Selesai melahap habis pancake yang di buat istrinya, sepuluh menit kemudian Birma kembali menjelajahi dapur, mengambil apa saja yang ada di dalam kulkas yang bisa dirinya makan, lalu Birma bawa ke ruang tengah, menyalakan televisi dan menonton siaran berita yang selalu tayang di pagi hari seperti ini.
Hujan masih mengguyur bumi, membuat mereka tidak bisa pergi ke mana pun untuk mengisi waktu libur yang sudah terlanjut di ajukan. Sebenarnya bisa saja mereka pergi, toh ada mobil yang akan melindungi Birma juga Clara dari air yang turun dari langit selama di perjalanan, tapi malas akibat rasa dingin itu lah yang membuat mereka memilih untuk menetap di rumah.
“Kamu udah lapar lagi, Bir?” tanya Clara yang baru saja kembali dari kamarnya, duduk di samping sang suami yang sedang menikmati cake coklat yang kemarin di bawakan oleh Cleona. Anggukan menjadi jawaban Birma tanpa mengalihkan tatapan dari layar datar di depannya.
“Karet banget itu perut!” memutar bola matanya, Clara mengambil remot dari tangan suaminya dan memindahkan siaran berita menjadi kartun yang selalu di tayangkan di pagi hari. Berita terlalu pusing untuk Clara tonton.
“Aku baru sarapan pancake, wajar kalau sepuluh menit kemudian lapar lagi. Orang Indonesia itu baru kenyang kalau udah makan nasi, Cla. Kalau pancake itu seharusnya untuk camilan.”
“Halah itu mah perut kamunya aja yang emang banyak cacingnya.” Cibir Clara memutar bola matanya. “Tapi aku juga emang lapar lagi sih,” lanjutnya memberikan cengiran, membuat Birma mendelik dan melayangkan sentilan pelan di pelipis istrinya itu.
“Bikin nasi goreng, Cla sama ayam geprek. Enak deh kayaknya.” Menatap langit-langit ruang tengah, Birma membayangkan kenikmatan dari makanan yang baru saja di sebutkannya itu, sampai liurnya hampir saja menetes.
“Kamu ngidam?” tanya Clara menatap suaminya dengan serius.
“Sepertinya.” Jawab Birma yang masih saja membayangkan betapa nikmatnya makan ayam geprek di pagi hujan seperti ini.
“Tapi sayang, ayamnya gak ada.” kata Clara, menghancurkan bayangan kenikmatan Birma.
“Kok gak ada?”
“Habis, Bir. Waktu itu kan niatnya kita mau pergi ke Maldives, jadi aku gak belanja.”
“Yah, cacing di perut gue kecewa.” Keluh Birma lesu, mengusap-usap perutnya yang terpaksa harus menyingkirkan keinginan untuk makan nasi goreng dengan ayam geprek.
Clara sendiri hanya terkekeh geli melihat wajah kecewa suaminya, kemudian menjejali mulut Birma yang sedikit terbuka dengan cake coklat yang ada di pangkuan laki-laki tampan itu, setelahnya Clara memindahkan piring kecil yang sudah tak berisi ke atas meja dan membaringkan kepalanya di paha sang suami.
“Jangan cemberut lo, jelek!” mencubit kedua pipi Birma, Clara tertawa melihat suaminya yang bertambah cemberut. “Nanti kalau hujannya udah reda, kita pergi belanja. Aku bikinin ayam geprek yang banyak buat kamu.”
Mau tak mau Birma akhirnya mengangguk, kemudian mengangkat kepala istrinya, meminta wanita itu untuk bangun terlebih dulu agar dirinya bisa berbaring di sofa. Lalu setelahnya meminta ibu hamil muda itu untuk kembali berbaring. Sofa yang luasnya tidak seberapa lagi-lagi mereka jadikan tempat untuk bermesraan, menonton televisi yang meskipun tidak mendukung dengan suasana, tetap membuat keduanya menikmati waktu berharga mereka.
🍒🍒🍒
Bangun di saat jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang, Clara dan Birma bergegas mandi dan menepati janji akan rencana mereka untuk berbelanja kebutuhan dapur serta membeli ayam yang saat bangun tidur tadi suaminya itu kembali menagih ayam gepreknya. Padahal Clara kira laki-laki itu akan lupa, tapi sepertinya masa mengidam sudah mulai di alami suaminya, membuat Clara bersyukur karena itu artinya sang bayi menyayangi ayahnya yang kadang mengesalkan.
“Sekarang tangannya pindah ke perut, ya? Gak tangan aku lagi yang kamu genggam.” Sindiran Clara layangkan begitu mobil sudah meninggalkan pekarangan rumah dan tangan Birma yang biasanya setia menggenggam tangannya kini beralih pada perut rata Clara yang sesekali laki-laki itu elus, atau hanya bertahan diam di sana.
“Cie ada yang cemburu,” ledek Birma menyempatkan untuk menoleh pada istri cantiknya, yang wajahnya kini terlihat sedikit kesal dan bersemu. “Baby, mommy kamu cemburu masa,” kata Birma kembali memberikan elusan lembut di perut Clara yang terhalang midi dress polos berwarna Navy.
“Mana ada aku cemburu,” elak Clara membuang pandangan dari suaminya yang kini terkekeh pelan.
“Kok aku gak percaya.” Birma menaikkan sebelah alisnya, menoleh sekilas pada Clara yang duduk di sebelahnya.
“Musyrik kalau kamu percaya sama aku.”
“Iya, dan itu artinya kamu emang cemburu.” Kekeh Birma yang masih saja senang menggoda istrinya yang semakin hari semakin cantik, apa lagi saat menampilkan ekspresi kesalnya. Membuat Birma ingin selalu khilaf.
“Serah lo aja lah, malas gue.” Mengalah adalah jalan yang lebih baik dari pada terus menerus meladeni suaminya yang selalu saja sulit mengalah. Clara memang harus menjadi istri sabar di saat tingkah menyebalkan suaminya kembali kambuh dan berulah.
Berada di lampu merah adalah kesempatan Birma untuk melayangkan kecupan di bibir menggemaskan istrinya yang saat ini mengerucut, mengejutkan Clara yang sibuk dengan ponselnya. Salah sendiri begitu menggoda dan meminta di kecup jadi jangan salahkan kalau Birma khilaf di lampu merah.
“Berhenti bikin aku gemas, Cla. Aku gak janji gak buat kamu hamil di lampu merah ini.” Bisik Birma dengan nada menggoda.
Mendorong jauh wajah sang suami dari hadapannya, Clara melayangkan tatapan membunuh pada lagi-laki di depannya yang tertawa puas saat ini. “Laki mesum lo dasar!”
“Terima kasih pujiannya, sayang.”
Clara bergidik ngeri mendapat kedipan mata dari suaminya itu. “Amit-amit, ya Tuhan. Baby jangan sampai tingkah bapak kamu menular.” Ujar Clara mengusap-usap perutnya yang keras. Birma hanya tertawa saja melihat itu, lalu kembali melajukan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah kembali berwarna hijau.
“Bir, selama aku hamil, tingkah gilanya tolong di kurangi ya, kalau bisa hilangin. Aku gak mau anak aku nanti ikutan gila kayak kamu.”
“Dia anak aku juga loh, sayang. Aku yang tanam benihnya, kamu yang tampungnya, itu berarti anak di perut kamu itu anak kita berdua. Jangan serakah, pengen kamu doang yang jadi orang tuanya, setiap malam kita berdua loh yang bekerja keras.”
Clara menggeleng-gelengkan kepalanya jika sudah mendengar Birma berbicara mengarah pada kemesuman. Ingin di buang tapi sayang, anaknya masih membutuhkan orang tua yang lengkap, dan mencari yang baru belum tentu dapat menemukan yang lebih baik dari suaminya sekarang ini. Namun jika di pertahankan, Clara tak yakin tekanan darahnya tidak naik dan tingkat kewarasannya masih stabil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ayu Arthamobilindo
cck dh JD sompelak semua
2021-07-05
0
evita19
ampun ku liat tingkah Birma, konyol nya udh menular dr si rapa, aku kira waktu diawal dl Birma tu org nya kalem ternyata aku salah🤣🤣🤣
2021-04-13
1
melia
birma rapa lele gila semua hhhh
2020-11-01
0