"Tamatlah riwayatku," batin Ravi.
"Kenapa diam saja?" ucap wanita itu.
"Ee.. Aku," Ravi tidak memiliki alasan.
"Bawa ini dan cepat bergabung dengan Team mu!" ucap wanita itu memberikan sekeranjang bunga pada Ravi lalu pergi.
"Hhhuuuff," Ravi menghelai nafas lega.
"Astaga Aku fikir Dia mencurigai ku," ucap Ravi mengelus dadanya.
Ravi kembali melihat keatas dan tak lagi melihat Isyana disana.
"Kemana Dia," Ravi pun berlari keatas dengan menutup wajahnya dengan keranjang bunga yang Wanita tadi berikan.
Seketika jantungnya berdegup dengan kencang saat melihat Isyana berjalan semakin dekat ke arahnya.
Ravi pun melihat sekeliling seperti pencuri, ketika melihat situasinya aman, Ravi segera meletakan keranjang bunganya lalu mendorong tubuh Isyana masuk kesalah satu kamar terdekat.
"Siapa kau? lepaskan Aku!"
"Ssstttt diamlah, ini Aku!" ucap Ravi sambil membungkam mulut Isyana.
"Eummmmm..."
Ravi segera melepaskan tangannya dari mulut Isyana.
"Ravi sedang apa Kau disini? bagaimana Kau tau rumahku?"
"Itu tidak penting, sekarang dengarkan Aku," dengan tatapan tegas Ravi memegang kedua bahu Isyana.
"Aku tidak ingin mendengar apapun lagi sekarang pergilah sebelum orang lain melihatmu," ucap Isyana melangkah pergi. Namun Ravi langsung mendorongnya hingga ke dinding.
"Aww Ravi!"
Ravi menekan erat kedua tangan Isyana hingga membuatnya sulit bergerak.
"Ravi apa niatmu datang kemari!" Isyana mengepalkan kedua tangannya mencoba melepaskan diri, namun Ravi mempererat cengkramannya hingga usaha Isyana menjadi sia-sia.
"Aku hanya ingin mengetahui kenapa Kau menikah?"
"Pertanyaan apa itu Ravi? bukankah semua orang akan menikah?"
"Benar juga, kenapa Aku memberikan pertanyaan konyol seperti itu," batin Ravi.
"Ee... Maksudku apa Kau mencintainya? Apa dia mencintaimu? Atau kau hanya terpaksa menikah saja?"
"Itu bukan urusanmu," jawab Isyana dengan ketus.
"Jawab saja pertanyaanku!" bentak Ravi.
"Aku sudah dewasa, dan Aku ingin menikah, memiliki anak-anak dan memiliki keluarga bahagia, apa urusanmu?"
"Itu bukan jawabannya, Aku bertanya apa Kau mencintainya? Apa Kau sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Hegh! sejak kapan Kau peduli Aku mencintaimu atau tidak?" tanya Isyana dengan mata berkaca-kaca.
"Jawab saja pertanyaanku!" triak Ravi hingga membuat Isyana terlonjak.
"Tidak!" triak Isyana.
Ravi terdiam dan langsung melepaskan cengkramannya.
Matanya berkaca-kaca seakan tak kuasa lagi menahan air matanya yang sedari tadi Ia tahan
Ravi segera menyembunyikan wajahnya ketika air matanya tak lagi dapat Ia tahan.
Ia kembali menoleh ke Isyana sejenak kemudian pergi meninggalkannya.
Isyana pun menangis melihat kepergian Ravi.
****
Rehaan bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke kamar Pari.
Rehaan terdiam sejenak melihat Mayura yang memeluk Pari dengan penuh kasih sayang.
Ia pun duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala Pari.
"Andai saja Nayla masih ada, kamu pasti tidak akan kekurangan kasih sayang kedua orang tua mu," ucap Rehaan kemudian mengecup keningnya.
Rehaan pun kembali akan berdiri namun terhenti saat tangan Mayura memegang tangannya.
Rehaan terkejut dan menoleh kebelakang, Namun Ia melihat Mayura memegang tangannya dengan mata terpejam.
"Bahkan saat tidur pun Dia masih bisa membuatku kesal," Rehaan melepaskan tangan Mayura dengan kasar.
Mayura yang merasa tangannya terlempar sontak membuka matanya.
"Tuan Rehaan," Mayura yang terkejut langsung duduk, Namun karena duduknya terlalu kepinggir Mayura pun terjatuh dari ranjang, Hal ini membuat Rehaan menertawakannya.
"Hahahaha," tawa lepas Rehaan yang melihat Mayura jatuh tidak membuat Mayura kesal, justru hal ini membuatnya tersenyum, Karena ini pertama kalinya Mayura melihat Rehaan tertawa lepas, dan ini membuat kesan tersendiri bagi Mayura yang selama ini hanya bisa melihat kemarahannya.
"Bibi..." ucap Pari sembari mengusap-usap matanya.
Suara Pari membuat Rehaan menyadari tawanya, Seketika itu juga Rehaan menghentikan tawanya dan mengalihkan pandangannya dari Mayura.
Mayura pun bangun dari jatuhnya dan mendekati Pari.
"Bibi disini Sayang..."
"Daddy disini Sayang,"
Rehaan dan Mayura mengucapkan secara bersamaan di sebelah kanan dan kirinya Pari, hal ini membuat keduanya menjadi begitu sangat dekat.
Mereka yang mengucapkan hal yang sama secara bersamaan pun saling menatap satu sama lain.
Pari yang melihat keduanya ada di sampingnya tersenyum bahagia.
"Ini pertama kalinya Aku merasa seperti memiliki kedua orang tua," ucap Pari tersenyum.
Rehaan yang mendengarnya langsung bangun dan membelakangi Pari.
Mayura pun menjadi canggung mendengar perkataan Pari.
"Bangunlah, jangan sampai terlambat ke sekolah," ucap Rehaan lalu pergi meninggalkannya.
"Kita pergi mandi sekarang," ucap Mayura.
Pari mengangguk patuh.
°°°
Rehaan berjalan melewati kamar Ravi
Melihat kamar Ravi yang terbuka membuat Rehaan penasaran dan melihat ke dalam.
Rehaan pun melihat Ravi yang duduk termenung di pojok kamarnya.
"Bang," sapa Rehaan.
Ravi yang asyik termenung tidak mendengar sapaan Rehaan.
"Bang! Apa yang Abang pikirkan?" Rehaan menggebrak meja di depannya.
"Rehaan, kapan Kau datang," tanya Ravi yang tersadar dari lamunannya.
"Sejak tadi, tapi Abang seperti patung hingga tak mendengar Aku berkali-kali memanggil," canda Rehaan, Namun hal ini tidak membuat Ravi tertawa.
Ravi kembali menundukkan kepalanya dan terlihat sangat sedih.
"Ada apa lagi Bang? Apa saranku tidak berhasil?" tanya Rehaan.
"Dia tidak mencintaiku lagi," ucap Ravi sedih.
"Apa dia mengatakannya?" tanya Rehaan tak percaya
Ravi mengangguk pelan.
"Maksuku apa Dia mengatakannya dengan jelas, bahwa Dia tidak mencintai Abang lagi?" tanya Rehaan memastikan.
"Aku bertanya padanya apakah Dia tidak mencintaiku lagi, dan Dia menjawab tidak,"
"Tidak?" tanya Rehaan.
Ravi mengangguk.
"Tidak apa Bang? Dia hanya mengatakan tidak dan Abang langsung meninggalkannya begitu saja?"
"Apa lagi Rehaan, Dia sudah tidak mencintaiku," ucap Ranveer
"Bang Dia hanya mengatakan Tidak, bukan mengatakan Tidak mencintaimu lagi, Apakah Abang fikir kata "Tidak" dari wanita bisa dipercaya?"
"Apa maksudmu Rehaan?" tanya Ravi bingung.
"Bang terkadang para wanita mengatakan Tidak dimulut tapi dihatinya mengatakan lain,"
Ravi masih terlihat bingung dengan ucapan Rehaan.
"Percayalah padaku, Terkadang para wanita ingin melihat kita berusaha lebih keras lagi dalam mendapatkan cintanya," Rehaan tertawa sembari menepuk punggung Ravi kemudian pergi meninggalkan kamarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Amanah Amanah
cari mslah Ravi jngn dengerin apa yg di ktakn rehaan,cari aja gadis lain
2023-01-29
0
Ilyas Angkai Setiawan
ayo mas ravi maju terus pantang mundur,raih kebahagiaanmu mas ravi
2022-01-17
1
Martini
cowok memang aneh
2022-01-05
0