Memang Cantik

Ibu sedang asyik sekali mengobrol dengan tante Heni. Maklumlah mereka dulunya adalah tetangga yang sudah sangat akrab bahkan seperti saudara sendiri. Daripada mengganggu Ursila dan Harun lebih memilih duduk sembari meminum teh di teras rumah.

"Rumahmu tidak berubah ya..", kata Harun

"Ya beginilah rumah kecilku", sahut Ursila. Ia masih ingat rumah yang dilihat tempo hari, kalau dibandingkan rumah Ursila ya kalah telak. Rumah ini hanya rumah kecil dengan gaya klasik jawa.

"Rumahmu ini walau kecil, tapi bawaannya adem sekali. Banyak kenangan di sini. Terutama kenangan dengan paman Salim. Pasti berat ya bagi kamu dan tante Ningsih menghadapi, apalagi aku tahu paman adalah tulang punggung keluarga. Sudah berapa lama abi meninggal La?", tanya Harun

"3 tahun. Ya betul katamu Mas, awalnya kami berat karena kepergian abi juga mendadak. Dan masalah finansial, kami juga sempat mengalami kesulitan, karena itu saya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja", Ursila menjelaskan dengan tak sadarnya air matanya jatuh ke pipi. Karena sudah lama dia tidak membicarakan tentang abi di hadapan orang lain.

"Kamu dan tante Ningsih wanita hebat La", jawab Harun sambil menyodorkan sapu tangan di sakunya.

"Jangan bilang sama umi ya kalau aku nangis seperti ini, aku selama ini selalu menutupi tangisku, takut kalau umi juga ikut sedih", pinta Ursila sambil mengelap pipinya yang basah.

"Iya, tapi ada balasannya", jawab Harun

"Apa? Kamu jangan minta yang aneh aneh ya", sahut Ursila

"Tenang, aku tidak akan minta kamu keliling dunia atau memastikan bumi berputar pada porosnya, hahaha.... ", jawab Harun sambil tertawa

Merekapun tertawa satu sama lain. Begitulah candaan yang terjadi antara Ursila dan Harun. Mereka juga saling tukar nomor handphone. Awalnya Ursila malas memberikannya, namun setelah pembicaraan ini, dia merasa kalau Harun menyimpan nomornya sepertinya tidak ada apa apa juga yang terjadi. Kan mereka adalah teman dari masa kecil

"Aduh, ramenya, yuk pulang Run", ajak tante Heni yang tiba tiba saja keluar dari rumah.

"Kalau tidak salah kamu punya dua anak? Bagaimana kabar si Haura adiknya Harun?", tanya umi.

"Dia sudah menikah, ikut suami tinggal di Malang. Belum punya cucu, wajarlah dia kan sama-sama sibuk dengan suaminya. Ya mungkin itu yang buat dia belum bisa hamil. Sekarang kami tinggal bertiga aja. Kalau suami dan Harun kerja atau pergi ke luar kota ya saya harus sabar di rumah sendirian", jawab tante Heni.

"Nikahkan saja si Harun, dengan begitukan kamu di rumah tidak kesepian karena ada menantu yang menemani", balas umi. Yang sebenarnya kalimat itu membuat Harun malu.

"Maunya sih begitu, tapi Harun masih banyak pilih-pilihnya. Jadi tidak tahu kapan saya akan punya mantu dari dia", balas tante Heni sambil memandang ke arah Harun

Umi dan Ursila tertawa mendengarnya.

"Bu....", tegur Harun sambil malu

"Ursila bagaimana? Sudah punya pacar?", tanya tante Heni.

"Belum tante", jawab Ursila seadanya.

"Tante Ningsih, Ursila kami pulang ya", kata Harun sambil mencium tangan umi. Harun tidak mau pembicaraan malah diperpanjang lagi.

Ursila dan umi melepas kepergian Harun dan tante Heni sampai di depan mobil.

Mobil sudah berjalan dan Harun masih saja curi-curi pandangan ke arah spion yang memantulkan keberadaan Ursila yang ada di belakang. Harun rasanya masih tidak percaya, bocah tomboy tetangganya dulu kini telah berubah drastis. Semakin feminim dengan penampilannya yang menutup aurat. Ursila berbeda dengan gadis yang sering ditemuinya. Banyak gadis mendekati Harun namun mereka semua sama saja ujung ujungnya tertarik karena pangkat yang dimiliki Harun di sebuah perusahaan besar. Merekapun tidak segan menampakkan lekuk tubuh mereka, berbeda dengan Ursila yang tampil dengan pakaian yang menutup aurat, dan terkesan sederhana alias tidak mencolok.

"Hmm... Cantik ya?", tanya tante Heni memancing anaknya

"Iya, Ursila memang cantik", jawab Harun tanpa dia sadari. Lalu dia sadar, dan langsung merespon kembali "Apa Ma, tadi Harun tidak dengar". Masih berusaha menutupi wajah malunya.

Tante Heni hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu anak sulungnya.

Hai para pembaca cerita "Pahami Aku".. aku harap tidak bosan ya. Dan aku mohon like, komen, dan silahkan juga kalian kasih saran. Makasih

Terpopuler

Comments

Cici Nyai surtini

Cici Nyai surtini

baguss, mau lanjut dlu

2020-11-22

1

y. tuti

y. tuti

keren

2020-05-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!