Buat Icha tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap, mandi lima menit, pakai seragam sekolah dan tanpa pakai perawatan apa-apa diwajahnya dia langsung ngacir.
Ketika Aslan akan memasuki pintu pengemudi, Icha langsung nyelonong duluan, "Lan, gue yang mengemudi ya."
Aslan sudah siap untuk protes, "Pliss, kondisi darurat soalnya, emang lo mau dihari pertama denger omelan bu Dewi." bu Dewi adalah guru BP mereka, salah satu guru kiler di SMA PERTIWI, sekolah tempat mereka menuntut ilmu.
Mendengar nama bu Dewi disebut, dengan terpaksa Aslan membiarkan Icha mengemudi, "Tapi lo harus bersumpah, kita bakalan sampai disekolah tanpa kurang satu apapun."
"Oke bos."
Setelah mendengar janji Icha, Aslan berjalan mengitari mobil dan terpaksa duduk dikursi penumpang.
Aslan menggeleng begitu mendudukkan bokongnya, matanya terarah pada paha Icha yang terekspos bebas, hal ini disebabkan karna rok abu-abu Icha sudah sampai dengkul hingga memamerkan pahanya.
"Heh, lo gak nafsuankan lihat gue." Icha langsung menaruh tas ranselnya dipangkuan guna menutup pahanya yang terpampang.
Jika ditanya apa isi tas ranselnya, orang tidak akan percaya kalau Icha menjawab buku, atau keperluan sekolah lainnya, orang akan lebih percaya jika Icha menjawab isinya adalah batu, balok kayu atau apalah namanya yang dijadikan senjata saat tauran.
"*****." nada Aslan meremehkan, "Ya gaklah, mang lo cewek."
"Ishhh, dasar lo ya."
"Tuh rok dan baju udah kekecilan, udah saatnya diganti, lo mau apa dijadiin fantasi porno cowok-cowok mesum disekolah."
"Jangan bisanya ngomentarin gue doank, lo beliin kek."
"Ntar kalau gue punya rezeki."
"Gue doain supaya lo dikasih rezeki berlimpah sama Allah." doa Icha.
"Hmmmm."
Icha memasukkan kunci dilubang kunci, Aslan kembali berpesan sebelum mobil bener-bener dijalankan.
"Inget Cha, jangan angan ugal-ugalan." pesan Aslan.
"Siap pak bos." Icha meletakkan tangan dikening, "Sekarang saudara Aslan yang terhormat, silahkan pasang sabuk pengaman anda."
Baru saja Aslan meraih sabuk pengaman, Icha menginjak pedal gas dengan kenceng, alhasil Arman terhempas kedepan, untung jidatnya tidak terbentur.
"Ichaaa, apa-apaan sieh lo." Aslan jelas marah, belum apa-apa nieh anak udah membahayakan nyawanya.
"Slow donk Lan, gak usah ngegas gitu kali."
"Slow dengkul lo." omel Aslan.
Awalnya Icha melajukan mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang normal, tapi itu cuma lima menit awal, setelahnya, dia melarikan mobil dengan kecepatan penuh, dia menyalip setiap mobil yang menurutnya menjadi penghalang.
"Gak seru banget sieh tanpa musik, kayak kuburan aja."
Sebelah tangannya difungsikan untuk menyalakan radio, di acara musik pagi terdengar suara penyanyi dangdut kesukaannya yaitu Siti Badriah.
"Anjirrr, Siti Badriah artis kedemenan gue nieh."
Udah deh, dengan tangan disetir, kepala digoyangkan dengan heboh.
Aslan sangat-sangat menyesal membiarkan Icha menyetir, anak ini memang tidak peduli dengan keselamatan, "Chaa." tegur Aslan, "Perhatiin jalan."
"Iya, ini juga gue perhatiin kok, tenang aja, gue kan udah janji tuh bakalan bawa lo tanpa kurang satu apapun plus tanpa terlambat sampai sekolah."
Belum cukup sampai disana, ponsel disaku rok abu-abunya bergetar, "Duh, siapa sieh yang nelpon, pagi-pagi udah kangen."
Ketika dia akan mengambil ponselnya, Aslan kembali memperingatkan, "Bisa gak, gak usah diangkat dulu, bahaya nelpon sambil nyetir."
"Cuma sebentar doank kok, siapa tahu ini penting."
Dilayar tertera "Anak Manja Calling." itu adalah sahabatnya Lea.
"Pagi-pagi udah nelpon, kangen lo sama gue Le." Icha mengaktifkan pembesar suara ponselnya.
"Apa, lo bilang apa Cha." jelas saja Lea tidak bisa mendengar suara Icha dengan jelas disebabkan karna volume musik yang cukup besar.
Aslan yang mematikan radio, "Makanya kalau nelpon tuh musiknya dimatikan dulu." ujarnya sinis.
"Hehehe, lupa." Icha cengengesan.
"Kenapa lo nelpon gue Le." Icha mengulangi pertanyaannya.
Jawab Lea, "Cha, dimana lo, bentar lagi masuk ini."
"Ini gue ada dijalan, tenang aja deh pokoknya gue gak akan membiarkan Dewi kiler itu punya alasan buat hukum gue dihari pertama." yang dimaksud Dewi kiler adalah guru BPnya.
"Lo lagi sama Aslankan." tanya Lea.
"Hmm, siapa lagi."
Lea sebenarnya ingin mengatakan "Jaga calon pacar gue dengan baik." tapi tidak dilakukan, malu donk dia mengatakan hal itu secara terang-terangan didepan Aslan, Lea sejak dulu menyukai Aslan secara diam-diam, hanya Icha yang tahu.
"Cha, tau gak lo."
"Apaan."
"Kita sekelas lagi." antusias Lea, "Gue suruh tante gue untuk membujuk om supaya gue ditempatkan satu kelas dengan lo." kebetulan istri kepala sekolah adalah tantenya.
"Wah, itu namanya nepotisme, lo memanfaatkan kekuasaan om lo untuk kepentingan lo."
"Bodo ametlah, kekuasaan itu ada untuk dimanfaatkan."
"Gimana dengan Ari, sekelas lagi gak kita." Ari adalah geng Icha, murid terbadung di SMA PERTIWI.
"Gak."
"Kenapa gak lo minta sama om lo supaya nempatin kita satu kelas dengan Ari."
"Ngapain juga, malas gue satu kelas dengan biang rusuh model Ari begitu, belum lagi dua kacungnya itu suka ngisengin gue"
"Awas lo ya gua aduin ke Ari."
"Eh, jangan donk, bisa ngamuk dia."
"Biar aja, biar tahu rasa lo."
"Ih, jahat lo."
"Le, gue tutup dulu deh, dari tadi sorot laser terus merhatiin gue nieh, lima menit lagi bisa-bisa gue jadi debu." yang dimaksud adalah Aslan yang terus menatapnya tajam.
"Tunggu sebentar Cha."
"Apalagi sieh."
"Kita satu kelas dengan Aslan lho."
"Apa." Icha terkejut.
Sumpah demi Tuhan dia tidak mau sekelas dengan Aslan, pasalnya, Aslan sudah pasti bakalan ngatur-ngatur dia, selain itu juga, Icha jelas saja heran, setaunya Aslan kan ingin mengikuti jejak kedua orang tuanya menjadi dokter dan seharusnya untuk mewujudkan mimpinya dia harusnya masuk penjurusan IPA, dan Aslan sejak kelas sepuluh juga berniat mengambil jurusan IPA, kenapa tiba-tiba dia masuk dijurusan IPS.
Sementara itu Aslan yang mendengar nada terkejut Icha, menatap Icha tajam, "Kenapa kaget gitu gue masuk IPS."
"Eh, hehehe, kaget aja, gue fikir lo bakalan masuk jurusan IPA, secara gitu lo kan ingin jadi dokter."
"Apa salahnya masuk jurusan IPS, lagian masuk IPS bukan berarti gak bisa jadi dokter."
Dumel Icha dalam hati, "Memang gak salah, salahnya adalah kita sekelas dan pasti lo bakalan ngekang gue."
"Cha, cha, lo masih disanakan." panggil Lea yang masih terhubung.
"Le, gue tutup dulu deh."
"Oke, cepat ya, ntar lo telat lagi."
Mobil melaju bersama dengan mobil lainnya, dan tiba-tiba sebuah motor sport menyalip mobil yang tengah dikendarai Icha, hal ini membuat Icha murka.
"Sialan, berani-beraninya dia nyalip gue, gak tau dia siapa gue." Icha paling tidak suka kalau disalip, padahal dia santai aja tuh nyalip kendaraan lainnya.
Icha kembali melajukan mobil dengan kekuatan penuh untuk mengejar pengendara motor yang menyalipnya barusan. Berhasil terkejar, namun sepertinya pengndara motor itu juga sama egoisnya dengan Icha, tidak suka disalip, pengendara motor itu mengegas motornya dan mengejar ketertinggalannya.
"Brengsek, main-main dia dengan gue."
"Cha, jangan diladenin, fokus saja supaya kita gak telat." sekarang Aslan bener-bener menyesal membiarkan Icha mengemudi, pasalnya nyawanya yang jadi taruhan.
"Mana bisa Lan dibiarkan." Icha kembali mendahului motor tersebut.
Jalan raya dijadikan ajang balapan oleh mobil dan motor tersebut, pengendra lainnya jelas marah dan mengumpat, tapi umpatan mereka hanya angin lalu yang tidak dihiraukan.
Aslan tegang, dia berjanji dalam hati ini adalah terakhir kalinya dia mengizinkan Icha mengendarai mobilnya.
Pada akhirnya aksi kejar-kejaran itu dimenangkan oleh pengendara motor tanpa identitas tersebut, Icha tertinggal jauh tidak bisa mengejarnya.
Icha memukul stir, "Brengsek." umpatnya, "Dasar mobil sialan gak berguna." yang disalahkan mobil.
"Jangan salahkan mobil gue." Aslan tidak terima.
*********
Icha menepati janjinya, mereka tidak telat, dua detik sebelum bel berbunyi mobil memasuki gerbang dengan selamat.
"Tuhkan, gue bilang apa, kalau gue yang nyetir gak bakalan telat." ujar Icha bangga setelah memarkir mobil.
Aslan hanya menampilkan wajah datar sebagai sebuah pertanda kalau dia masih kesal dengan sahabatnya ini.
"Eh." Icha berhenti, dia memperhatikan sebuah motor yang terparkir dibarisan parkir khusus motor, "Inikan motor yang tadi Lan."
"Yang punya motor begituan banyak kali Cha."
"Gak, gak, gue yakin ini motor yang barusan, helmnya juga sama."
"Kalau ini motor yang tadi, terus, lo mau apa."
Icha tersenyum licik, dia menarik resleting tasnya, dari sana dia mengeluarkan obeng, tuhkan bener isinya bukannya buku, ini malah obeng, bener-bener gak bisa dipridiksi.
Icha berjongkok, dan menusukkan obeng tersebut diban motor itu, Icha menepuk tangannya seakan-akan membersihkannya dari debu setelah melakukan misi balas dendamnya.
"Apa-apaan sieh lo."
Aslan langsung menarik Icha menjauh dari parkiran, dia gak mau aja ada yang melihat kelakuan sahabatnya ini dan melaporkannya ke ibu Dewi, bisa berabe urusannya, bisa-bisa di ikut terseret masalah karna ulah Icha.
"Gila lo ya, cari masalah aja." omel Aslan masih menarik Icha dikoridor.
"Yeelah, tuh orang pantas mendapatkannya." ujar Icha santai.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
IG: Saya_Muchu
Aku sudah fav ya thor, ayo saling dukung karya satu sama lain, dan semangat update.
2021-12-29
0