Semua siswa dikelas XI IPAS 5 pada heran, karna ini hari pertama masuk, tapi kok semua guru pada rajin amet pada ngasih materi, (Emang niatnya kesekolah itu apa.), biasanya dihari pertama para guru ngasih kelonggaran karna masih pada tahap beradaptasi setelah libur panjang.
Jam pertama sampai jam terakhir full belajar, hal itu membuat Icha yang pemalas mengeluh, "Sumpah ya gue gak tahan lagi, berat banget nieh mata gue ingin tidur." langsung menjatuhkan kepalanya meja begitu guru ppknnya keluar.
"Main tidur aja, masih ada satu pelajaran lagi tuh Cha."
"Apaan lagi."
"Sejarah."
"Aman, bisa tidur gue." difikir Icha diajar pak Rapi, salah satu guru terbaik di SMA PERTIWI.
"Lo fikir pak Rapi yang ngajar, di ajar bu susi kita."
"Bu Susi, baru denger gue tuh nama, galak gak orangnya."
"Denger-denger sieh iya."
"Astaga, cobaan apalagi ini Tuhan, tidak bisakah Hamba tidur dengan tenang."
"Lagian kalau cuma mau tidur tenang ngapain sekolah sih Cha, dirumah aja lebih leluasa lo tidur."
"Omongan lo kok selalu bener sieh Le."
"Iyalah."
Gak lama bu Susi guru sejarah kelas XI memasuki kelas, seperti biasa, kegiatan awal mengabsen dan kemudian menjelaskan, Icha tertidur dimenit ke 25.
"Plakkk." penghapus itu mendarat sempurna dimejanya.
Tuh penghapus emang kecil sieh, tapi kalau dilempar dari jarak beberapa meter bisa menghasilkan bunyi yang cukup keras jika beradu dengan meja, dan hal tersebut berhasil membuat Icha berjengit kaget, "Astaga, apaan tuh."
Lewat matanya Lea memberi kode supaya Icha melihat kedepan, Icha mengarahkan matanya kedepan dan langsung bertemu dengan mata tajam milik bu Susi.
"Ke sini kamu." perintah bu Susi.
Icha dengan ragu melangkah maju, "Siapa nama kamu."
"Alissa Ramadhani bu."
"Ooo." bibir bu Susi langsung membulat, "Jadi kamu yang namanya Icha, Icha itu yang sering dibicarakan para guru dikantor."
Icha gak pernah menyangka ternyata dia menjadi bahan gosip dikalangan para guru, "Jadi ibu dan guru lainnya sering gosipin saya bu, dosa lho itu bu."
"Diam Icha, kenapa kamu malah menceramahi saya, lagian kamu nama kamu disebut-sebut karna bandel, tau gak kamu."
"Padahal saya gak bandel lho bu, saya gadis lugu dan polos dan berbakti kepada guru." berkilah.
Temen-temen yang mendengar hal tersebu pada cekikikan, pasalnya mereka pada tahu bagaiman kelakuan Icha.
"Tidur dikelas itu yang kamu namakan berbakti Alissa Ramadhani." bu Susi menekankan kata-katanya.
"Habisnya gimana bu, suara ibu itu bikin saya ngantuk." jawabnya jujur.
Mendengar jawaban Icha tersebut, temen-temen kelasnya yang lain pada tertawa.
"Diam kalian." bentak bu Susi, semuanya pada langsung kicep deh tuh, "Kamu fikir suara saya musik pengantar tidur apa."
"Ya bukan begitu bu, tapi.."
"Sudah, sudah, saya gak mau lagi mendengar bantahan kamu, lebih baik sekarang kamu ikut saya."
Icha gak bertanya kemana dia mau bawa, dia hanya mengikuti bu Susi dari belakang, tapi dia langsung menghentikan langkahnya begitu tau kemana dia akan dibawa, Iya, dia dibawa keruangannya bu Dewi, guru BPnya.
"Bu, bu Susi." panggil Icha yang membuat langkah bu Susi berhenti, "Bisa tidak ibu saja yang memberikan hukuman, jangan bawa-bawa saya ke bu Dewi." Icha memohon, bukan apa-apa, pasalnya Icha malas aja tuh dengerin pidato bu Dewi, udah pidatonya panjang, suaranya bikin sakit kuping lagi.
"Gak bisa, ibu harus serahin kamu ke ibu Dewi, ini kesepakatan kami, kalau kamu berulah, maka ibu Dewi yang akan menangani kamu."
"Sayakan gak buat ulah bu, saya cuma tidur, salah sendiri ibu punya suara mendayu-dayu."
"Anak ini, sempat-sempatnya meledek, ayok jalan."
Icha mengikuti bu Susi sambil menggerutu tanpa suara.
Pintu ruangan bu Dewi tidak perlu diketuk karna sudah terbuka, ada seorang siswa yang duduk berhadapan dengan bu Dewi, kalau siswa sudah masuk ruangan bu Dewi, sudah bisa dipastikan tuh anak bermasalah, Icha memfokuskan matanya untuk memperhatikan tuh cowok, meskipun hanya punggung, tapi sepertinya Icha familer dengan sosok yang tengah diceramahi oleh bu Dewi tersebut.
"Permisi bu." tegur bu Susi.
Hal itu membuat bu Dewi mengalihkan perhatiannya pada bu Susi dan Icha, melihat Icha berada dibelakang bu Susi, bu Dewi menggeleng, dia sudah tau pasti muridnya yang satu ini berulah lagi. Dan disaat itu siswa yang tengah diintrogasinya menoleh kebelakang kearah pandang bu Dewi, siswa tersebut adalah Laskar.
"Lha, itu sik Laskar, hmm, badung juga dia, baru saja hari pertama sudah dapat kehormatan saja masuk ruangannya bu Dewi." ujar Icha dalam hati.
Tanpa penjelasan lebih lanjut, bu Dewi berkata, "Tinggalkan saja Alissa bu Susi, biar saya yang tangani."
"Baik bu, saya permisi kalau begitu." bu Susi berlalu dari ruangan tersebut.
"Jadi Alissa Ramadhani, ulah apalagi yang kamu lakukan." tanya bu Dewi tho point begitu Icha duduk dikursi satunya didekat Laskar.
"Ibu taukan suara bu Susi mendayu-dayu, apalagi jam terakhir, suatu hal yang buat mengantuk bu."
Laskar terkekeh mendengar jawaban jujur Icha, ibu Dewi langsung memberi plototan padanya, "Maaf bu."
"Kamu tidur lagi, ini sudah kesekian kalinya kamu tertidur dikelas Icha."
"Namanya juga ngantuk bu, mau bagaimana lagi."
Bu Dewi langsung memukul meja, "Diam Icha, kamu bisanya ngejawab aja."
Langsung terdiam deh Icha, tapi batinnya ngoceh, "Ngapain nanya sieh kalau gak mau dikasih jawaban."
"Kamu juga Laskar." bu Dewi beralih pada Laskar, "Ini hari pertama kamu masuk di sini, seharusnya kamu ikut temen kamu belajar, kamu malah tidur-tiduran di UKS, kamu fikir ini hotel apa."
"Saya gak nganggap ini hotel kok bu."
"Jangan ketularan Icha yang Laskar ngejawab terus."
Laskar langsung menarik garis lurus didepan bibirnya, seakan-akan tuh bibir punya resleting.
"Sebagai hukuman, kalian harus membersihkan toilet satu sekolah."
"Apa." kompak Icha dan Laskar barengan.
"Yang bener saja bu, sekolahan kan luas."
"Saya suruh kamu bersihin toiletnya Icha, bukan sekolahan."
"Maksud saya ibu, toilet sekolahkan banyak, bau lagi, apalagi toilet guru, iuhhh, naujubillah deh baunya kayak kandang sapi." sadar dirinya keceplosan, Icha langsung menutup bibirnya, "Upsss, kecoplosan, tapi kenyataan, masak ibu marah sieh."
Laskar hanya terbatuk untuk menyamarkan tawanya, dalam hati berkomentar, "Bener ternyata, nieh cewek tengil, bicaranya saja ceplas-ceplos."
"Duh." bu Dewi memijit keningnya, "Pusing kepala saya lama-lama berhadapan dengan kamu, mending sekarang kalian keluar deh."
"Keluar bu, gak jadi dihukum." ujar Icha penuh harap.
"Enak saja, sekarang kalian harus membersihkan semua toilet sampai bersih."
"Yahhh, tega banget sieh." keluh Laskar.
"Siapa suruh kalian tidur ketika jam pelajaran berlangsung, terima saja hukuman kalian."
"Beneran nieh bu harus bersihin toilet, gak ada hukuman lain apa." Icha berusaha bernegosiasi.
"Sekali lagi kamu bicara satu huruf saja Icha, saya suruh kamu bersihin satu sekolahan ini."
"Ihh, kejam banget sieh." ujar Icha tanpa suara sebelum berlalu.
**********
Setelah mengambil alat-alat tempur yang diperlukan, seperti kain pel, sikat WC dan antek-anteknya, Icha dan Laskar bergegas melaksanakan tugasnya.
"Kita mulai dari mana nieh." Laskar bertanya karna belum tahu seluk beluk sekolah.
"Lanta tiga aja deh."
Lantai tiga merupakan area kelas XII, ketika mereka berjalan di koridor, anak-anak cewek kelas XII yang pada kosong jam pelajarannya langsung pada keluar begitu melihat cowok cakep lewat.
"Itu murid baru bernama Laskar itu kan."
"Iya bener, itu Laskar."
"Astaga ya, ternyata gosip itu bener, tuh cowok cakep."
"Laskarrr, godain kita donk." goda cewek-cewek itu memblokir jalan Laskar dan Icha.
"Maaf kak, permisi kami mau lewat." pinta Laskar sopan.
"Sopan banget, jadi gemes deh."
Icha jadi jijik, "Heh lo semua minggir gak, ganggu orang yang tengah sibuk aja." kalau anak-anak cewek kelas X dan XI pada takut pada senior mereka, gak begitu dengan Icha, malahan dia yang ditakuti, siapa yang gak takut coba, Icha kan jago toekowondo, hobi tauran lagi.
Pandagan cewek-cewek itu mengarah pada alat pel yang ada ditangan Laskar, "Astaga, Laskar kok bisa sama cewek bar-bar ini seih, Laskar pasti kena masalah gara-gara cewek ini." tentunya kata-kata tersebut hanya diucapkan dalam hati, cari mati namanya kalau mereka melisankan kalimat tersebut, bisa babak belur mereka.
"Gak ada yang nahan lo ya, kami cuma mau nyapa Laskar." ujar salah satu dari mereka.
"Tapi saat ini Laskar dalam mode gak bisa di ganggu gugat, paham lo, lo gak bisa lihat kami bawa apa." Icha mendekatkan sikat WC ke depan wajah cewek-cewek tersebut yang membuat tuh cewek-cewek mundur dengan pandangan jijik.
"Udah, udah, gak usah ribut, mending kita kerjain tugas kita sekarang biar cepat selesai." lerai Laskar.
Icha dan Laskar melangkahkan kakinya, tapi kembali ditahan, tepatnya sieh Laskar saja yang ditahan.
"Eh, tunggu dulu Laskar, sebelum lo pergi kita boleh foto sama lo donk, sebagai kenang-kenangan." pinta salah satu dari mereka.
"Kenang-kenangan, mau mati lo." tandas Icha.
Tidak ada yang menggubris Icha, mereka malahan pada heboh memaksa Laskar, "Ya, ya, plisss, kami mohon, satu foto saja."
"Apaan lagi sieh ini." yang di ajak foto Laskar yang marah Icha, "Laskar itu bukan artis kali."
"Udahlah Siti, gak apa-apa kok."
"Yeeyyy." sorak cewek-cewek itu.
"Jangan lama-lama ya, awas aja kalau lama." ancam Icha berjalan meninggalkan Laskar.
"Iya, gak bakalan lama." Laskar berjanji.
Mulai deh tuh mereka pada jepret-jepret dengan berbagai gaya, ada yang gaya kupu, gaya monyet gelantungan, sampai memonyongkan bibir juga ada.
Sementara itu Icha, "Iuhhh." Icha langsung menutup hidungnya begitu membuka toilet cowok, "Sumpah bau banget, makan apa sieh cowok-cowok itu."
Sambil menggerutu Icha mengepel lantai toilet, "Di mana lagi sik kampret itu, bilangnya gak lama, udah hampir seabad belum nongol aja dia."
Panjang umur, begitu Icha selesai ngomel, Laskar langsung datang.
"Sorry ya Siti lama, habisnya kakak itu banyak maunya sih."
"Seneng lo ya, udah brasa artis." ledek Icha.
"Gimana ya, kalau punya wajah cakep kayak gini memang agak susah sieh, karna kemana-mana pada minta foto."
"Ihhh." Icha memandang Laskar jijik, "Jijik gue lihat no, narsisnya ketinggian."
Laskar malah ngakak karna berhasil membuat Icha jengkel.
"Heh lo, kenapa malah tertawa, kerjain nieh biar cepat selesai."
"Siap bos."
Mulai lah mereka bekerja membersihkan toilet.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments