.
.
Suara ribut-ribut para manusia hilang saat mereka telah memasuki pintu dungeon.
“Oh iya... kenapa kita langsung masuk tanpa senjata?” tanya Lino
Randy menepuk dahinya, kenapa dia juga melupakan hal itu? Sepertinya dia terlalu panik karena pihak asosiasi mendesaknya, sampai melupakan hal penting seperti senjata.
“Senjata kalian apa?” tanya Lino lagi.
“Aku sama Luna gak perlu senjata kok, kita penyihir” jawab Sam, Luna mengangguk mengiyakan “Elemen sihirku es dan angin, kalau Sam air dan api” kata Luna
“Serius? Padahal air dan api bertolak belakang tapi kau punya keduanya?” Randy berdecak kagum, malah membuat Sam semakin tersenyum bangga, dan hal itu mengundang tangan jahil Lino untuk menjitak kepalanya.
“Aduh! Sakit bang!” Sam mengusap kepalanya, sambil menatap Lino kesal “Padahal aku gak salah...” tambahnya.
“Kalo kamu Randy?” tanya Lino
“Oh? Aku biasa pake pisau atau pedang, tombak juga bisa” jawab Randy
“Master! Oh – maksudku kak Lino...” panggil Hanna, Lino menghampirinya “Kenapa?”
“Dungeon ini milik kawanan srigala abu-abu, monster level A” Hanna menunjuk beberapa srigala yang sudah berjalan menghampiri mereka.
Padahal mereka belum berjalan jauh, tapi para srigala sudah mau menyerang. Lino mengaktifkan mode map pada layar sistemnya, yang dapat melihat layar sistem hanya Lino dan Hanna saja, karena Hanna memiliki kontrak dengannya dan telah menjadi pelayannya.
“Ada seratus lima puluh srigala dan satu raja srigala” gumam Lino yang sedang menatap layar map dengan seksama, map tersebut menampilkan keberadaan semua monster dalam dungeon ini, termasuk jumlahnya.
“Bagaimana kau bisa mengetahuinya ketua?” tanya Randy, Lino menoleh padanya, agak risih sebenarnya di panggil ketua.
“Jangan banyak tanya, karena bulu srigala sangat berharga, jangan merusak bulunya, langsung tebas lehernya, kalian mengerti?” Lino
“Mengerti!” sahut mereka kompak.
Lino memberi Randy pedang yang berasal dari harta yang Lino rampas di dungeon sebelumnya, Randy ingin bertanya dari mana Lino dapat pedang itu tapi tidak jadi setelah dia ingat Lino meminta mereka untuk tidak banyak tanya, lagipula di saat mendesak begini dia tidak bisa banyak bertanya.
Luna dan Sam sudah menebas banyak srigala dengan bilah es dan bilah air, sementara Randy dan Hanna menebas mereka dengan pedang dari Lino.
Lino sendiri memakai pistol putih, karena ingin melihat reaksinya terhadap srigala, dia puas setelah menembak satu srigala tepat di kepalanya, srigala langsung mati tapi tidak langsung lenyap seperti saat Lino mengerjakan hukuman atau misi.
Melihat itu dia pun dengan brutal menembak kepala srigala satu-satu.
“Ketua curang! Dapat dari mana senjata tingkat dewa begitu?” protes Sam
“Tingkat dewa kepalamu! Ini pistol biasa kok” balas Lino
DOR
“Jangan lengah!” bentak Lino pada Sam yang hampir saja diserang srigala, tapi untungnya Lino langsung menembak kepalanya.
“Ma.. maaf...”
Lino memberikan pistol itu pada Sam “Pakai ini, tembak kepalanya”
“Terus ketua pakai apa?” tanya Sam
“Jangan banyak tanya! Fokus menembak saja”
Mendengar itu Sam yang takut langsung mengerjakan perintah Lino, karena Lino jauh lebih seram dari pada kawanan srigala.
Kawanan srigala sudah banyak berkurang, jadi Lino segera mencari dimana boss dungeonnya.
“Master... disini!” Hanna menunjuk sebuah tempat yang diperkirakan tempat boss dungeon berada.
“Kalian fokus melawan yang disini saja ya? Aku akan mengalahkan boss dungeon dengan Hanna” teriak Lino
“Secepat itu? Gimana dengan batu kristalnya? Kita tidak perlu mengambilnya?” tanya Luna bertubi-tubi sambil terus menebas kepala para srigala.
“Itu urusan belakangan, kalian tidak perlu khawatir” kata Lino dengan entengnya, Randy, Sam dan Luna yang mendengarnya malah tambah khawatir, tapi mereka memilih percaya saja dan fokus mengalahkan para srigala.
Pekerjaan mereka jadi enteng karena pistol yang Sam bawa mempermudah pekerjaan mereka, jika Sam telah menembak dua srigala, maka Randy dan Luna sudah mengalahkan satu srigala.
Meski monsternya tingkat A, tapi level mereka juga tinggi untuk ukuran manusia. Apalagi pedang yang Randy bawa juga sebenarnya bukan pedang biasa, itu adalah pedang sihir yang akan langsung menyesuaikan dengan penggunanya.
Lino dan Hanna memasuki dungeon sampai cukup dalam, jika ada srigala yang menghalangi, Hanna segera menebasnya dengan sulur tajam , Lino juga membawa pisau putih yang ia dapat dari gacha untuk berjaga-jaga.
Gggggrrrrrhhhhhh
Lino tercekat melihat raja srigala tersebut, ukurannya dua kali orang dewasa, warnanya abu-abu gelap dan terlihat sangat kuat.
“Master! Dia ini monster SS, dia sangat kuat meski tidak lebih kuat dariku – master? Kau mendengarku?”
“Hanna... aku menginginkannya”
“Apa?”
“Aku akan menjadikannya peliharaanku”
Hanna terdiam melihat seringai yang Lino tunjukkan.
Dengan cepat Lino mengarahkan cincinnya pada raja srigala tersebut, keluar rantai hitam yang dengan segera menjerat leher dan tubuh srigala.
BRUGH
Srigala tersebut tak bisa melawan, diapun terjatuh segera setelah Lino menarik rantai hitam yang menjeratnya.
“Hanna, dia perlu meminum darahku sepertimu?”
“Eh? Oh – tidak juga...” jawab Hanna yang baru tersadar dari lamunannya, dia hanya kagum dengan Lino yang dapat melumpuhkan raja srigala dalam sekejab. Karena raja srigala tersebut tidak lemah, meski dijerat rantai harusnya masih bisa sedikit melawan, apalagi rantai dari cincin Lino tidak ada sihirnya, hanya rantai biasa.
Mungkin ini pengaruh bakat? Karena menjinakkan monster memang bakat alami Lino, karena itu juga dia mendapatkan pekerjaan menjadi penjinak monster.
Lino sudah berada di dekat srigala “Lalu aku harus bagaimana?”
“Tinggal teteskan saja darah master padanya”
Lino menggores jari telunjuknya dengan pisau biasa, jika memakai pisau putih dia agak takut. Setelah itu, ia teteskan darahnya pada dahi srigala.
Saat darah itu menyentuh srigala, sinar putih menyelimuti srigala tersebut, Lino sampai harus mundur karena terlalu silau.
Setelah sinar menghilang, ternyata tubuh srigala itu mengecil... tidak, bukan mengecil, tapi berubah.
Srigala tersebut berubah dengan tubuh seperti manusia, namun telinganya tetap telinga srigala, dia pun masih memiliki taring tajamnya.
Rantai masih menjerat leher dan tubuh srigala, namun sudah melonggar.
Lino mengedip-ngedipkan matanya bingung saat srigala tersebut berlutut di hadapannya “Master... saya siap melayani anda”
Lino menoleh pada Hanna “Hei Hanna, kenapa kau dulu tidak berlutut seperti dia?”
“Tidak mau! Aku kan seorang putri!”
Lino berdecih mendengar alasan Hanna, lalu dia kembali fokus pada srigala tersebut.
“Angkat kepalamu” perintah Lino.
Srigala yang telah berubah wujud tersebut mengangkat kepalanya, Lino cukup terkejut melihat wajah tampan yang dimiliki srigala itu, dia memiliki kulit putih pucat, rambut abu-abu kehitaman, dan sepasang mata abu-abu muda yang berkilat, dia memiliki telinga srigala warna hitam.
Srigala tersebut tidak telanjang, dia memakai celana kulit warna hitam, namun dia tidak memakai atasan apapun.
“Kau akan setia padaku?” tanya Lino
“Tentu saja master... saya akan melayani master”
“Padahal aku dan teman-temanku sedang membantai teman-temanmu, oh – atau bawahanmu, kau raja kan?”
Srigala tersebut tersenyum “Saya mengerti,
hal tersebut tidak dapat dihindari, ini sudah takdir kami”
Takdir?
“Karena aku tidak membunuhmu, apa dungeon ini akan tertutup? Atau tidak?” tanya Lino
“Saya telah dikalahkan, itu sama saja master... tempat ini akan tertutup dalam beberapa jam” jawab srigala.
“Apa aku harus memberimu nama? Atau, kau sudah punya nama?”
“Anda harus memberi nama baru untuk saya”
“Kau punya usul Hanna?” Lino
“Wolfie!” Hanna
“Tidak” Lino
“Kenapa? Nama wolfie bagus kok” protes Hanna
“Itu terlalu imut!” Lino “Namamu sekarang Alpha” lanjutnya.
“Maret” Hanna
Lino menyenggol rusuk Hanna, namun Hanna malah terkekeh entah apa yang lucu “Ini pake ‘ph’ ya, bukan f, jadi beda” kata Lino
“Hehe, becanda master..” Hanna “Tapi nanti kita mampir kesana ya?”
“Ngapain sih?” Lino melepaskan jeratan rantai dari tubuh dan leher Alpha.
“Beli ice cream! Wolfie suka ice cream?” tanya Hanna pada Alpha, Alpha hanya mengangguk kecil, tapi raut wajahnya mengatakan jika dia bingung dengan pertanyaan Hanna.
“Udah ku bilang, namanya Alpha!” Lino
Agar tidak menimbulkan keributan, akhirnya Lino memasukkan Alpha ke dalam cincin.
“Ketua!!” teriakan Sam terdengar cukup keras, tak lama kemudian tiga bocah SMA itu sudah berkumpul bersama dengan Lino dan Hanna.
“Kalian sudah selesai membantai srigala?” tanya Lino
Mereka mengangguk kompak.
“Boss dungeonnya mana? Master udah ngalahin dia?” tanya Randy
“Tentu saja.. tapi dia langsung hilang setelahnya, Hanna, kumpulkan semua bangkai srigala dan batu kristal sihir yang ada di gua ini dengan sihirmu” perintah Lino
“Baik ketua!” Hanna
Lino tersenyum kecut mendengar Hanna ikutan memanggilnya ketua, sudahlah.. tidak buruk juga.
Merekapun berjalan keluar dari tempat itu, sementara Lino masih berdiri disana, karena ada notifikasi sistem masuk.
[Anda telah menyelesaikan misi tersembunyi, klaim hadiah yang anda dapatkan!]
Linopun memeriksa menu [Misi Tersembunyi]
...--*--...
...MISI TERSEMBUNYI:...
...Kalahkan dan takhlukkan dungeon yang...
...anda masuki hari ini!...
...Hadiah:...
...Koin sistem 500.000 [Ambil]...
...Tiket gacha level A [Ambil]...
...Tiket gacha level SS [Ambil]...
...--*--...
Anda telah menyelesaikan Misi Tersembunyi ambil semua hadiah! [Ambil]
...--*--...
Tentu saja Lino mengambil semua hadiah tersebut, dia jadi penasaran dengan tiket gacha level SS itu... akan dapat apa ya dia nanti?
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
pengagum 🥀
furry indonesia… solid… solid… solid…
2023-10-19
0
noteXXX
lakonnnnn
2022-02-07
0
Ghiets'Enay
hahahaha
2022-02-01
2