"Ra, aku kepikiran untuk resign", ungap Ursila
"Gak, boleh, kalau Kamu gak ada aku sama siapa lagi teman yang bisa ku ajak makan siang bareng?", kata Aira
Dengan perlahan Ursila menjelaskan tentang kejadian pada hari sebelumnya. Dan Ursila berniat untuk fokus untuk program hamil. Aira mendengarkan dengan seksama, dia bingung harus merespon apa, kalau Ursila resign dia yang repot, tapi kalau dia mencegah bukankah itu namanya egois.
Sementara di tempat yang berbeda
"Aku sebenarnya kasian Lan sama istriku, dia sepertinya terbebani dengan keinginan mama untuk punya cucu, sedangkan kamu tau istriku belum juga hamil", cerita Harun kepada Fadlan
"Saranku kau dan kakak ipar ambillah cuti untuk berbulan madu", saran Fadlan. "Lagipula kalian kan belum pernah berbulan madu", tambahnya.
Harun memikirkan saran dari sohibnya itu dengan serius. "Bisa jadi, Kamu walau belum nikah, tapi pintar juga ya urusan begini", sahut Harun.
"Yah teganya Kau, makanya carikanlah pasangan untukku agar aku tidak kesepian lagi", pinta Fadlan.
"Cari sendiri", jawab Harun singkat.
**********
Setelah sampai ke rumah, Ursila meminta Harun untuk duduk di teras sejenak, dan dia utarakan niatnya untuk resign dari kantor.
"Kamu yakin?", tanya Harun.
"Sebenarnya sih....",
Belum selesai Ursila menjawab, tante Heni dan suami datang keluar dari pintu, tante Heni berkata "Sayang, mama tahu kamu sangat mencintai profesimu, dan kamu juga sangat peduli dengan kebahagiaan mama, tapi kebahagiaan mama tidak hanya pada hadirnya cucu, mama dianugerahi menantu sebaik kamu saja mama sangat bersyukur dan bahagia".
Ursila mendengar kalimat tante Heni, sontak berdiri dan memeluk tante Heni. "Ursila sayang sama mama", sambil mengeluarkan air mata.
Harun dan ayah yang melihat pemandangan ini pun juga merasa terharu.
"Kamu tidak salah pilih menantu untuk kami", ucap ayah sambil meraih pundak Harun.
"Yuk masuk, kalian pasti sudah sangat lelah sepulang bekerja", suruh tante Heni.
Harun dan Ursila pun segera ke kamar, mereka menyegarkan diri dengan mandi dan dilanjutkan salat berjamaah di musholla rumah yang ada di lantai bawah. Seusai salat isya merekapun melangkah ke meja makan.
Di sela-sela makan malam.
"La, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke Yogya, kampung halamanku, kita bisa menengok keluarga di sana sekaligus kita bisa gunakan waktunya untuk berbulan madu", ucap Harun.
"Mama setuju, setuju sekali, kalian hampir tiga bulan nikah, tapi tidak pernah berbulan madu, kamu jangan menolak ya La", ucap Mama.
"Tapi kan kasian mama dan ayah tidak ada yang menjaga", sahut Ursila
"Kamu tenang saja La, lagipula keluarga kami yang tinggal di Yogya pasti senang jika mengetahui rencana ini. Keluarga besar kami di Yogya kan kemarin itu banyak yang tidak bisa hadir pada saat pernikahan kalian, mereka pasti penasaran dan ingin mengenal kamu", kata ayah.
"La, jadi bisakan kamu atur cuti di kantor untuk agenda kita nanti?", tanya Harun
"Baik Mas besok aku bicarakan dengan atasanku", jawab Ursila
Selesai makan, Ursila membantu mama membersihkan meja makan dan mencuci piring. Sedangkan Harun hanya menyambung pembicaraan yang serius mengenai kantor dengan ayah. Melihat Ursila yang sudah selesai membereskan semuanya, Harun mengajak Ursila untuk ke kamar.
"Tumben, biasanya ke ruang kerja dulu atau berbicara dengan ayah mengenai bisnis, atau melanjutkan kesibukannya menelpon para teman bisnisnya". batin Ursila menatap suaminya dengan tatapan heran.
Ursila mengikuti langkah kaki suaminya. Sesampainya di kamar Harun meminta Ursila duduk di kursi tempat Ursila biasanya merias wajah. "Kamu tunggu sebentar", pinta Harun beranjak mengambil sebuah kotak kecil dari dalam lemari. Dan Ursila hanya diam dengan memasang wajah penasaran.
Harun membuka kotak tersebut, Ursila terkejut melihat isinya yaitu sebuah kalung berlian, dengan hati-hati Harun memasangkannya di leher Ursila dan memalingkan badan istrinya ke arah cermin.
"Mas, kamu....",
"Selamat ulang tahun. Kamu suka La?", tanya Harun
Ursila hanya mengangguk, dia sudah kebingungan harus mengeluarkan kalimat apa.
Harun mengalungkan tangannya di leher Ursila lalu mencium bahu istrinya. "La, Aku minta maaf selama ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sampai aku malah mengabaikanmu, aku janji mulai sekarang kamu adalah prioritasku. Ursila Nur Salim, aku mencintaimu", kata Harun lalu kembali mencium bahu istrinya.
Ursila hanya diam mematung dengan air mata yang tak sadar jatuh dari matanya. Bukan air mata kesedihan tapi air mata karena bahagia. Padahal seharian dia mengira Harun lupa dengan ulang tahunnya. Tapi ternyata sangkaannya itu salah.
"Mas bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padamu? Tuhan terimakasih sudah memberikanku suami sebaik Mas Harun", batin Ursila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Amin Tohari
Tuhan terima kasih engkau memberikan suami yg baik 😍
2020-06-06
1