Hari prosesi lamaran pun tiba.
Setelah prosesi itu, diambil kesepakatan bahwa pernikahan akan dilaksanakan sebulan lagi. Bukan tanpa alasan, karena Harun nanti akan ada pekerjaan di luar kota selama satu bulan. Dan lebih baik dilaksanakan secepatnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk pengurusan persiapan pernikahan lebih banyak dilakukan oleh keluarga Harun, apalagi tante Heni beliau sangat semangat mempersiapkan sampai hari H.
Dan sampailah di hari bahagia pernikahan. Pada hari Sabtu dilaksanakan akad nikah di salah satu masjid besar di kota ini.
Dan disambung pada hari Minggunya resepsi di salah satu hotel dengan mengusung adat Palembang, mengikut keinginan tante Heni.
"Aduh cantik sekali sahabatku ini", puji Aira ketika menyapa pengantin di pelaminan. "Mr. Harun aku titip temanku ya, awas kalau Kau buat dia sedih", tambah Aira.
"Ra.. Sudah ah, semoga cepat nyusul ya", sahut Ursila lalu memeluk Aira dengan erat.
"Ra, dari hari ini kamu kalau mau ketemu dia", menunjuk Ursila "Harus izin sama aku ya, karena dia milikku", kata Harun.
Pernikahan ini berlangsung hanya dengan sederhana dan lebih bersifat privat karena hanya mengundang beberapa keluarga, sahabat dan kolega yang benar-benar mereka kenal saja.
Setelah prosesi resepsi, mereka pulang ke rumah Harun. Sebelum pernikahan mereka sepakat untuk tinggal di rumah Harun, walau ini keputusan yang berat bagi Ursila karena harus meninggalkan umi sendirian. Namun Harun juga tidak melarang jika sewaktu-waktu Ursila ingin bermalam di rumahnya sendiri.
Baru sekali ini Ursila memasuki rumah ini, rumah dengan tingkat dua, bergaya scandinavian minimalis, semua tertata dengan rapi dan bersih. Ada 3 kamar terletak di lantai 2. Dan 1 di bawah, tapi lebih digunakan sebagai musholla atau tempat untuk ibadah.
Setelah salat isya, Ursila makan bersama keluarga, suasana di keluarga ini terasa hangat, Ursila merasa sangat dihormati di tempat ini. Tante Heni dan Paman Faris juga memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Sesudah makan, Ursila terbiasa untuk membereskan jadi dia langsung berniat untuk mencuci piring dan membersihkan meja makan. Namun dilarang oleh tante Heni.
"Tidak apa-apa kok tante", kata Ursila
"Tante? Panggil saya Mama", mencubit hidung menantunya, "Kamu itu sekarang istri dari Harun, jadi kamu juga anak saya. Kalian pengantin baru lebih baik naik saja sana ke atas, ke kamar kalian", sahut tante Heni.
"Iya tante, maaf maksudnya Mama", kata Ursila tersipu malu.
Sesampainya di kamar, Ursila tidak mendapati keberadaan Harun, padahal selepas makan tadi Ursila mengira bahwa Harun langsung ke kamar.
Menunggu Harun yang tidak kunjung masuk ke kamar, akhirnya Ursila tertidur, maklumlah dia sangat lelah setelah prosesi resepsi tadi.
Pukul 01.00 Harun baru masuk ke kamar. Dia baru keluar dari ruang kerja yang terletak di lantai 1. Dilihatnya Ursila sudah tertidur dengan pulasnya di sisi kiri ranjang.
Harun naik ke atas ranjang dan dipandanginya wajah istri yang sangat disayanginya itu. Baru ini dia melihat Ursila tanpa kerudung seperti biasanya, "Kamu cantik sekali istriku", kata Harun setelah mencium kening istrinya. Ternyata hal itu membangunkan Ursila.
"Maaf Mas aku ketiduran, kamu dari mana tadi?", tanya Ursila
"Ruang kerja, ada yang diurus sebentar", jawab Harun sambil mengelus-elus pipi Ursila.
Harun mendekatkan wajahnya kepada Ursila. Kini mereka menatap satu sama lain dengan sangat dekat. Bahkan mereka dapat merasakan nafas dari satu sama lain. Tangan Harun mulai menjelajahi badan Ursila. Dan pada waktu berikutnya, mereka punya cara sendiri untuk mengusir dinginnya angin malam.
Malam itu terasa panjang bagi sepasang pengantin baru itu. Walau hati Ursila belum sepenuhnya mencintai Harun, namun tidak mungkin dia menolak, karena dia sekarang adalah seorang istri yang berarti harus patuh dan taat kepada suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nadhira Adelia
skip ny dikit AZ thoor jgn byk2😄
2020-06-19
2
Amin Tohari
di jelaskan dikit kan gk apa apa author hohohihe ya 🤣
2020-06-06
1