Kebimbangan Haura

Berhubung akhir pekan Harun dan Ursila pergi ke rumah Ursila, sekaligus menginap di sana. Pada sore Minggu mereka baru pulang ke rumah

"Haura mana Ma?", tanya Ursila

"Tadi katanya mau kumpul sama teman-temannya, sudah janjian", jawab mama Heni.

Tiba-tiba ada mobil dari luar, tidak biasanya Fadlan datang ke rumah apalagi saat akhir pekan seperti ini. Ursila bergegas memanggil Harun, karena pikirnya mungkin Fadlan datang karena ada keperluan dengan Harun. Ternyata Fadlan mengantarkan Haura pulang.

"Kok bisa pulang sama Kamu Lan", tanya Harun.

"Tadi gak sengaja ketemu di jalan, jadi aku ajak aja dulu jalan-jalan, kan sudah lama si gadis kecil ini tidak di Jakarta", balas Fadlan sambil menggoda Haura.

"Mas ini masih saja ya manggil aku seperti itu", kata Haura.

Ursila mempersilahkan Fadlan masuk ke rumah, mereka semua (Harun, Ursila, ayah, mama, Haura dan Fadlan) sangat senang bercengkrama dan bercanda di ruang keluarga rumah itu. Sampai tidak terasa hari mulai gelap.

"Kamu nanti aja pulangnya, sekalian sholat maghrib dan makan malam dulu ya", ajak ayah.

"Kalau dipaksa, kan saya tidak bisa menolak", ucap Fadlan

semua yang mendengar ucapan Fadlan tidak dapat menahan tawa.

Sejak saat itu Haura sesekali pergi jalan-jalan, nonton dan berbelanja dengan Fadlan. Bersama Fadlan setidaknya Haura melupakan kesedihannya. Tante Heni pun melihat perubahan pada Haura. Sehingga dia senang jika Fadlan menemani Haura.

*********

Seperti biasa jika tidak ada kesibukan Fadlan akan masuk ke ruangan Harun dan mengecek beberapa hal yang mungkin bisa dibantunya.

"Benar ternyata Anda disini. Pak Fadlan, ada tamu yang menunggu Anda di bawah", kata Friska salah satu pegawai kantor ketika membuka ruangan Harun.

"Baiklah aku ke sana", jawab Fadlan dan langsung melangkah meninggalkan ruangan.Tanpa dia sadari ternyata onselnya tertinggal

Harun ingin mengembalikan ponsel Fadlan dan berniat mengikutinya ke lantai bawah. Namun alangkah terkejut dilihatnya layar ponsel tersebut bukannya memasang foto Fadlan sendiri tapi malah foto Haura. Harun mulai curiga dengan temannya. Namun dia masih berusaha bersikap biasa saja.

Sampai pada jam makan siang.

"Nih ponselmu. Tadi tertinggal di ruanganku", Harun membuka pembicaraan seraya menyodorkan ponsel milik Fadlan.

"Ya Allah, Alhamdulillah aku kira hilang atau tercecer", ucap Fadlan

"Sejak kapan kau menyukai adikku?", tanya Harun tanpa basa basi

"Apaan? ngaco kamu", jawab Fadlan.

"Ayolah. Aku tadi tidak sengaja melihat layar ponselmu ada foto wajah adikku", kata Harun sambil menepuk bahu temannya itu.

Sementara Fadlan awalnya hanya terdiam lalu mengatakan, "Sudah lama bahkan sejak Haura masih kuliah, aku ingin mendekatinya tapi aku tahu dia juga sudah dekat dengan Riko" balas Fadlan dengan wajah serius.

"Dan sekarang?", tanya Harun.

"Maksudmu?", Fadlan malah bertanya balik.

"Apakah rasa itu masih ada? dan apakah kau mau menerima keadaannya sekarang", tanya Harun.

"Rasaku tidak berkurang. Dan aku akan menerima keadaannya", jawab Fadlan dengan wajah yang sangat serius.

"Seandainya kau bicara dari dulu, pasti sudah ku muluskan jalanmu. Tapi sudahlah, jujur aku senang bahwa kau sebagai temanku yang baik ternyata memiliki rasa dengan adikku. Dan jika kau mau aku bisa mengurusnya untukmu", kata Harun.

********

Beberapa bulan kemudian

Hari ini berhubung weekend Haura, Fadlan, Ursila dan Harun, tak lupa juga dengan mama Heni dan ayah untuk menghabiskan waktu dengan kumpul di rumah umi (orangt tua Ursila).

Haura, Ursila, Harun dan Fadlan memilih untuk bercanda dengan sangat hangat di teras rumah. Umi pun senang melihat rumahnya ramai dengan kedatangan mereka. Sedangkan umi seperti biasa asyik mengobrol dengan mama Heni dan ayah si dalam rumah.

"Kita main yuk, aku ada botol, aku akan putar dan jika beehenti dan mengarah kepada seseorang maka dia harus menjawab pertanyaan dari yang memutar botol ini", ajak Haura

"Bagus tuh, setuju", jawab Fadlan.

Awalnya yang memutar adalah Haura, dan berhenti kepada Harun.

"Ayo pertanyaannya harus yang mematikan", pinta Fadlan

"Apakah ada rahasia yang masih Mas rahasiakan dari Mbak Ursila? kalau ada rahasia apa itu?", tanya Haura sambil mengangkat alis.

"Aduh gimana ya?", Harun menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Maaf ya Sayangku Ursila aku ada merahasiakan sesuatu, sebenarnya minggu lalu aku beli sebuah motor antik, karena aku tahu kamu pasti marah jadi motornya aku taruh di rumah Fadlan", kata Harun mengungkapkan rahasianya, Ursila yang mendengar langsung memasang muka marah.

Fadaln hanya menutupi wajahnya karena takut kena semprot dan Haura bergumam di dalam hati, "Ya ampun salah pertanyaan"

"Berapa harganya?" tanya Ursila serius

Harun lalu membisikkannya di telinga istrinya. Fadlan, dan Haura hanya bisa mengira-ngira harga yang sedang dibisikkan Harun kepada Ursila, dan bagaimana respon Ursila.

"Hah mahalnya Mas, ya ampun uang segitu kan bisa kita belikan yang lain yang jauh lebih berguna", kata Ursila dengan kesal menepuk nepuk paha Harun.

"iya sekali ini aja janji. Sumpah...", ucap Harun.

Sudahlah kalau sudah terjadi ya mau apalagi, batin Ursila.

"Kita sambung lagi ya.... aku yang putar", kata Fadlan mencairkan suasana yang sudah tegang.

Dan botolnya berakhir pada Haura.

"Ra, kamu jangan kaget ya dengan pertanyaanku nanti. Begini Haura kita sudah lama kenal, dan aku jujur dari awal memendam rasa padamu, atas saran dari Mas mu, Mas Harun, aku mau untuk menjadikanmu pasanganku, bukan pacar, tapi maksudku sebagai istriku. Apakah kau menerima lamaranku?", tanya Fadlan

"Haha... hebat Mas aktingmu, sudah jangan bercanda. Jadi apa pertanyaan sesungguhnya?", tanya Haura.

"Maukah kau menjadi istriku?,ini adalah pertanyaan serius bukan main main Haura", kata Fadlan, sontak Haura yang mendengarnya langsung terdiam.

"Kamu tahu kan bagaiman aku? statusku apa? apa kata orang nanti. Lebih baik kamu cari perawan di luar sana", ucap Haura

"Haura, Mas tahu siapa Fadlan, dia laki laki baik, Mas yakin bersama dia kamu akan bahagia", kata Harun mendekati Haura.

"Tanya hatimu apa yang diinginkan hatimu Haura", kata Ursila menambahkan.

"Jangan paksakan, biar kau jawab nanti saja Haura, aku tidak apa apa menunggu, sudahlah aku kebetulan mau pulang juga, karena mamaku dari tadi sudah telpon menyuruhku untuk pulang. Assalamu'alaikum...", kata Fadlan lalu beranjak masuk ke mobil dan meninggalkan mereka.

jangan lupa like+komen.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!