Brian baru saja selesai membersihkan tubuhnya, handuk berwarna putih menutupi area tubuh bagian bawahnya.
Pandangan matanya menatap Almira yang masih tertidur pulas.
Bahkan gadis itu tidur seperti pingsan saja, tak bergerak sedikit pun.
"Huhh, gadis ini. Apa aku sangat membuatnya kelelahan sampai ia seperti pingsan begitu", ujar Brian sambil memasang dasinya.
Ia membuka handle pintu dan duduk di meja makan yang sudah tersedia hidangan di atasnya. Mbok Mina sudah menyiapkan semuanya. Seperti biasa, saat apartemen itu di tempati Brian.
Brian sudah terbiasa makan sendirian, walaupun ia memiliki istri tapi istrinya tidak pernah mengurusi kebutuhan sehari-hari Brian. Brian mengerti tentang keadaan Clara, karena kesibukannya di dunia model. Yang membuatnya jarang menghabiskan waktu bersama Brian.
*
Almira mengerjap-ngerjapkan matanya, sesaat ia tertegun begitu sadar bukan berada di kamarnya. Sama halnya seperti hari kemarin ia pun kaget saat bangun tidur bukan berada di kamarnya yang biasa ia tiduri selama ini.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu, Almira bangun dengan mengejutkan tubuh nya.
"Aww, aduhhh", jerit Almira tertahan. Ia lupa semalam baru saja hilang keperawanannya.
Seketika rasa sakit itu datang lagi pada pusat tubuh nya, dengan tertatih-tatih Almira meraih handle pintu kamar mandi, dengan selimut tebal melilit di tubuh polos nya. Beruntung, brian tidak ada di kamar itu.
Setelah selesai membersihkan diri, Almira segera mengganti pakaian yang sudah di sediakan di wardrobe. Ia memiliki dress model Sabrina berbahan lembut dengan motif bunga-bunga kecil.
Almira, membuka pintu kamar dan keluar menuju ruang makan. Perutnya terasa sangat lapar sekali. Tetapi ia ingat perkataan Damar bahwa Almira tidak perlu menyiapkan apapun, semua di kerjakan mbok Mina.
Sesaat ia terdiam, saat mengetahui Brian ada di meja makan. "Apa nanti saja aku makan setelah tuan Brian pergi bekerja. Seperti nya ia akan bekerja kalau melihat pakaian yang melekat ditubuh nya itu", batin Almira sesaat hendak membalikan badannya.
"Selamat pagi nyonya Almira, mari silahkan duduk", ucap Mina begitu melihat Almira seperti nya hendak menghindari Brian.
Almira tersenyum pada Mina,
"Terima kasih mbok Mina", jawab Almira ramah.
Sekilas Brian mengalihkan perhatian nya pada Almira yang sudah tampak segar.
"Wajah polosnya hanya di poles lipgloss berwarna merah muda saja, sudah secantik itu", batin Brian. Tapi cepat-cepat di tepisnya pikiran itu. Sekelebat bayangan wajah Clara yang selalu berdandan berlebihan baik di rumah atau pun sedang beraktivitas. Sangat berbeda dengan Almira.
"Shittt, apa-apaan aku ini dari semalam selalu membandingkan gadis ini dengan istriku. Tentu saja Clara lebih segalanya dari Almira. Clara sangat agresif saat bercinta tidak seperti Almira.
Tetapi biar begitu rasa Almira berkali-kali lipat nikmat nya di banding milik Clara".
Tampak Brian menggelengkan kepalanya.
"Shittt.."
Brian tampak melempar serbet keatas meja setelah mengelap ujung mulut nya.
"Aku pergi kekantor sekarang", ucap Brian saat melihat Almira sudah duduk di depannya.
Wajah Brian tampak kesal dan emosi saat melihat Almira. Entahlah kesal karena apa.
"Tuan Brian, maaf... bolehkah saya melanjutkan kuliah saya tuan", ucap Almira seperti biasa suaranya terdengar lembut di telinga. Almira memberanikan dirinya menatap manik coklat terang di hadapannya.
"Kamu masih kuliah Almira?", Brian balik bertanya dengan lekat menatap Almira.
Almira menganggukkan kepalanya pelan, "Iya tuan, kuliah ku sudah semester akhir", jawab Almira.
Brian menautkan kedua tangannya dan menopang dagunya menatap intens Almira.
"Kuliah mu mengambil jurusan apa?".
"Ekonomi bisnis, tuan. Saya hanya menyelesaikan satu mata kuliah lagi. Karena saya kuliah mendapatkan kan beasiswa dari kampus jadi harus bertanggung jawab menyelesaikan perkuliahan", ucap Almira pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Almira, jadi selama ini kau bekerja di cafe sambil kuliah? Bagaimana caramu membagi waktu dengan jadwal padat begitu ?", tanya Brian sambil menatap Almira yang tertunduk.
"Jadwal kuliah saya dari pagi hingga menjelang sore, setelah itu saya langsung ke cafe bekerja paruh waktu hingga malam, tuan", jawab Almira.
"Apa kau tidak lelah dengan jadwal rutin seperti itu?".
Almira menggelengkan kepalanya, walaupun sebenarnya ia bohong. Karena sejujurnya hidupnya benar-benar sangat lah melelahkan.
Tapi ke dua mata nya tidak bisa bohong karena sudah terasa memanas. Bahkan matanya
sudah berkaca-kaca. Memang Almira selalu seperti itu saat menceritakan kehidupan nya.
Brian tahu Almira menahan tangisnya.
"Almira...aku dengar kau masih memiliki ayah, dimana ayahmu saat ini dan apa pekerjaan nya?", tanya Brian dengan tatapan menyelidik pada wajah Almira.
Almira menarik nafas panjang,
"Iya, saya tinggal bersama dengan ayah ku, tuan. Sementara ibu sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Pekerjaan ayah ku sama seperti yang di katakan nyonya Clara, ia seorang pemabuk dan penjudi yang banyak berhutang pada rentenir", jawab Almira dengan jujur.
"Apa karena ingin melunasi hutang ayah mu yang membuat kau mau menerima tawaran istri ku, Almira?".
Almira menundukkan wajahnya kembali. Dan mengangguk kan kepalanya.
"Beberapa hari yang lalu saya melakukan kesalahan di cafe milik tuan".
Brian menautkan alisnya, "Kesalahan apa?"
"Pada saat sedang menghantarkan pesanan, saya menumpahkan makanan yang di pesan".
Almira menundukkan wajahnya sambil meremas kedua tangannya dipangkuan nya.
Brian mengusap dagunya sambil menatap Almira yang tertunduk.
"Tapi sebenarnya semua yang terjadi bukanlah sepenuhnya kesalahan saya, tuan. Pelanggan itu melecehkan saya", ucapnya pelan.
Mendengar ucapan Almira, sontak membuat Brian menegakkan duduknya.
"Apa yang terjadi sebenarnya Almira?", tanya Brian dengan serius.
"Pelanggan laki-laki itu meremas bokong s-aya, tuan. Saya bersumpah mengatakan yang sebenarnya kepada tuan Boni dan nyonya Clara", jawab Almira dengan sungguh-sungguh.
Raut muka Brian langsung mengeras menahan emosi.
"Siapa orang itu, katakan", cerca Brian tidak sabar menunggu jawaban Almira. Tak sedetik pun ia mengalihkan pandangan matanya pada Almira.
"Menurut tuan Boni dan nyonya Clara namanya tuan Andreas seorang pengacara hebat. Dan ia mengancam akan menuntut saya dan cafe milik tuan", jawab Almira dengan yakin.
Brian mengeraskan rahangnya, ia tidak mengerti kenapa istrinya Clara tidak mengatakan semuanya kepada nya. Brian menarik nafas dalam-dalam.
"Almira.. kau boleh melanjutkan kuliah mu, karena aku suka melihat perempuan yang pintar saat bersama ku", ucap Brian.
Almira mengangkat wajahnya dan tampak bersemangat.
"Tapi kau harus pergi dan pulang bersama sopir yang sudah aku sediakan untuk mu", ujar Brian selanjutnya.
"Baik tuan Brian", ucap Almira tersenyum bahagia.
Brian sesaat terpukau melihat Almira tersenyum seperti itu, semenjak bertemu gadis itu ia selalu memperlihatkan wajah murungnya. Tidak saat ini, wajah polos itu terlihat sangat bahagia.
"Satu lagi... berhenti memanggil ku dengan kata-kata tuan itu, aku tidak menyukainya. Panggil saja nama ku", ucap Brian sambil berlalu meninggalkan Almira sendirian di meja makan.
...***...
LIKE KOMEN DAN VOTE, KASIH BUNGA OR KOPI JUGA BOLEH BANGET 💃🙏
KARYA EMILY :
PENGANTIN PENGGANTI (tamat)
AIR MATA SCARLETT
SERPIHAN HATI ELLENA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Rita Herlina
panggil saja namaku...ok,,siap bri😂
2022-09-05
3
Yati Rosmiyati
ku tunggu bucin mu Brian🤭
2022-05-05
0
Dwitiarina Kristiti
Luthfie ni siapa thor?
bukannya Damar?
2022-04-07
0