3 tahun telah berlalu.
Seusai wisuda, Ursila bekerja sebagai manager marketting di salah satu perusahaan penerbitan buku. Bunga melanjutkan studi S2 di Universitas Indonesia, Ursila dan Bunga hanya sesekali saja bertukar kabar, ya mungkin karena kesibukan masing-masing. Dan mengenai Gaza, Ursila tidak tahu lagi kabar mengenainya.
Hari ini sepulang dari kantor tepatnya sore hari Ursila mengajak temannya untuk menikmati kopi kesukannya di restoran tempatnya dulu bekerja.
"Wah sudah datang kopinya, makasih ya Bang Ucok", kata Ursila sambil menunjukkan wajah tidak sabar untuk meminumnya.
"Iya, nanti sering-sering ke sini, kami sudah rindu sama Ursila", balas bang Ucok.
"Kok gaya bahasanya kaya sudah akrab gitu sih sama Kamu La?", tanya Aira penasaran.
"Ya jelaslah, aku dulu pas kuliah sambil kerja di sini", jawab Ursila menjelaskan.
Aira adalah sahabat Ursila, mereka sangat dekat walau baru mengenal sekitar 1 tahun semenjak Ursila masuk bekerja di kantor. Orangnya gokil dan ceplas ceplos. Dan satu hal yang paling disukai Ursila dari Aira adalah dia orang yang tulus dalam berteman.
Hampir semua tentang Ursila, Aira mengetahuinya. Salah satunya cerita mengenai kandasnya percintaannya dengan Gaza. Berkali-kali Aira menjodohkan dengan laki-laki lain, tapi tidak ada satupun yang dapat mendobrak pertahanan gerbang hati Ursila.
Sehabis berbincang dan menghabiskan makanan yang sudah dipesan, mereka pun memilih untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mengistirahatkan diri.
Baru saja Ursila menaiki motornya, dilihatnya seorang ibu-ibu terlihat seperti kebingungan sambil melihat-lihat keadaan jalan. Tanpa ragu Ursila mendekat.
"Asaalamualaikum, ada apa ya Tante, dari tadi saya lihat tante seperti kebingungan dan seperti memantau-mantau keadaan jalan?", tanya Ursila penasaran.
"Wa'alaikumussalam, saya mau pulang, dari tadi sudah menghubungi anak saya untuk minta dijemput, tapi tidak diangkat juga, sepertinya dia sedang sibuk di kantor. Mau naik taxi, tapi dari tadi tidak ada taxi yang lewat", balas tante Heni
"Memangnya rumah Tante dimana?", tanya Ursila
"Jalan Mawar nomor 20", jawab tante Heni
"Oh tidak jauh, bagaimana kalau Tante ikut saya, saya tau jalan itu, dan kebetulan saya ada bawa helm, karena pagi tadi habis antar ibu saya ke pasar dan lupa taruh balik di rumah", kata Ursila menyodorkan bantuan
"Benar juga ya, apalagi ini sudah sangat sore dan dari tadi tidak ada taxi, baiklah saya ikut Kamu", balas tante Heni
Ursila membawa tante tersebut ke alamat yang ditunjukkan. Sesampainya di depan rumah tante ini, Ursila kagum memandangi eksterior dari rumah itu yang bergaya minimalis, dengan tingkat dua, halaman yang cukup luas, di halamannya terdapat berbagai macam tanaman sehingga halamannya tampak asri dan juga teduh.
Tante tersebut awalnya menyodorkan uang kepada Ursila sebagai tanda terimakasih, namun Ursila menolak karena dia menolong dengan ikhlas.
"Saya ucapkan terimakasih ya. Kalau boleh tahu siapa namamu Nak?", tanya tante Heni
"Ursila", jawab Ursila singkat
"Saya Heni. Nanti kalau ada waktu, silahkan bertamu. Jangan sungkan! Sekali lagi terimakasih ya Ursila", kata tante Heni
"Assalamualaikum tante Heni", salam Ursila sambil mengambil dan menyalimi tangan Heni
"Wa'alaikumussalam Nak, hati hati ya", jawab Heni
Heni memandangi kepergian Ursila. Heni menyukai kepribadian Ursila. Walau baru bertemu, dia merasa bahwa Ursila adalah gadis yang baik.
"Andai saja aku punya anak perempuan seperti dia", kata Heni dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dahlina sari
jgan2 tante heni mamh nya gaza
2020-05-10
2