Pagi itu ketika dalam perjalanan menuju sekolah didalam mobil Aslan.
"Cha, gue harap lo minta maaf sama Athena."
Icha langsung memutar bola matanya kearah Aslan, "Maksud lo." Icha menekan kalimatnya.
"Biar bagaimanapun lo yang salah Cha, ayoklah minta maaf, apa susahnya sieh." sejak kemarin Aslan ngomelin Icha atas insiden dikantin, meskipun Icha telah membeberkan fakta kebenarannya, tapi tetap saja Icha disuruh minta maaf sama Athena.
"Apa sieh lo Lan, cinta sieh cinta lo sama pacar lo itu, tapi jangan buta juga donk, jelas-jelas pacar lo itu yang salah, kenapa gue yang harus minta maaf, seharusnya dia tuh yang minta maaf sama Lea."
Aslan mendesah pasrah, niatnyakan baik, dia hanya tidak ingin terjadi permusuhan antara sahabatnya dan pacarnya, itu saja, tapi baik Icha ataupun Athena sama-sama egois, gak mau minta maaf duluan.
Icha menyangga dagunya meletakkan dagunya dijendela mobil yang terbuka, dia kesal sama Aslan karna terus memaksanya minta maaf, padahal dalam hal inikan dia gak bersalah, "Berhenti Lan, berhenti." perintahnya tiba-tiba.
Aslan langsung menginjak rem mobil, "Kenapa sieh."
"Laskar tuh, tunggu ya gue samperin dulu." tanpa menunggu jawaban Aslan Icha langsung ngacir menyongsong Laskar yang berdiri dipinggir jalan.
"Laskar." tegurnya.
"Icha, lo ngapain disini."
"Gue yang seharusnya nanya, lo ngapain dipinggir jalan gini."
"Gue lagi nunggu taksi."
"Motor lo."
"Mogok."
"Kasihan sekali, gimana kalau lo ikut kami aja."
"Maksudnya."
"Ya ikutan nebeng di mobil Aslan."
"Emang dibolehin gitu."
"Gak tahu juga sieh, tapi kalau gak dibolehin ya gue paksa." cloteh Icha, "Udah ah yuk, keburu telat ntar kita, kena hukum deh sama bu Dewi." Icha menarik lengan Laskar.
"Lan, Laskar boleh ikutkan, kasihan dia motornya mogok, ya Aslan ya ya ya." Icha memohon
Aslan hanya menjawab, "Hmmm."
"Aslan ngizinin, ayok Laskar naik, jangan malu-malu, anggap saja mobil sendiri."
"Bisa aja lo."
Laskar duduk dibelakang, "Tanks bro atas tumpangannya." ujarnya akrab, seperti biasa sik Aslan gak ngerespon, cuma wajah saja tuh yang semakin datar.
"Buset, bener-bener ada manusia robot kayak gini di dunia nyata." batin Laskar.
Tiba disekolah, terlihat Athena nyamperin mobil Aslan yang berhenti diparkiran.
"Baby." ujarnya manja begitu Aslan turun dari mobil, dan cup, Athena langsung mendaratkan sebuah kecupan dipipi Aslan, tentu saja hal tersebut membuat Aslan protes.
"Na, apa-apaan sieh kamu, banyak orang tahu."
"Biarin aja, biar semua orang tahu kalau kamu itu pacar aku." jawab Athena santai.
Namun kecerian Athena langsung lenyap seketika melihat Icha yang keluar dari pintu penumpang, dua gadis yang tengah bersitegang itu langsung pada membuang muka.
"Ciehh, sik ****** itu." Icha mengumpat dalam hati, "Enek banget gue ngelihatnya."
Athena juga begitu mengumpat, "Kenapa sih Aslan bisa bersahabat dengan gadis bar-bar ini, udah jelek, rambutnya kayak sarang ular, bodoh lagi."
"Lan, gue duluan." Icha langsung melangkah menjauh dari parkiran, "Sakit mata gue lama-lama lihat sik ****** itu." Icha menambahkan dengan suara kecil.
Laskar menyusul Icha dibelakang.
"Baby, kamu lihat tuh kelakuan sik bar-bar itu, main pergi aja tanpa nyapa gue, gak sopan banget."
"Na, jangan katain Icha bar-bar."
"Kenapa sieh Baby kamu terus Belain dia, yang pacar kamu itu aku, bukan dia ." mulai rada-rada ngambek sik Athena.
"Aku bukannya ngebelain Icha Na, tapi kamu gak boleh ngatain Icha bar-bar, Icha itu sebenarnya gadis yang baik."
"Udah ah, malas banget aku ngomong sama kamu." Athena ngambek, dia langsung pergi meninggalkan Aslan dengan wajah ditekuk.
Aslan hanya menggeleng, "Ternyata punya pacar bikin repot juga."
*****
Dalam perjalanan menuju kelas, sebuah pesan masuk ke ponsel Icha.
Bunyi pesannya adalah.
Temuin gue dibelakang sekolah.
Wajah Icha yang bete gara-gara melihat Athena langsung berubah cerah, dia langsung membelokkan arah kakinya ke arah belakang sekolah begitu membaca pesan itu, belakang sekolah merupakan tempat keramat yang dijadikan hak milik oleh geng elit biang rusuh sekolah, biang rusuh memang ada yang elit, ada-ada saja, tapi begitulah sebutan yang diberikan oleh para siswa-siswi SMA PERTIWI untuk gengnya Icha.
"Nah ini dia tuan putrinya sudah datang." lisan seorang cowok berperawakan tambun yang bernama Acux.
Ditempat sepi yang terisolasi tersebut sudah berkumpul anggota-anggota geng biang rusuh yang semuanya laki-laki, hanya Icha satu-satunya anggota perempuan.
Icha mengacuhkan ledekan Acux, "Hai Ri, kok tumben banget lo masuk." sapa Icha pada seorang cowok yang duduk disofa dibawah pohon beringin besar, cowok bernama Ari itu tengah khusuk menghisap batang rokok, dia adalah ketua gengnya.
Ari menghembuskan asap rokoknya sebelum berkata, "Jadi, gimana keadaan sekolah selama gue gak masuk."
"Gak asyik kalau gak ada lo."
"Lo tahu bos." seorang cowok berperawakan kurus bernama Aceng menyahut, "Nieh Markunah, itu cueknya minta ampun mentang-mentang kita sudah gak sekelas lagi, pas berpapasan aja, dia kayak orang gak kenal." lapor Aceng.
"Anjirr lo main fitnah aja." Icha menoyor jidat Aceng, "Yang ada lo tuh yang pada nyuekin gue." Icha membela diri.
Para murid bandel itu berkumpul kalau tengah menyusun strategi tauran atau gak karna ingin merokok, seperti saat ini, mereka pada asyik tuh pada ngerokok.
"Eh, bagi donk." pinta Icha.
Acux menyodorkan satu batang rokok pada Icha, Aceng menyalakan pemantik.
"Oh, jadi ini yang sering disebut-sebut geng biang rusuh sekolah."
Icha langsung terbatuk-batuk mendengar sebuah suara yang familiar, iya, pemilik suara tersebut adalah Laskar. Melihat ada orang asing, anggota geng yang lainnya pada siaga satu, pasalnya kalau bukan anggota geng gak ada yang bisa kemari.
"Heh, siapa lo." Aceng mengambil ancang-ancang untuk menyerang, "Berani banget lo kemarkas kami, mau mati lo.'
"Pakai ngatai-ngatain geng kami biang rusuh lagi, mau dijait tuh bibir lo." sahut Acux.
Ari bangun dari duduknya, mencoba melihat dengan jelas pendatang asing tersebut.
"Dia Laskar teman sekelas gue, jangan lo apa-apain Ceng, tuh anak kayaknya tersesat." Icha memberitahu begitu bisa mengontrol batuknya.
Icha mendekati Laskar, "Kenapa lo bisa kemari."
"Gue nyariin lo Cha."
"Anak hilang kali dicari." Acux nimbrung.
"Dia pacar lo Cha." itu pertanyaan yang keluar dari bibir Ari.
"Bukan Ri, cuma teman sekelas gue doank."
"Lo mending pergi dari sini, ini bukan tempat yang tepat buat lo."
"Kalau ini bukan tempat yang tepat buat gue, terus lo ngapain disini."
"Karna gue bagian dari mereka." Icha memandang ke arah temen-teman segengnya.
"Cerita itu bener ternyata, lo satu-satunya cewek yang masuk dalam geng."
"Laskar, mending lo pergi deh sekarang sebelum mereka kesal dengan kehadiran lo." Icha memperingatkan mengingat bagaimana temen-temennya itu tidak menyukai kehadiran orang asing.
"Kalau gue gak mau pergi gimana." Laskar malah menantang.
"Habis lo."
"Oh ya, coba buktikan."
Aceng dan Acux menyerang Laskar dengan melayangkan pukulan, tapi dengan mudahnya ditangkis oleh Laskar dan balik menyerang Acux, emang Acuxnya saja yang lembek satu bogeman saja dia sudah tumbang.
"Awww." pakai mengaduh segala lagi, bener-bener memalukan.
Melihat temannya jatuh, Aceng tidak tinggal diam, dia menyerang Laskar, namun sayangnya nasib Aceng juga sama dengan Acux bisa ditumbangkan hanya dengan satu pukulan.
Aceng memegang pipinya, "Anjirrr, dia mukulnya beneran lagi, sakit banget." ya beneranlah, emang kayak disinetron bohongan.
"Apa yang lo inginkan." itu pertanyaan yang keluar dari bibir sang ketua geng, yaitu Ari.
"Jadiin gue anggota geng lo."
Tanpa perlu berfikir Ari menjawab, "Oke, mulai detik ini lo resmi masuk sebagai anggota geng."
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments