Hari sudah berganti malam. Malam ini umi menyiapkan masakan kesukaan Ursila yaitu sup ayam jamur. Disela-sela makan malam Ursila dan umi saling berbincang mengenai hari yang telah dilewati.
"La, hari Minggu Kamu sibuk tidak? Umi mau ngajak kamu ke kondangan teman umi, itu si Asiyah teman kamu pas di pesantren anaknya ibu Dela", kata umi.
"Hah dia nikah Mi? Wah sudah sampai ya jodohnya. Kebetulan tidak ada kesibukan sih. Baiklah kita nanti berangkat bersama, tapi motor Ursila mau di sevice, tidak apa apa kan kalau kita naik taxi?" tanya Ursila kepada umi.
"Iya tidak apa-apa. Tuh Asiyah sudah nikah. Kamu kapan Nak? Umi sudah tidak sabar melihat kamu untuk berumah tangga", kata umi.
"Mi, kan sudah dibahas. Sudahlah, Ursila mau salat isya dulu Mi", sahut Ursila.
Ursila bergegas membereskan meja makan, membersihkan piring lalu mengambil wudhu untuk salat Isya'. Umi tahu betul kelakuan anak semata wayangnya ini, Ursila sudah sangat malas membahas hal mengenai pernikahan dan perjodohan.
********
Hari Minggu, kondangan Asiyah.
"Ya Tuhan Asiyah cantiknya Kamu", puji Ursila ketika menyapa pengantin.
"Makasih Ursila sama Tante sudah datang, semoga lekas nyusul Ursila", goda Asiyah sambil memandang ke arah Ursila sambil tersenyum.
"Doakan saja", sahut umi singkat.
Setelah menyapa pengantin, umi dan Ursila berniat untuk segera pulang. Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya mendekat dan mengajak umi berbicara. Wanita itu tidak lain adalah Heni, wanita yang tempo hari diantar pulang oleh Ursila.
"Ibu Ningsih! Ya Allah lama sekali kita tidak bertemu", kata Heni.
"Masya Allah, iya sudah berapa tahun ya, hampir 10 tahun lebih. Ini anak saya Ursila, Kamu sama siapa ke sini?", tanya umi kepada Heni.
"Oh ini anakmu Sih? Kemarin dia tolong aku mengantar ke rumah. Ya Allah Ursila sudah jadi gadis cantik, tidak kenal lagi aku sama dia. Aku ke sini dengan anakku Harun", jawab Heni sambil menunjuk seorang laki-laki dari kejauhan.
Tante Heni memberi isyarat kepada anak laki-lakinya untuk mendekat. Laki-laki itu mendekat, Ursila memandang sambil mengingat-ingat wajah dari laki-laki itu, sepertinya dia pernah melihat, tapi dimana? sungguh dia lupa.
"Tante Ningsih apa kabarnya?", tanya Harun
"Baik Harun, wah kamu sudah besar tambah ganteng saja", puji Umi dan Harun hanya membalas dengan senyum.
"La, kamu ingat tidak ini Harun? Teman masa kecilmu dulu, dulu tetangga kita sebelum mereka pindah ke Yogya", kata umi mengingatkan Ursila yang terlihat masih bingung.
Ursila masih menerawang memori di masa kecil. Maklum jika memorinya samar-samar karena Harun dan keluarganya pindah ketika Ursila masih berumur 4 tahun.
"Ursila?" menunjuk wajah Ursila dengan heran. "Wih bocah tomboy sudah jadi gadis cantik ya", canda Harun.
"Kesan pertama setelah sekian lama bertemu, kok malah seperti ini sih", gumam Ursila dalam hati.
"Kami mau pulang, rumah kami masih di tempat yang dulu, nanti Kalian kalau tidak sibuk, datang ya!" kata umi.
"Ke sini pakai apa?", tanya tante Heni.
"Naik taxi tante, soalnya motor Ursila lagi diservice", jawab Ursila
"Lebih baik ikut kami saja! Kami juga mau pulang, lagipula sudah lama saya tidak ke rumah kamu Sih", ajak Heni.
Umi pun menyetujui ajakan Heni.
Umi dan Heni duduk di belakang. Ursila melihat Heni dan umi yang sangat lengket dan tidak berhenti mengobrol, maka dia putuskan duduk di depan.
"Kok di depan?" tanya Harun. "Padahal tidak apa-apa juga kalau Kamu ikut duduk di belakang", tambah Harun.
"Tidak apa-apa Mas, kalau aku duduk di belakang, Mas kan sendirian di depan, kesannya Mas Harun kaya sopir", kata Ursila sambil tertawa kecil.
"Benar juga ya, haha...", balas Harun sambil tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments