Keluarga besar

"Kalian hati-hati ya di sana", pesan mama.

"Titip salam sama keluarga di Yogya, kamu juga jangan lupa tengok nenekmu", pesan ayah.

"Iya.. kami pamit yaa....", ucap Harun

Mereka mencium tangan orang tua mereka.

"Assalamu'alaikum", Harun dan Ursila lalu melangkah pergi.

Baru duduk disalah satu kursi pesawat wajah Ursila sangat gelisah dan gugup.

"Maklum kalau pertama kali", ucap Harun menenangkan

"Nampak sekali?", tanya Ursila dengan wajah malu.

Harun hanya meraih kepala Ursila dan meletakan di bahunya.

"Siapa saja yang ada di Yogya?", tanya Ursila

"Banyak. Yang pasti keluarga besar ayah, karena ayah kan asli orang Yogya sedangkan mama orang Palembang. Kamu tenang saja, keluarga kami itu ramah aja kok. Jangan kamu berpikiran mereka tidak akan menerima kamu", Harun menenangkan.

Bandar Udara Adisutjipto

Gaza sudah bersiap menunggu kedatangan Harun dan Ursila

"Assalamu'alaikum, bagaimana penerbangannya Mas?", tanya Gaza

"Alhamdulillah lancar.", jawab Harun

Mereka pun segera ke rumah keluarga Harun. Dibayangan Ursila mereka akan disambut oleh keluarga besar dari ayah. Ternyata ketika datang tidak ada siapa-siapa.

"Sayang, katamu ke Yogya bertemu keluarga besar. Tapi kok sepi begini?", tanya Ursila

"Haha... maaf sayang aku tidak mengatakan sebelumnya, kita tidak tinggal di rumah nenek tapi tinggal di sini. Ini adalah rumah yang dulu dibeli ayah dan mama waktu mereka harus pindah ke sini", Harun menjelaskan.

Ursila beranjak melihat sekeliling rumah. Rumah ini tidak sebesar rumah mereka di Jakarta. Rumah ini hanya memiliki satu tingkat, luas, halamannya pun juga luas, beegaya klasik dengan banyak menggunakan unsur kayu, Ursila dapat menebak bahwa usia rumah ini tidaklah muda

"Rumahnya ini kaya kamu ya", ucap Ursila

Harun mengernyitkan dahi, "Kuno maksudnya?", tanya Harun

"Unik. haha...", jawab Ursila untuk menggoda

"Aduh pengantin baru... Kasihanilah aku yang mendengar gombalan kalian, haha.... Kalian istirahat dulu ya, aku sudah bilang sama pakde Jarwo untuk menyiapkan kamar kalian, hari sudah terlalu sore begini saranku besok saja menemui nenek dan semuanya. Aku pamit ya", ucap Gaza.

"Makasih banyak ya Dek", ucap Harun.

"Sama-sama Mas, kalian nikmatilah waktu kalian berdua disini", menepuk pundak Harun, dan Ursila menunjukkan wajah malunya. "Assalamu'alaikum", salam dari Gaza lalu menutup pintu.

"Wa'alaikumussalam", Harun dan Ursila.

Ursila membuka kamar yang sudah disiapkan. Ursila tercengang melihat kamar yang akan mereka tempati, kamar yang lumayan besar, ranjang menghadap ke pintu kaca yang diluarnya menampakkan keindahan taman belakang.

Malam..

"Kamu kenapa sih milih tidur di sini. Kenapa tidak di rumah nenek?", tanya Ursila.

"Kalau kita tidur di sana apa bedanya dengan kita di Jakarta? Kalau di sini kan enak kita bisa berduaan", jawab Harun

"Sebenarnya niat dia mengunjungi keluarga besar hanya sekian persen, niat paling besarnya adalah bulan madu", batin Ursila

Ursila terkejut karena tiba-tiba Harun menarik tubuhnya sehingga tidak ada jarak di antara mereka. "Yuk..."ajak Harun.

"Apa...?", tanya Ursila karena dia benar benar maksud Harun

"Yuk buat cucu untuk orang tua kita", ucap Harun lalu menggendong Ursila menuju kamar.

**********

Sesudah sarapan, mereka pergi mengunjungi rumah keluarga besar Harun menggunakan motor milik Pak Jarwo.

"Pakle Jarwo itu siapa kamu sih?", tanya Ursila

"Pakle Jarwo itu adik angkatnya ayah, karena rumah ini tidak ada yang urus maka ayah minta Pakle Jarwo untuk mengurusnya", jawab Harun

Perjalanan mereka lakukan. Selama diperjalanan Harun selalu meminta Ursila untuk memeluk nya dari belakang. Ursila sebenarnya tidak mau, tapi namanya dipaksa ya sudahlah.. Perjalanan menuju rumah nenek tidak lama karena jaraknya tidak jauh.

Sesampainya di sana mereka disambut dengan sangat hangat. Ursila yang awalnya khawatir jika tidak terima, sesampainya disana langsung sirna sangkaannya sebelumnya.

"Nenek dimana Pakle?", tanya Harun

"Di ruang tengah, dia menunggu kalian dari tadi", kata Pakle

Lalu Pakle membawa ke ruang tengah, terlihat seorang perempuan yang sudah tua tengah duduk di atas kursi roda.

"Assalamu'alaikum Nenek, bagaimana kabarnya?", tanya Harun yang bersimpuh di hadapan neneknya.

"Wa'alaikumussalam, wah cucuku Harun.." wajah ceria dari nenek, "Kamu datang dengan siapa? Mana istrimu", tanya nenek.

"Nek ini istriku", menarik tangan Ursila, Ursila pun ikut bersimpuh di hadapan nenek dan mencium tangan nenek. "Cantikkan Nek?", tanya Harun.

Nenek memegang kedua pipi Ursila dengan kedua tangannya, "Benar kata Heni bahwa menantunya adalah perempuan yang cantik", puji nenek.

Ternyata benar kata Harun, keluarga mereka adalah keluarga yang hangat. Keluarga besar maksud disini benar benar keluarga besar. Banyak sekali orangnya, sampai Ursila kebingungan tidak bisa menghafal nama mereka semua. Sebenarnya ini adalah rumah kakek yang diwariskan kepada Pakle Riduan (ayah Gaza). Sedangkan saudara yang lain memilih untuk tinggal di dekat situ. Jadi bisa disebut rumah Pakle Riduan adalah basecamp atau tempat semua berkumpul. Dan setiap hari raya orang tua Harun pulang untuk ikut berkumpul bersama.

Sehabis salat maghrib Harun dan Ursila memutuskan untuk pulang.

Di perjalanan pulang "Sayang... enak ya punya keluarga sehangat itu", ucap Ursila

"Alhamdulillah, makanya sudah ku bilang kan kamu jangan khawatir. Eh lapar nih, kita singgah yuk aku tahu restoran dekat sini yang makanannya enak enak", ajak Harun

"Yuk.. cacing diperut ku juga sudah berdendang", balas Ursila Ursila

S**emoga tidak bosan. Terimakasih yang sudah like+komen (kritik, kasih saran) 🙏🙏🙏🙏**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!