Pagi-pagi Almira sudah mengendarai sepeda motornya menuju ke cafe. Ia melihat ayahnya tertidur di sofa yang sudah habis busanya itu sambil memegang botol minuman.
Almira sedih melihat ayahnya seperti itu. Bahkan ia tidak tahu pukul berapa ayah kembali ke rumah setelah berhari-hari tidak pulang.
Almira masih sempat menyiapkan sarapan dan minuman untuk ayahnya. Sebelum ia pergi ke cafe.
Setelah tiga puluh menit Almira sampai di area cafe. Sudah terlihat kesibukan di sana. Almira hendak mengganti pakaian nya, tetapi di cegah Boni yang baru masuk.
"Kau tidak perlu mengganti pakaian dengan seragam mu Almira, sebentar lagi kau ikut dengan ku ke kantor tuan Brian sesuai kesepakatan mu dengan nyonya Clara semalam", ucap Boni mengingat kan.
"Iya tuan", jawab Almira
*
Hingga tiba waktunya...
Seorang perempuan tersenyum ramah pada Boni, dan menghantar kan Boni dan Almira kesebuah ruangan yang memiliki pintu menjulang megah di hadapan Almira.
Terdapat akrilik yang menempel di pintu tersebut bertuliskan
BRIAN KENDRICK WIJAYA
Di bawah nama tertera tulisan CEO.
Seketika tubuh Almira bergidik dan gugup. Seumur hidupnya ia tidak pernah berurusan dengan orang penting. Bahkan ia tidak pernah tahu rupa bos besar pemilik cafe tempat nya berkerja selama tiga bulan. Begitu pun dengan Clara istrinya, baru semalam lah Almira melihatnya.
Karena untuk cafe semua di serahkan kepada Boni sang manajer. Mungkin bisa jadi usaha cafe itu di nilai tidak seberapa oleh pemiliknya di bandingkan dengan hotel dan mall, sehingga pemilik tidak pernah datang ke cafe.
Terlihat perempuan itu mempersilahkan keduanya masuk.
Boni masuk duluan di ikuti Almira yang tampak takut untuk melangkah kan kakinya.
"Selamat pagi menjelang siang tuan, nyonya...saya menghantarkan Almira sesuai perintah nyonya semalam.
Clara tersenyum puas. Sementara Brian tidak mengindahkannya ia masih sibuk mencatat sesuatu di kertas. Tak sedikit pun wajah itu mengalihkan kan tatapannya.
Terlihat Clara yang duduk di sandaran tangan di kursi Brian sambil memeluk pundak suaminya itu mencium lembut wajah Brian yang tak bergeming.
Almira terpaku melihat laki-laki yang tak bergeming sedikitpun itu. Sangat tampan dan terlihat masih sangat muda. Memiliki rambut hitam dan beralis tebal.
Clara beranjak dari tempatnya dan mempersilahkan Boni keluar, kemudian meminta Almira duduk di sofa dihadapan seorang pria paruh baya yang sedang mempersiapkan semua surat menyurat.
Almira duduk dengan tegap, sementara tangannya saling bertautan. Wajah mulus nya terlihat sangat pucat. Sementara berambut nya terikat dengan rapi. Tidak mengurangi kecantikan gadis belia itu.
"Perkenalkan saya Beni pengacara tuan Brian Kendrick dan nyonya Clara Stepania.
Silahkan nona baca surat perjanjian ini dan apa saja hak dan kewajiban anda. Jika ada yang dianggap tidak mengerti silahkan bertanya", ucap pengacara Beni pada Almira.
Sementara Clara duduk menyilangkan kakinya sambil menghisap rokoknya.
Dengan tangan gemetaran Almira mengambil kertas yang sudah berada dihadapannya.
Satu persatu poin yang tertera di kertas di bacanya dengan teliti.
Diantara poin tersebut banyak sekali yang merugikannya. Seperti ia harus melakukan hubungan suami-istri sesering mungkin untuk mendapatkan keturunan. Setelah anak itu dilahirkan Almira harus pergi menjauh dari kota Jakarta. Almira tidak bisa meminta cerai, yang berhak memutuskan sesuatu pihak pertama yaitu tuan Brian. Dalam waktu yang sudah di tentukan ternyata belum hamil maka Almira harus membayar ganti rugi dengan nilai nominal fantastis yaitu Lima milyar.
Sungguh Almira tidak habis pikir, semua poin ini menjebaknya. Ia maju tetap ia yang salah, mundur pun ia juga yang salah.
"Maaf nyonya, seperti saya mengambil keputusan yang salah saya berubah pikiran. Silahkan penjara kan saya sekarang juga", ucap Almira dengan suara tegas dan keras. Entah keberanian dari mana datangnya tiba-tiba ia lancar berbicara seperti itu.
Mendengar Almira berbicara seketika Brian mengalihkan tatapannya pada sosok perempuan muda yang sudah berdiri dan hendak ke luar ruangannya. Brian hanya menatap tampak belakang nya saja. Tetapi membuatnya cukup tertarik dengan keberanian yang di tunjukkan gadis itu. Gadis itu menolak menikah dengannya.
"Emangnya siapa dia", batin Brian sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lekat menatap tubuh Almira dari belakang yang hanya menggunakan kaos dan celana jeans saja di padukan dengan sepatu kets berwarna putih. Sementara rambut hitamnya terikat dengan rapi. Jemari Brian mengetuk-ngetuk meja kerjanya.
"Berhenti di sana Almira...apa kau mau melihat ayah mu di siksa para preman-preman itu hah ?", ucap Clara ketus sambil tersenyum licik.
Seketika Almira membalikkan badannya,
"Apa maksud nyonya, anda boleh penjara kan saya, tetapi jangan ganggu ayah ku", balas Almira ketus dengan mata berkaca-kaca.
Brian melihat wajah itu, bahkan tak sedetikpun ia mengalihkan pandangan matanya dari sosok Almira.
...***...
LIKE KOMEN DAN VOTE, KASIH BUNGA OR KOPI JUGA BOLEH BANGET 💃🙏
KARYA EMILY :
PENGANTIN PENGGANTI (tamat)
AIR MATA SCARLETT
(on-going)
MENJADI YANG KEDUA
(new)
SERPIHAN HATI ELLENA
(on-going)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Rita Herlina
ceii....ceiii pandangan pertama nie yehhhhh😍😱😂
2022-09-05
2
Hamokitsi Run
kamu bakal nyesel clara...
2022-02-21
0
🌹🪴eiv🪴🌹
gila ,, tuntutan batas waktu hamil, dasar wong edan Clara
setuju nikah buat dapet uang malah bisa kena denda berlipat wah....daebak
2022-01-18
2