Icha gak menyangka ternyata Laskar adalah tipe cowok badung, padahal kalau di lihat dari raut wajahnya sieh nieh cowok terlihat kalem dan penurut, dia lebih cocok jadi ustad ketimbang masuk geng biang rusuh begitu, yang Icha gak habis fikir juga, Ari tanpa fikir panjang nerima lagi sik Laskar jadi anggota geng tanpa seleksi ketat, biasanya yang ingin bergabung sebagai anggota harus melewati seleksi terlebih dahulu, tapi ya kalau difikir-fikir memang Ari tidak pernah salah menilai kemampuan orang, apalagi Laskar dengan mudahnya menumbangkan Aceng dan Acux hanya dengan satu tangan, (Itu sieh memang dua anak itu saja yang lembek, toyor dikit langsung jatuh.) jadi yah katakan selamat datang buat anggota baru.
Icha memasuki kelas, diikuti oleh Laskar, hal itu tentunya menimbulkan pertanyaan dibenak Aslan yang melihat kedatangan dua orang tersebut secara beriringan , emang Aslan berangkat bareng mereka berdua, tapi ketika tiba dikelas, Aslan tidak menemukan mereka.
"Habis dari mana lo sama Laskar." pertanyaan yang berasal dari Lea ketika Icha mendudukkan bokongnya.
"Belakang sekolah."
"Lo berdua habis dari sana maksudnya."
"Hmmm."
"Ngapain, tempat itukan seram, sarang hantu, jangan bilang lo...."
"Apa sieh lo, jangan ngeres aja fikiran lo, gue habis ketemu Arilah dibelakang."
"Ari, sik badung itu sudah masuk ciri-ciri kiamat nieh."
"Jangan lebay gitu deh, lo fikir Ari dajjal apa."
"Emang dajjal dia itu, Dajjal berwajah ganteng maksud gue." cletuk Lea, "Tapi kenapa Laskar juga ada disana, dia kan bukan anggota geng."
"Sekarang dia salah satu anggota geng kami."
"What, kok bisa."
"Ya bisalah, orang dia pinter bela diri, jadi cocoklah diajak tauran gitu."
"Maksud gue Icha, kok bisa gitu Laskar masuk dalam geng kalian, wajah alim gitu, gue fikir dia cowok aman dan nyaman gitu."
"Makanya jangan nilai orang dari wajahnya donk, dangkal emang otak lo."
********
Triiingggg.
Bel istirahat berbunyi nyaring, Icha merenggangkan otot-ototnya yang kaku karna selama 4 jam dia fokus memperhatikan penjelasan guru, tumben banget hari ini dia jadi murid yang baik dan berbakti, mungkin kesambet hantu baik dibelakang sekolah kali.
"Temui gue diperpustakaan." itu bukan permintaan tapi perintah, setelah mengucapkan kalimat tersebut Aslan langsung berjalan meninggalkan Icha.
Icha mendengus, "Ada apaan sieh, hobi banget ngajak ketemuan diperpustakaan "
"Aslan kenapa Cha, sejak pagi tadi wajahnya kayak orang nahan BAB gitu."
Icha mengangkat bahunya sebagai tanda kalau dia juga gak tahu, Icha berdiri dan berniat menyusul Aslan ke perpustakaan.
"Cha..." belum sempat Lea mengajukan pertanyaan Icha lebih dulu memberikan jawaban.
"Perpustakaan gue."
"Oh, nemuin calon gue ya." Lea mendengar perintah Aslan barusan.
"Hmmm."
Aslan belum jauh, Icha bisa melihat punggungnya, dari belakang Icha melihat Athena nyamperin Aslan dan melilitkan tangannya dilengan Aslan, dan mereka berjalan bersama dengan pacarnya itu.
"Ihhh, sik ****** itu, malas banget gue." dengus Icha namun tetap melangkahkan kakinya ke perpustakaan.
Seperti biasa, perpustakaan menjadi tempat yang paling sepi disekolahan, sehingga gak heran dijam istirahat seperti inipun hanya beberapa orang yang berada disana, Icha menemukan Aslan ditempat biasa dia bersemayam yaitu ditempat paling pojok, biasanya akan ada buku tebal dihadapannya, tapi kali ini hanya ada meja kosong, fikir Icha Athena akan bersama Aslan, namun ternyata gadis itu tidak terlihat disana.
"Kenapa Lan." Icha langsung pada intinya, dia malas berlama-lama diperpustakaan, lebih cepat Aslan mengungkapkan apa yang ingin disampaikan lebih cepat dia pergi dari sana.
"Tadi pagi kamu dari mana bersama Laskar."
Icha menjawab jujur, "Belakang sekolah."
"Lo nemuin Ari berandalan itu."
"Iya."
"Gue udah seneng dia gak masuk selama satu minggu ini, keaadan sekolah menjadi aman dan kondusif, kenapa biang rusuh itu harus masuk lagi." yang dimaksud oleh Aslan adalah Ari.
"Apaan sieh lo Lan, gue gak suka lo ngata-ngatain Ari didepan gue." Ari memang biang rusuh, tapi Icha gak suka mendengar Aslan mengatakan hal tersebut secara gamblang dihadapannya.
"Kenapa sieh lo Cha seneng banget berteman dengan laki-laki model begituan, udah dari dulu gue nyuruh lo keluar dari geng-geng biang rusuh begitu, tapi kenapa lo gak pernah denger omongan gue."
"Aslan, lo bukan orang tua gue yang berhak ngatur-ngatur hidup gue, gue berhak ngelakuin apa yang ingin gue lakuin, gue berhak berteman dengan siapapun yang gue inginkan, dan lo gak berhak sedikitpun ikut campur dalam kehidupan gue."
Hanya karna masalah sepele mereka jadi bersitegang, bulan masalah sepele sieh sebenarnya ini, masalah yang cukup serius bisa dibilang.
Aslan terlihat terluka mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan Icha, sebagai sahabat dia ingin Icha mendapatkan yang terbaik termasuk berteman dengan orang-orang yang baik, Aslan tentu saja tidak mau Icha terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan menghancurkan masa depannya.
"Oke, kalau itu yang lo inginkan, hidup, hidup lo, gue gak akan ikut campur lagi." dengan kalimat itu Aslan menutup perdebatan itu, dia berlalu meninggalkan Icha.
Namanya juga manusia biasa, persahabatan mereka tidak selalu berjalan mulus seperti jalan aspal, kadang kalanya mereka bersitegang dan juga berantem, anggaplah itu bumbu-bumbu dalam persahabatan.
******
"Cha." Lea merengek sambil, gak lihat apa wajah Icha tengah bete begitu, "Icha, temenin...."
"Gak." tandas Icha sebelum Lea menyelsaikan kalimatnya, Icha tau apa yang diinginkan oleh Lea.
"Yahhh Icha, padahalkan gue belum ngomong."
"Lo belum ngomong juga udah tahu apa yang lo inginkan."
"Emang apaan."
"Lo minta ditemenin shopingkan."
"Hehe." Lea cengengesan, "Iya, lo bener-bener tahu gue deh Cha."
"Cha, lo maukan nemenin gue."
"Ya gaklah."
"Ntar gue beliin baju couple lagi deh."
"Gak ah, paling yang lo beliin baju couple dengan gambar hello kitty, malas gue."
Bukan tanpa alasan Icha nolak nemenin Lea shoping, nieh anak, walaupun cuma membeli satu barang doank, dia tidak akan puas kalau tidak keliling mall selama kurang lebih tiga jam, makanya Icha jadi kapok nemenin, bisa sebesar talas bogor betisnya.
"Cha, ayoklah temenin, soalnya gue ingin beli make up."
"Make up mulu yang lo beli, make up lokan udah seabrek."
"Ini keluaran terbaru Icha, gue pengen banget beli."
"Sekali gak tetap gak." Icha kukuh dengan pendiriannya.
"Kalau lo nemenin gue, Lo bisa minjam motor punya kak Teguh."
Mulai goyah nieh iman, "Seriusan, dikasih emang pinjem sama dia."
"Ya pasti gaklah."
"Terus kenapa lo nawarin dodol."
"Ya karna kak Teguh saat ini lagi KKN, dia gak diizinin bawa motor, jadinya tuh motor nganggur digarasi, karna dia gak ada, jadi lo boleh pinjem deh."
"Oke deal, gue bakalan nemenin lo."
"Ini baru seru."
**********
Sepulang sekolah.
Karna lagi berantem sama Aslan, jadinya Icha gak perlu izin terlebih dahulu kalau dia ingin pergi bersama dengan Lea.
"Cha."
"Apa."
"Lo gak ngasih tahu Aslan dulu gitu kalau lo bakalan pergi dengan gue."
"Ngapain, gak perlulah itu."
"Lha, tumben banget, biasanya juga mau ke toilet saja pakai izin, lo lagi berantem ya sama Aslan."
"Ya begitulah."
"Beneran berantem, gara-gara apa."
"Ah, udah deh Le, jangan bahas itu, gue lagi malas ngebahasnya."
Lea tidak mengajukan pertanyaan apa-apa lagi, takut kalau dia banyak tanya maka Icha akan membatalkan rencana untuk menemaninya, sebenarnya Icha bukanlah teman yang layak untuk diajak shoping, dalam artian Icha gak bisa dimintai komentar tentang bagus atau tidak suatu barang, jika dimintai pendapatnya pasti dia bakalan bilang, "Iya bagus, itu cocok buat lo." tapi matanya menghadap lain. Tapi mau bagaimana lagi, Icha adalah satu-satunya teman yang dimiliki oleh Lea.
Jemputan Lea udah nunggu didepan sekolah, mereka berjalan menghampiri mobil berwarna putih tersebut.
Kemana-mana Icha selalu membawa baju ganti, untuk keadaan darurat katanya, seperti saat ini, dia dengan santainya mengganti seragam seragam sekolahnya dengan pakaian bebas yang dibawanya, kaos warna putih yang kebesaran untuk badannya yang kurus, dengan jeans abu-abu yang sengaja disobek dibagian lututnya, bener-bener pakaian yang mencerminkan anak berandalan.
"Heh, jangan ngintip lo cup." Icha menendang bagian belakang kursi pengemudi yang diduduki Ucup supirnya Lea.
"Elah sik neng, tenang saja neng, Ucup gak bakalan ngintip, lagian neng Icha bukan tipenya Ucup."
"Dih, jadi sopir aja gaya lo selangit pakai tipe-tipe segala."
"Ye sik eneng, sopir juga manusia kali berhak memilih."
"Kebanyakan bacot ya supir lo Le, kalau gue, udah gue pecat kalau kayak begini."
"Syukur nyonya majikan saya Ibu Nirmala, orangnya baik hati meskipun bedaknya ketebalan, jadi dia gak bakalan mecat Ucup."
"Heh Ucup, gue bilangin mama ya lo karna bilang bedak mama ketebalan."
Icha tertawa, "Lagian itu kenyataan Le."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Euis Yohana
kaya mo main lenong donk bedaknya tebel...🤣
2023-01-03
0