Chapter 2

Begitu duduk di ruang tengah bersama kedua ponakannya, Clara tiba-tiba menepuk keningnya begitu teringat akan makanan yang di bawanya dari rumah tertinggal di mobil karena terlalu semangat menghampiri si kembar yang begitu menggemaskan.

“Suamiku sayang, ambilin rantang dong di mobil,” kata Clara begitu sang suami baru saja tiba di ruang tengah, dan hendak duduk di sofa yang ada di sana.

“Kenapa gak ambil sendiri aja sih,” memutar bola matanya malas, Birma lalu menjatuhkan diri di sofa.

“Malas aku tuh sayang, ambilin ya, ya,” wajah menggemaskannya Clara keluarkan agar sang suami luluh dan menuruti titahnya. Namun sayang, kali ini jurusnya itu tidak mempan dan suaminya tetap menggelengkan kepala, tanda menolak.

“Oke kalau emang kamu gak mau,” nada suara Clara kini tak lagi selembut dan semanja tadi. “Malam ini kamu benar-benar tidur di luar!” seru Clara galak. Wajah imut dengan nada suara lembut tidak membuat laki-laki itu luluh maka, ancaman membuat Birma segera bangkit dan berlari kembali ke luar dari rumah mertuanya.

Cleona dan kedua anaknya sontak menertawakan, tapi kemudian berhenti begitu melihat Birma yang kembali tanpa membawa apa pun di tangannya. Clara berkacak pinggang dan hendak melayangkan semburannya sebelum kemudian Birma berkata, “kunci mobilnya ketinggalan.” Setelah itu Birma kembali berlari agar tidak lagi mendapat ancaman mengerikan dari istrinya.

“Gila-gila, laki lo, Tu!” Cleona tertawa begitu puas, geli melihat wajah Birma yang mirip seperti kucing ketakutan.

“Nyebelin emang dia mah, nunggu di ancam dulu, baru deh ...." Clara menggelengkan kepala, lalu kembali bermain dengan kedua ponakannya yang sudah asyik dengan robot-robotannya.

Tak lama Birma kembali dengan rantang berwarna biru milik Clara, dan menyerahkan itu pada istrinya yang langsung di terima Clara dengan senang hati. “Terima kasih suamiku sayang,” ucap Clara seraya menghadiahkan satu kecupan di pipi Birma yang langsung mengukir senyum.

“Kalau tahu hadiahnya kayak gini mah dari tadi gue perginya, tanpa harus macan betina ngasih ancaman.” Ujar Birma mengukir senyumnya.

“Ck, dasar laki-laki!”

🍒🍒🍒

Sekembalinya dari rumah sang bunda, Clara dan Birma sampai di rumah begitu hari sudah gelap karena saking asyiknya bermain dengan dua bocah gembul berusia hampir 3 tahun, yang tak lain adalah anak dari pasangan Rapa-Cleona. Setidaknya dengan keberadaan kedua ponakannya itu kesedihannya sedikit terobati, meskipun harapan itu tak pernah hilang dari hati dan pikirannya.

Merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah, Birma langsung menyalakan televisi di depannya, sementara Clara melanjutkan langkah menuju dapur dengan kantong bening yang di bawanya, lalu mengeluarkan isinya. Liur Clara seolah akan menetes begitu aroma wangi bercampur pedas menyeruak mengenai indra penciumannya.

“Kenapa kalau gue bikin gak pernah senikmat ini wanginya?” tanya Clara pada dirinya sendiri, kemudian duduk di kursi meja makan dan mengambil sendok yang tersimpan di tengah meja yang cukup lebar itu.

“Nah ini baru namanya seblak!” ujarnya begitu melahap suapan pertama makanan pedas kesukaannya. Hingga suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya, Clara terus memuji makanan berbahan dasar kerupuk itu. Tidak peduli dengan keringat yang mulai bercucuran karena rasa pedas yang membakar lidahnya.

“Cla ... astaga! pantesan aja aku tungguin dari tadi gak nongol juga, tahunya enak-enakan makan sendiri,” Birma memutar bola matanya.

“Hehe, maaf lupa,” ujarnya cengengesan, membuat Birma mendengus pelan.

“Jangan di biasaain makan pedas, deh, Cla. Nanti kamu sakit perut,” tangan Birma terulur menyeka pelipis istrinya yang berkeringat.

“Abisnya aku suka, gimana dong?” Clara mengedip-ngedipkan kedua matanya, kemudian menyandarkan kepala di pundak sang suami yang kini tangannya bergerak mengusap lembut kepalanya.

“Setahu aku, Bunda gak suka pedas, Ayah juga gak terlalu suka. Terus kamu turunan siapa sebenarnya, hem?” menjawil hidung mancung istrinya dengan gemas, Birma kemudian memberikan kecupan di tempat yang sama.

“Aku mah keturunan bidadari, makanya cantik!” ucapnya dengan percaya diri.

“Gak nyambung banget itu jawaban,” Birma menangkup wajah sang istri dengan kedua telapak tangannya, lalu menggesek-gesekan hidungnya dengan hidung Clara, gemas. “Eh, tapi kamu memang bidadari sih, bidadari tanpa sayap yang tuhan takdirkan untuk seorang Birma.”

“Gombal!” serunya tanpa bisa menyembunyikan wajah meronanya. Birma meskipun menyebalkan, tetap saja laki-laki itu suaminya, yang tak jarang melayangkan gombalan receh, dan selalu berhasil membuatnya bersemu.

“Gemesin banget sih lo, bakpau!” gemas, Birma menggingit pipi gembil istrinya, dan itu sukses membuat Clara meringis begitu rasa sakit dirinya rasakan.

“Birma, ish, sakit tahu!” rengeknya memukul-mukul dada bidang laki-laki di depannya itu.

Birma yang tidak sama sekali merasakan sakit dengan pukulan sang istri hanya tertawa, lalu membawa Clara ke dalam pelukan dan kecupan berkali-kali tak lupa di daratkannya pada pipi montok Clara yang di gigitnya barusan.

“Hobi banget sih kamu gigit pipi aku, gak tahu apa kalau itu sakit?!” dengus manja Clara, bersandar pada dada bidang suami tampannya.

“Abis pipi kamu bikin aku gak tahan, pengennya aku gigit terus. Kalau bisa setiap saat deh aku uyel-uyel.” Tangan Birma yang semula mengelus rambut istrinya kini beralih mencubit pipi wanita itu.

“Jahat banget sih kamu!” wajah cemberut Clara malah semakin membuat Birma gemas. “Di kira pipi aku Squishy apa?!”

“Mirip,” kata Birma yang kembali menangkup wajah istrinya, melayangkan kecupan di kening, hidung dan bibir wanita cantik di depannya. Setelah itu, Birma bangkit dari duduknya, dan dengan tiba-tiba memangku istrinya, membuat Clara terkejut dan refleks melingkarkan tangannya erat di leher Birma agar tidak terjatuh.

“Nyebelin banget sih lo jadi suami, kalau gue jantungan gimana coba?!” dengus Clara.

“Kalau gak ada jantunya yang ada lo mati, sayang!” ujar Birma dengan santainya, dan terus membawa sang istri menuju kamar mereka yang ada di lantai dua.

“Lo doain gue mati?!”

“Kalau lo mati, nanti gue nikah lagi."

“Berani lo, hah! Sebelum itu terjadi lo duluan yang gue matiin.” Tajam, Clara memberikan delikkan, sementara Birma malah justru tertawa, lalu menjatuhkan dirinya dan sang istri ke ranjang berukuran king size yang empuk dan nyaman itu.

“Tenang sayang, gue gak akan nikah lagi kok meskipun nanti lo lebih dulu di panggil Tuhan ... Aw ... aw!” jerit Birma begitu cubitan pedas istrinya berikan. “Sakit sayang,”

“Ya abis lo bicaranya kayak doain gue beneran mati lebih dulu,” cemberut, Clara mengubah tidurnya menjadi duduk, melipat kedua tangan di dada seraya membuang muka, enggan menatap sang suami.

“Bukannya aku doain kamu meninggal, sayang. Maut itu siapa yang tahu ‘kan? Maksud yang mau aku sampaikan adalah, aku mau seperti Papi Leo, tetap setia pada istrinya meskipun beliau di tinggalkan Mami di usianya yang masih cocok untuk mendapatkan istri lagi. Aku mau seperti beliau, setia sama istrinya sampai ajal menjemput dan berharap kembali di pertemukan di kehidupan selanjutnya.”

“Bir, aku pengen nangis boleh gak?” tanya Clara dengan wajah merah dan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Boleh dong sayang, aku tahu kamu terharu dengan kata-kataku baru...”

“Bukan terharu, tapi paha aku sakit ketusuk jarum yang ada di celana kamu.”

Birma dengan segera mengikuti tatapan Clara yang tertuju ke bawah, pada paha istrinya yang terekpos karena dress yang di kenakan wanita itu sedikit menyingkap. Meringis, Birma kemudian menarik pelan jarum yang tertanjap di celana jeans yang di kenakannya, dan sial ujung runcing jarum tersebut menancap di paha Clara, hingga mengeluarkan sedikit darah.

“Kamu ngapain sih sampai simpan jarum di sana, sengaja mau bikin aku celaka?”

“Dih, mana mungkin aku bikin celaka istri aku sendiri. Ini gara-gara tadi aku jahit kaos kaki Si El yang bolong. Aku kira jarumnya udah aku simpan di tempatnya lagi, mana tahu kalau tuh jarum tiba-tiba ada di celana aku. Maafin aku sayang. Sakit ya?”

“Tahu sakit, kenapa nanya?!” kesal Clara yang air matanya sudah mengalir. Entah air mata apa yang dirinya keluarkan, karena sakit akibat jarum itu jujur saja tidak begitu terasa. Namun melihat wajah bersalah Birma malah semakin membuat air matanya menetes semakin deras. Apa lagi saat laki-laki itu memberikan beberapa kecupan di pahanya yang terluka kecil sambil terus mengucapkan kata ‘sembuh’ berulang kali, sebanyak kecupan yang di berikan.

“Boleh gak sih gue ngatain laki sendiri ****?”

***

*jahat emang Clara, suami sendiri di katain ***. ini nih contoh istri durhakim, jangan di contoh ya guys 😄😄

jangan lupa tinggalkan like vote dan komennya. terima kasih 😊**

Terpopuler

Comments

N I A 🌺🌻🌹

N I A 🌺🌻🌹

kinyis2 gimana gitu kalo liat pasangan ini😂😂😂😂

2021-02-27

0

adhe carlyyna

adhe carlyyna

kisah priella adiknya si cleona ada gak

2020-10-26

0

Meme Chun

Meme Chun

baca juga karya ku kakak

BENIH CINTA NIKAH MUDA!!
TIGA SRIKANDI

2020-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!