemu kawan lama
59
Bab 59 Reno patah Hati
60
Bab 60 Rencana Liburan Erlan dan Putri
61
Bab 61 Liburan ke Kalimantan
62
Bab 62 Pesona Hutan Pinus Mentaos
63
Bab 63 Kesedihan Erlan
64
Bab 64 Kekesalan Dewi dan Wulan
65
Bab 65 Keberanian Putri untuk bertanya
66
Bab 66 Pertemuan Zein dan Putri
67
Bab 67 Obrolan antara Zein dan juga Putri
68
Bab 68 Ajakan Zein
69
Bab 69 Workshop
70
Bab 70 Tatapan Bos dingin
71
Bab 71 Perdebatan Bella dan Putri
72
Bab 72 Dia Putri
73
Bab 73 Perhatian Anastasya Putri
74
Bab 74 Danau Ronggo Jalu
75
Bab 75 Gadis kecil
76
Bab 76 Acara Wisuda
77
Bab 77 Kedatangan Reno ke rumah Putri
78
Bab 78 Berangkat ke Jakarta
79
Bab 79 Kesibukan Zein
80
Bab 80
81
Bab 81 Bekerja di cafe
82
Bab 82 Fitnahan
83
Bab 83 Interogasi
84
Bab 84 Makanan enak
85
Bab 85 Tawaran memasak
86
Bab 86 Rasa penasaran Reno
87
Bab 87 Kesuksesan Putri
88
Bab 88 Pertemuan tak terduga
89
Bab 89 Penolakan Putri
90
Bab 90 Pertemuan Daniel dengan mantan pegawainya
91
Bab 91 Kedatangan Erlan ke tanah air
92
Bab 92 Kasih sayang Erlan
93
Bab 93 Meminta restu
94
Bab 94 Kejutan untuk semua orang tuanya
95
Bab 95 Nadzar yang sudah terlaksana
96
Bab 96 Bertemu kawan lama
97
Bab 97 Ledekan Ibu Mertua
98
Bab 98 Kembali ke Jakarta
99
Bab 99 Sahabat terbaik
100
Bab 100 Pertanyaan yang sama
101
Bab 101 Putri yang malas
102
Bab 102 Kebohongan kecil
103
Bab 103 Tingkah aneh Putri
104
Bab 104 Emosi sesa'at
105
Bab 105 Tangisan pagi
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!