Beberapa hari telah berlalu, Harun masih saja teringat dengan temannya yang dulu tomboy dan kini menjadi gadis cantik nan jelita, dia adalah Ursila. Seluruh anggota keluarga, dan teman sekantornya juga melihat ada perubahan pada diri Harun. Harun yang sekarang terlihat sering melamun, suka senyum senyum sendiri.
"Lagi jatuh cinta ya? Kalau boleh tahu siapa sih dia?", tanya Fadlan membuka pembicaraan pada makan siang.
"Sotoy..", jawab Harun
"Wajahmu itu tidak bisa bohong", balas Fadlan
Harun masih beeusaha menutupi wajah malunya. Sudah seperti dukun saja temannya ini bisa membaca apa isi hati Harun.
"Mas Harun, sapu tangannya ketinggalan di rumah", kata Ursila dari arah belakang Harun lalu menyodorkan sapu tangan.
"Makasih ya La", kata Harun yang masih terkejut dengan kedatangan Ursila secara mendadak.
"Sama-sama Mas. Ya sudah saya duluan ya, sepertinya jam makan siang akan segera habis", jawab Ursila lalu pergi meninggalkan Harun dan Fadlan.
Fadlan yang dari tadi melihat Harun seperti terhipnotis setelah kedatangan Ursila langsung berkata, "Oh dia..", sambil tersenyum. "Kalau aku jadi kamu, aku kejar terus ajak bicara atau ajak untuk nanti pulang bersama", saran Fadlan.
"Pintar kamu", jawab Harun dan langsung mendekat ke arah Ursila dan Aira yang akan pergi meninggalkan tempat tersebut.
"La, tunggu.. ", kata Harun.
"Ada apa Mas?", jawab Ursila sambil membalikkan badan menghadap Harun, dan dengan senyum tipis di bibirnya.
"La, kamu nanti pulang...". Belum selesai Harun bertanya Ursila spontan menjawab, "Sama temanku", menjawab singkat sambil langsung merangkul tangan Aira.
"Sepertinya aku nanti tidak bisa mengantarmu, aku ada urusan mendadak, harus pulang secepatnya", kata Aira. Aira menangkap aura jatuh cinta dari Harun. Dan sepertinya Harun adalah orang yang baik. Kenapa tidak dia muluskan saja jalannya.
"Aku jemput ya, kantormu yang mana?", tanya Harun sigap.
Aira hanya menjawab dengan menunjuk ke arah kantor tempatnya bekerja.
**********
Sore hari
"Jadi benar dia orangnya. Ternyata seleramu itu perempuan seperti itu, pantas kamu tidak melirik para pegawai wanita di sini karena kebanyakan mereka pakaiannya terbuka", goda Fadlan.
"Sudahlah, aku mau pulang", sahut Harun
"mau jemput dia kan", balas Fadlan dengan menaikkan alisnya.
Harun tidak menghiraukan apa yang dikatakan temannya. Dia bergegas menuju mobil dan menuju kantor tempat Ursila bekerja.
Sedangkan di tempat lain,
"ciye ada yang di jemput," dengan nada menggoda. "Kalau dilihat orangnya baik sih, ganteng, gagah, aduh paket komplit", goda Aira
"Apa? Dia itu temanku dari kecil. Tidak ada apa-apa juga di antara kami. Lagi pula kenapa harus bilang ada keperluan mendadak, harus cepat pulang, akalmu Ra", sahut Ursila dengan muka jutek.
"Hehe... eh itu sudah dijemput, sudah sana masuk, hush...", kata Aira.
Ursila masuk mobil dan sebelumnya dia meolotot ke arah Aira, namun Aira tidak memperdulikannya.
"Jaga teman ku baik baik ya", kata Aira sambil melambaikan tangan melepas kepergian Ursila dan Harun.
Sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara sekedarnya, berbeda dengan pembicaraan tempo hari yang lebih lepas. Harun merasakan jantungnya berdegup kencang.
Tiba tiba Harun menepi dan menghentikan mobilnya di daerah yang tidak terlalu ramai.
"Kenapa Mas?", tanya Ursila penasaran.
"La, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku merasa aku mencintaimu La dan aku tidak mau hubungan yang main-main, aku berniat untuk melamarmu. Bagaimana La?", tanya Harun
Sontak Ursila kaget, dia memang mengenal Harun dari kecil, namun mereka baru saja bertemu. Apakah ini tidak terlaku cepat.
"Kamu sudah memikirkannya baik-baik?", tanya Ursila.
"Aku yakin La", balas Harun. Lalu dia memandang ke arah Ursila dengan tatapan yakin, "Ursila Nur Salim, maukah kamu menikah denganku?"
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang, beri aku waktu", jawab Ursila dengan hati-hati.
"Sampai kapan?", tanya Harun sigap.
"Aku tidak mau membuatmu menunggu terlalu lama. Aku akan memberi jawaban satu minggu lagi. Dan aku mohon masalah ini kita rahasiakan dari orang tua kita masing-masing sampai aku memberi jawaban", kata Ursila.
******
Rumah
"Assalamu'alaikum", salam dari Ursila seraya membuka pintu yang tidak terkunci.
"Wa'alaikumussalam", jawab umi.
Ketika pintu terbuka alangkah terkejutnya Ursila melihat ternyata ada tante Heni di ruang tamu. Dan tante Heni dengan umi balik menatap penasaran kepada Ursila dan Harun yang pulang bersama-sama.
Takut makin panjang sangkaan dari umi, Ursila menjelaskan alasan dia pulang diantar oleh Harun.
Dan Harun langsung mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kepada ibunya "Tadi ke sini pakai apa Ma?".
"Taxi. Kebetulan kamu ada Run , Bu Ningsih saya pamit ya, tidak terasa hari hampir malam", kata tante Heni pamit.
Tante Heni pun pulang bersama dengan Harun. Seperti sebelumnya, Harun menyempatkan curi pandangan, melihat Ursila dari balik kaca spion mobilnya.
********
Di perjalanan
"Kamu apakan anak orang Run sampai pucat pasi seperti itu?", tanya tante Heni
"Saya cuma antar dia pulang dengan selamat, sudah", jawab Harun membela diri. Padahal dia tahu alasan dibalik wajah pucatnya Ursila dan dia tertawa kecil karena hal itu. Harun merasa senang, setidaknya tidak ada lagi yang mengganjal di hatinya. Dan rasanya ingin sekali agar waktu berputar lebih cepat agar dia tahu jawaban dari Ursila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments