"Gak ada yang bakalan ngebanting gelas kan kalau gue di bonceng sama lo." Icha memastikan begitu bokongnya mendarat setelah tuh motor ditambal.
"Maksud lo."
"Ya pacar lo gak marahkan."
"Lo beruntung, karna untuk saat ini gue masih dalam keadaan jomblo."
"Bagus deh, saran gue nieh ya, lo sekolah dan belajar aja dulu yang bener, jangan pacaran dulu, kasihan tuh orang tua lo capek-capek nyari uang buat nyekolahin lo."
"Nyeramahin gue lagi, emang lo udah sekolah dan belajar dengan benar."
"Ya gak sieh, hehehe." ujarnya cengengesan.
"Memang benar ya, kebanyakan manusia hanya pinter menasehati saja." ujar Laskar .
"Udeh deh jangan banyak komen, mending lo jalan aja sekarang, udah sore banget ini."
Laskar melajukan motornya dengan kekuatan sedang, sampai ketika Icha menegurnya, "Lo bawa motor udah ngalah-ngalahin cewek ya, lelet kayak keong, ngebut donk biar seru."
"Anjir nieh cewek, gue pelan-pelan gini kan untuk kenyamanan dia, dia ternyata memang berbeda dengan cewek kebanyakan, " Laskar membatin, namun kemudian mengabulkan permintaan Icha, "Oke, kalau itu mau lo, tapi lo jangan menjerit ketakutan."
"Menjerit ketakutan, gak ada dalam kamus gue."
Laskar langsung menarik gas motornya dengan kekuatan penuh, dibelakang Icha malah bersorak kegirangan, "Ini baru, seru." ujarnya dengan suara yang bersaing dengan angin, "Yuhhhu." sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
Aslan hanya menggeleng melihat kelakuan Icha, "Dia memang bener-bener cewek bar-bar." gumamnya dalam hati.
Karna Laskar menjalankan motornya dengan kekuatan penuh, makanya gak butuh waktu lama untuk sampai dirumah Icha, "Stop, stop." perintah Icha.
Laskar otomatis menarik rem motornya, hal tersebut membuat tubuh Icha bagian depan terhempas ke punggung Laskar.
Icha memukul punggung Laskar saking keselnya, "Brengsek lo ya, cari kesempatan aja."
Karna gak terima disalahkan, Laskar membela diri, "Sorry, habisnya lo nyuruh gue berhenti mendadak sih."
"Alasan aja lo." sambil turun dari motor.
"Ini rumah lo." Laskar menunjuk sebuah rumah lumayan besar tanpa pagar, memang perumahan dikomplek tersebut semuanya gak ada yang berpagar.
"Hmm, kalau gitu gue masuk dulu, bay Laskar." Icha melambaikan tangan.
"Terimakasih atas tumpangannya." sindir Laskar, kalimatnya itu membuat Icha kembali putar balik.
"Hehehe, sorry, lupa gue ngucapin terimakasih ke elo, terimakasih ya Laskar karna telah nganterin gue."
"Gak cukup donk cuma terimakasih doank, tawarin mampir kek gitu."
"Mampir, jangan deh, ntar malah jadi fitnah lagi."
"Kok bisa gitu."
"Soalnya gak ada siapa-siapa dirumah gue, cuma gue sendirian, ntar tuh ibu-ibu tetangga yang suka gosip manggil satpam komplek lagi buat grebek kita."
"Hahaha." Laskar malah ketawa, ya mungkin informasi yang disampaikan oleh Icha tersebut menurutnya lucu kali.
"Malah ketawa lagi, serius ini."
"Sorry, sorry, habisnya lucu aja, pakai grebek-grebekan segala, emangnya kita mau melakukan adegan panas apa."
"Udah deh mending lo balik aja sana, lain kali aja mampirnya, selain itu juga gula dirumah gue udah habis, emang mau lo gue kasih minum air keran doank."
"Ya gak lah, bisa sakit perut gue."
"Nah karna lo gak mau gue suguhkan air keran, mending balik sana."
Icha akan kembali berbalik, tapi panggilan Laskar kembali menghentikannya, "Siti."
"Perasaan lo itu manggil gue Siti terus deh."
"Lo kan memperkenalkan diri lo dengan nama Siti Badriah."
Icha menepuk keningnya, "Astaga, gue gak nyangka lo percaya dengan keisengan gue." Icha kemudian mengulurkan tangannya, karna Laskar telah berbuat baik padanya, jadi gak ada salahnya memperkenalkan diri dengan baik dan benar, "Laskar, perkenalkan, nama gue Alissa Ramadhani, lo bisa panggil gue Icha."
Laskar menjabat tangan Icha, "Ini nama Asli kan, bukan nama bohongan."
"Iyalah, lagian lo gak denger apa bu Dewi dan temen-temen lainnya manggil gue apa."
"Gue malas mengingat."
"Dari wajah lo udah kelihatan kalau lo itu tolol." Icha meledek.
"Anjirr lo ya, kalau ngomong suka bener."
Mereka berdua terkekeh, kalau dilihat, mereka persis kayak dua orang yang sudah lama saling kenal.
"Kalau gue gak boleh mampir, boleh donk minta nomer ponsel lo."
"Karna lo udah berbuat baik sama gue, jadi okelah gue kasih." Icha kemudian menyebut sederet angka, yang dicatat oleh Laskar.
"Oke Alissa Ramadhani, nomer lo udah gue save, kapan-kapan bolehkan gue hubungin lo."
"Hmmm."
"Kalau gitu gue balik dulu."
"Semoga lo selamat sampai rumah."
"Makasih atas doanya." dengan kalimat tersebut sebagai penutup Laskar lalu menjalankan motornya.
"Bay." Icha melambaikan tangan.
***********
Sejak mendengar suara motor, Aslan yang tengah nonton TV diruang tengah langsung mengintip lewat jendela untuk mencari tahu pemilik dari suara motor tersebut.
"Icha, sama siapa dia." bertanya pada diri sendiri dengan mata fokus mengenali pengendara motor yang mengantar sahabatnya tersebut.
"Apa itu Ari." Aslan menduga-duga, "Tapi Ari gak mungkin nganterin Icha meskipun mereka satu geng, anak itu kan gak mengizinkan siapapun menaiki motornya, lagipula dia juga gak masuk."
Karna penasaran, Aslan keluar untuk mengetahui siapa gerangan yang mengantar Icha, sayangnya begitu dia membuka pintu, pengendara tersebut langsung pergi, jadinya Aslan harus bertanya pada Icha.
"Baru pulang lo."
"Hmmmm."
"Dianterin siapa itu."
"Laskar."
"Laskar, murid baru itu."
"Iya."
"Kok bisa dia nganterin lo."
"Ya bisalah, orang gue paksa."
Bukan jawaban yang memuaskan rasa ingin tahu Aslan, "Dia kan orang asing, kenapa lo maksa-maksa orang asing nganterin lo."
"Dia bukan orang asing Aslan, dia teman kelas kita, lagian dia juga baik kok, gue ditraktir lho tadi."
"Dia kan baru masuk sehari, mana bisa lo nilai dia baik hanya gara-gara ditraktir, gimana kalau dia berniat jahat."
"Gue tendang selangkangannya." ucap Icha, "Intinya Lan, lo gak perlu khawatirin gue, gue bisa jaga diri kok, lo kan tau gue jago toekwondo."
"Meskipun lo bisa bela diri dan segala macamnya, tetap aja lo kudu hati-hati."
"Iya, iya, baiklah."
Icha begitu sangat capek, dia ingin segera membaringkan tubuhnya dikasur, "Gue capek banget nieh, gue masuk dulu ya."
Aslan hanya mengangguk sebagai jawaban.
*********
"Mi instan lagi, mi instan lagi." lirih Icha sambil menunggu air untuk merebus mi instan mendidih, selama beberapa malam ini memang makan malamnya hanyalah mi instan, "Astagfirullahhalajim, gak boleh ngeluh Icha, diluar sana banyak banget yang gak bisa makan." menguatkan diri sendiri.
"Cha, lo didalam." suara ketukan dan panggilan disaat bersamaan dari luar.
"Yuhuu, Aslan pasti mau nraktir gue." ujarnya percaya diri, dia langsung mematikan kompor dan berlari menuju pintu.
"Lo bener-bener sahabat sejati gue Lan, lo tau aja kalau gue belum makan, ditempat biasakan." cerocosnya begitu membuka pintu.
Niat Aslan ke rumah Icha kan mau ngajakin Icha ngerjain PR bareng, biar besok Icha gak maksa-maksa nyontek punya dia, bukannya mau nraktir, tapi Aslan kasihan sieh dengan sahabat itu yang sudah sangat berharap, makanya dia mengiyakan, "Iya, ditempat biasa."
Mata Icha berbinar ceria, langsung aja deh tuh Icha melilitkan tangannya dilengan Aslan dan menariknya menuju warung ketoprak bang Kadir yang ada didepan gang, warung ketoprak langganan mereka.
Ditengah asyik-asyiknya menyantap ketoprak pesanannya, sebuah chat masuk ke ponselnya, Chat tersebut berasal dari Lea.
Cha, lagi apa.
Bunyi chat Lea.
Lagi makan. Icha membalas.
Calon pacar gue udah makan belum.
Iya
Kok lo tau
Taulah, orang gue sama dia sekarang lagi makan, dia yang nraktir.
Ngiri deh gue sama lo, tiap saat bisa sama Aslan.
Rela deh gue tukeran posisi sama lo.
Seandainya bisa. Disertai dengan emotikon sedih.
"Jangan kebiasaan ketika makan main handpone Cha." Aslan menegur karna melihat Icha sibuk membalas pesan.
"Habisnya gimana Lan, suka gatel tangan gue kalau ada pesan masuk, ingin gue balas aja gitu."
Aslan mengambil ponsel Icha, "Sekarang makanlah, biar gue yang pegang ponsel lo."
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Euis Yohana
Aslan perhatian sama icha ada hati tuh,tp belum sadar...
2023-01-01
0