Temui gue diperpustakaan
Bunyi pesan yang dikirim oleh Aslan ke ponsel Icha, kebetulan jam terakhir adalah jam kosong, sebuah surga bagi anak SMA.
Icha mendengus membaca pesan tersebut, pasalnya malas banget dia ke perpustakaan, "Kenapa Cha." Lea bertanya.
"Aslan."
"Kenapa calon imam gue."
Icha mendengus mendengar Lea menyebut Aslan calon imam, nieh anak kan gak berani bertindak, sejauh yang dia lakukan hanyalah mandang punggung Aslan dengan penuh minat.
"Nyuruh gue nyamperin dia keperpus."
"Oh, dia diperpus, pantas saja gak kelihatan, ya udah ih buru sana, siapa tahu dia butuh bantuan lo."
"Ogah ah, suka pusing gue kalau lihat buku, apalagi buku seabrek."
Seolah tahu Icha tidak mau menyusulnya ke perpus, pesan susulan yang datangnya dari Aslan kembali masuk.
Jangan berani-berani gak datang lo.
"Ih, pemaksa."
Terlihat Laskar yang baru memasuki kelas, sepertinya tuh anak sudah sembuh, tersenyum gitu dia begitu pandangannya jatuh pada Icha.
Lola dan Loli yang baru hari ini baru masuk, heboh tuh melihat cowok cakep.
"E eh, tuh cowok yang pingsan dilapangan itu kan." tunjuk Loli.
"Masyallah, gantengnya lima kali lipat pas udah melek kayak gini." Lola mumuji.
"Na, tuh cowok satu kelas dengan kita."
"Iya, namanya Laskar."
"Kenapa gak bilang sieh lo kalau cowok secakep ini sekelas dengan kita, asyik banget ya ada dua cowok tampan dikelas kita, ah, gue gebet aja."
"Lo mah semua cowok cakep disekolahan lo gebet, tapi hasilnya gak ada tuh yang berhasil lo gaet." ledek Nana sahabat Lola dan Loli.
"Yang ini gue jamin pasti dapet." Loli percaya diri.
"Heh Lol, yang itu punya gue ya, lo setia aja sono sama Aslan." Lola gak mau kalah.
"Gak ah, lagian Aslan udah punya sik jelek Athena itu, malas gue nguber-nguber milik orang."
"Lo berdua memang gak pernah berubah ya, selalu menyukai cowok yang sama, masih banyak tuh stok cowok nganggur dikelas kita."
"Gak mau, jelek semua, gue maunya sama sik Laskar ini." Loli mematenkan, kayak barang saja.
"Lha, lha, kok dia nyamperin sik upil sieh, mau ngapain dia."
Lola, Loli, dan Nana tidak lepas memperhatikan Laskar, dan melihat intraksinya dengan Icha.
"Hai Cha." sapa Laskar mengambil tempat duduk didepan Icha.
"Hmmm." respon Icha.
"Hai Lea." Laskar beralih menyapa Lea.
"Hai juga Laskar."
"Kenapa lo Cha, tuh wajah lo lecek."
"Malas ke perpustakaan dia." Lea yang membantu Icha memberi jawaban.
"Kalau malas ya disini aja, atau mau ke kantin gak, gue yang traktir deh."
Sebuah tawaran yang menggiurkan, Icha kan paling suka yang gratis-gratisan, tapi sayangnya itu tawaran harus ditolak, karna kalau Icha gak nyamperin Aslan, bisa-bisa dia ngambek, Aslan meskipun cowok ngambekan orangnya.
Lagi-lagi Lea yang menjawab, "Gak bisa, Icha harus menemui Aslan."
"Oh."
Tiba-tiba Lola dan Loli dua rubah itu datang nyamperin Laskar.
"Hai Laskar." Loli dan Loli menyapa kompak, maklum lah mereka kan anak kembar.
"Hai." balas Laskar.
Icha dan Lea mendengus kasar, bener-bener terang-terangan tidak menyukai kehadiran dua rubah tersebut. Lola dan Loli juga mandang Ich dan Lea tidak suka.
"Mau apa lo." ketus Icha.
"Yang jelas bukan nyamperin lo ya."
Laskar melihat Icha dan dua gadis yang menyapanya tersebut bergantian, dari intraksi mereka, sepertinya mereka tidak akur.
"Hai, lo Laskar kan."
"Iya benar, ada apa ya."
"Ganteng banget, kan gemes ingin kenalan." ujar Loli dengan tidak tahu malunya.
Icha dan Lea membuat gerakan seperti orang muntah, tapi Laskar malah bersikap ramah.
"Kenalin gue Lola, cewek tercantik SMA PERTIWI." dengan percaya diri sembari menyodorkan tangannya untuk dijabat.
Loli sik kembaran gak mau kalah, sebelum Laskar membalas uluran tangan Lola, Loli mendorong tangan Lola, "Gue Loli, sik cantik dan manis." langsung menjabat tangan Laskar.
"Eh, apa sieh lo, main serobot aja, gue yang duluan."
"Siapa cepet dia dapet, ya kan Laskar." Loli masih menggenggam tangan Laskar erat.
Lola menarik tangan Laskar, "Lepas, giliran gue."
"Gak mau, Laskar punya gue." padahal baru saja bertemu, udah pada memperebutkan Laskar aja seperti layaknya mainan.
Laskar hanya menjadi penonton dengan heran, ya jelas heranlah, dia diperebutkan oleh dua gadis yang baru dikenalnya.
"Heh, brisik lo." bentak Icha meredakan kehebohan dua saudara tirinya tersebut.
"Ye biarin aja, kenapa malah lo yang sewot." Loli nyolot, "Laskar aja nyantai tuh, ya kan Laskar." meminta pendapat Laskar.
"Eh, iya." Laskar menjawab Iya dengan terpaksa.
"Nyantai apaan, mana ada orang yang nyantai denger suara cempreng lo berdua, Laskar bilang iya karna dia terlalu baik untuk mengatakan kebenarannya, bener gak Laskar."
"Iya."
"Ih, dasar menyebalkan lo upil." kompak lagi sik kembar, "Awas aja lo, gue aduin ke mama." Loli mengancam sambil berlalu menjauhi Icha.
"Aduin aja tuh ke mama lo, lo fikir gue takut." tantang Icha.
"Udah Cha, sabar, sabar." Lea menenangkan dengan mengelus punggung Icha.
"Kesel banget gue sama mereka, ngajak ribut melulu."
"Mereka siapa Cha." Laskar bertanya hati-hati, pasalnya dia gak mau aja gitu kena dampak kemarahan Icha yang udah mirip merapi erupsi.
Kembali Lea menjadi pembicara buat Icha, "Lola dan Loli, mereka adalah saudara tiri Icha."
Melihat amarah Icha, disini Laskar mengambil kesimpulan kalau hubungan antara Icha dan dua saudara tirinya pastilah tidak akur.
"Astaga, mampus, gue kan harus nemuin Aslan." tanpa permisi Icha langsung ngacir.
**********
Tiba diperpus.
Jika ada yang mencari tempat untuk bertapa atau mencari ketenangan, perpustakaan merupakan area yang cocok saking sepi dan heningnya bahkan suara jarum jatuhpun insaallah bisa terdengar. Karna perpustakaan merupakan tempat terakhir yang akan dikunjungi oleh siswa pemalas seperti Icha.
"Halo bu Ela." menyapa staf perpus yang terkantuk-kantuk dikursinya.
"Lho, Icha." bu Ela sampai memperbaiki posisi kacamatanya untuk memastikan apakah itu bener Icha.
"Bener, ternyata kamu Alissha Ramadhani, gak ada angin gak ada hujan, kenapa kamu bisa sampai kemari."
"Soalnya kangen sama bu Ela." Icha menjawab konyol
"Ada, ada saja kamu ini."
Icha melangkan kakinya untuk mencari ke beradaan Aslan, dan ternyata Aslan berada dikursi paling pojok, nyandar di dinding dengan mata terpejam, buku yang dibacanya masih berada ditangannya.
"Dia tidur lagi, ngapain dia nyuruh gue dateng segala." Icha jelas kesal.
Icha memandang sekelilingnya yang terlihat hening dan sepi, "Ini kayaknya tempat yang kondusif buat tidur." cetusnya sembari duduk disamping Aslan dan menelungkupkan kepalanya dimeja.
Selama bersekolah di SMA PERTIWI, ini untuk ketiga kalinya dia menginjakkan kaki diperpus, dan sebelum-sebelumnya kedatangannya ke perpus terpaksa karna tugas.
Baru saja dia memejamkan matanya, dia merasakan kepalanya disentil, "Awww, sakit Aslan."
Aslan ternyata pura-pura tidur.
"Malah tidur lagi."
"Terus mau ngapain coba."
"Kerjain tugas dari bu Yuni doank." ibu Yuni menitipkan tugas, tapi ya begitu deh anak SMA zaman sekarang, ketimbang mengerjakan tugas dari gurunya lebih baik pada tidur atau gak menggibah untuk kaum cewek
"Elah, ngapain dikerjain sieh, lagian bu Yuni kan gak masuk."
"Justru itu bu Yuni nitip tugas, agar kita kerjakan, dan harus dikumpulkan sebelum bel pulang."
"Tugas lagi, lagi-lagi tugas, bosan gue." mengeluh Icha.
"Daripada lo ngeluh mending kita kerjakan sekarang." perintah Galaksi.
"Hmmmm." dengus Icha, "Lan."
"Apa."
"Bukannya tadi lo tidur ya."
"Siapa bilang gue tidur, orang gue lagi memejamkan mata doank."
"Sama aja."
"Beda donk, kalau tidur itu roh kita keluar dari badan, kalau memejamkan mata karna gue tengah lagi berfikir."
"Tau ah." Icha sewot.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments