Harun memilih ke ruang kerjanya dulu, pikirnya lebih baik memberi waktu kepada istrinya agar bisa lebih tenang. Dan ketika semua sudah tidur, Harun baru keluar dari ruang kerjanya dan pergi menuju kamar. Di dalam kamar dilihatnya Ursila sudah tertidur seperti biasa di sisi kiri ranjang dan membelakanginya.
Perlahan Harun naik ke atas ranjang mendekat kepada Ursila.
"Sayang...", lalu mencium leher istrinya itu.
"Kamu jahat ya Mas", ucap Ursila yang dari tadi dikira sudah tidur sambil mengambil posisi duduk, "Enak sekali kamu main peluk-pelukan dengan Tania. Aku memang tidak secantik dan seseksi dia. Tapi apakah pantas kamu seperti itu Mas?", tambah Ursila.
"Sayang, kamu itu istriku, aku sayang sama kamu, dan aku juga tidak selingkuh dengan siapa-siapa, apalagi Tania. Dia hanya masa laluku dan lagipula kami tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh", jawab Harun.
"Kamu bilang pelukan bukan hal yang aneh. Oh aku yang beda sama kamu Mas, bagi kamu mungkin itu biasa, tapi bagi aku tidak. Jangankan dipeluk, disentuh oleh laki-laki lain selain kamu saja aku tidak pernah. Dan kamu bilang pelukan bukan hal yang aneh. Tolong Mas pahami aku!", kata Ursila menjelaskan dengan amarah yang masih berkobar.
"Sudahlah, malas aku bicara sama kamu Mas", tambah Ursila yang keluar dari selimut dan melangkah keluar sambil membanting pintu.
Sontak Harun terkejut mendengar kalimat itu. Dia sadar kesalahannya. Dalam pergaulan Harun berpegangan tangan dan peluk adalah hal biasa, tapi bagi Ursila yang besar di lingkungan pesantren itu adalah hal yang sangat memalukan. Harun menyadari kesalahannya, seharusnya dia paham bagaimana istrinya, dan mampu berusaha menjadi suami yang baik bagi istrinya.
Harun pun memutuskan untuk turun mencari Ursila, dan ternyata Ursila sedang duduk di salah satu kursi ruang makan yang letaknya tidak jauh dari dapur.
Harun perlahan duduk disebelah Ursila, menjelaskan keadaan yang sebenarnya dan meminta maaf kepada Ursila karena selama ini dia tidak menyadari kesalahannya, dia menganggap segala sesuatu yang menimbulkan kecemburuan Ursila adalah hal biasa, padahal itu sangat fatal bagi Ursila.
Perlahan Ursila memandang wajah Harun, dilihatnya sorot mata ketulusan dari suaminya itu. "Mas.. aku maafin kamu, dan aku juga minta maaf karena telah salah paham denganmu", kata Ursila.
Harun meraih dagu Ursila dan dia mendaratkan satu ciuman tepat di bibir Ursila. Ursila merasakan kehangatan dari ciuman itu, setelah Harun melepaskan ciumannya Ursila langsung mengambil nafas panjang.
"Oksigen.. Oksigen... ", batin Ursila
"Kamu sudah lama di sana Gaza?", tanya Harun ketika menyadari ada seseorang di belakang mereka.
Ursila mendengar itu, langsung memalingkan wajah membelakangi Gaza dan menutupi wajah malunya.
"Aku cuma ambil air dingin Mas", kata Gaza menunjukkan botol yg berisi air dingin yang ada di tangannya dan bergegas naik ke kamar.
"Kau menghancurkan momennya saja Gaza", batin Harun.
Sementara Gaza di dalam kamar masih saja terkejut dengan apa yang telah dia lihat.
Setelah kejadian itu hubungan Ursila dan Harun semakin lengket. Mengenai Tania, Harun sudah memberi ultimatum keras kepada Tania agar tidak mengganggu Ursila dan hubungannya bersama Ursila. Tania yang sakit hati akhirnya memutuskan untuk pulang menemui orangtuanya di Belanda.
Entah kenapa dari pagi Ursila merasa kurang enak badan, namun dia tetap mengusahakan menemani Harun untuk mengantar Gaza ke bandara.
"Hati-hati ya Dek, nanti kamu sering-seringlah kemari", kata Harun.
"Iya Mas aku makasih banyak sudah ditampung selama seminggu di rumah kalian, gratis lagi. Kau kenapa La, terlihat pucat?", tanya Gaza.
"Tidak ada apa-apa Mas Gaza. Eh pesanku nanti ke sini sudah bawa ipar untuk kami ya", jawab Ursila sambil tertawa kecil.
Gaza dan Harun pun ikut tertawa mendengar candaan dari Ursila.
Perjalanan pulang ke rumah seakan berat sekali bagi Ursila. Kepalanya semakin pusing.
"Ya Allah ada apa ini? Kenapa kepalaku terasa sangat pusing", tanya Ursila dalam hati.
Turun dari mobil, sakit kepala yang dirasakan Ursila makin menjadi.
"Sayang, kamu istirahat saja ya..", kata Harun sambil menahan badan istrinya yang sangat lunglai untuk menuju ke kamar, sampai akhirnya Ursila pun jatuh pingsan.
Harun bergegas membawa Ursila ke kamar, mama dan ayah yang melihat kondisi Ursila merasa khawatir.
Setelah terbangun. Dilihat Ursila suaminya yang duduk di dekatnya, Ursila paham tatapan khawatir dari suaminya, langsung dia sentuh pundak dan turun menggenggam tangan suaminya.
"Kamu kenapa La?", tanya Ursila
"Tidak apa-apa Mas. Entah kenapa tadi kepalaku pusing sekali, dan kini sudah agaj enakan kok", jawab Ursila untuk menenangkan semua anggota keluarga
"Nanti sore kita ke dokter ya..!", ajak tante Heni.
Ursila menggangguk..
"Ya sudah ibu buatkan kamu sup ya Nak", kata tante Heni sambil melangkah keluar kamar dan diikuti oleh sang suami.
Setelah pintu tertutup.
"Aku benar-benar khawatir", kata Harun cemas.
"Tidak apa-apa sayang", mengambil posisi duduk dan mengusap wajah Harun. "Aku tahu kamu nanti sore akan sibuk, biar aku periksa sama mama saja ya", kata Ursila kembali untuk menenangkan suaminya, sambil mengukir senyum yang setidaknya akan mampu meringankan hati suaminya.
********
Ursila dan tante Heni berangkat dengan diantar Kang Maman, sopir andalan di rumah ini.
"Bagaimana Dok, menantu saya baik baik saja kan?" tanya tante Heni.
"Dia baik-baik saja, sepertinya hanya kelelahan, dan perbanyak makan vitamin ya, ini saya tuliskan resep obat", jelas Dokter.
Ursila menangkap wajah kecewa dari wajah tante Heni. Ia paham tante Heni sangat menginginkan kehadiran cucu. Haura sudah bertahun-tahun menikah tapi belum bisa memberikan cucu, begitu juga dengan Ursila.
Di dalam mobil, awalnya terasa hening, Ursila memutuskan untuk meraih tangan tante Heni dan berkata, "Ma, Ursila tahu mama pasti kecewa karena tidak seperti yang mama harapkan, maafkan Ursila masih belum bisa kasih cucu buat mama dan ayah".
Tante Heni sontak kaget mendengarnya. Memang betul apa yang dikatakan menantunya. Namun dia juga tidak bisa memaksakan kehendak Tuhan.
"Mama tidak marah, lagipula Kamu itu baru dua bulan menikah", ucap tante Heni menenangkan.
Ursila pun membalas dengan senyum, dan menyandarkan kepalanya di pundak tante Heni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
riza mulianidkp
dipercakpan ada bilang bertahun2 nikahnya pdahl baru dua bulan.. perhatikanlagi ya ... biar singkron...
2020-06-26
0
Amin Tohari
sabar Mak pasti nanti menantumu memberikan cucu untuk mu mak
2020-06-06
2